Gus Dur Trending, Perjuangannya Relevan untuk 100 Tahun ke Depan
Sabar itu gak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti gak sabar ~ Gus Dur
Abdurrahnan Wahid atau dikenal dengan panggilan Gus Dur adalah Presiden RI ke-4.
Ia menggantikan Presiden BJ Habibie setelah dipilih MPR hasil pemilu 1999.
Namun masa kepresidenannya yang dimulai 20 Oktober 1999 berakhir di tangan MPR tahun 2001.
Delapan tahun kemudian yakni tanggal 30 Desember 2009, Gus Dur meninggal dunia.
Tanggal 30 Desember 2021 adalah peringatan meninggalnya Gus Dur.
Netizen banyak yang mengingat perjuangannya, banyak mengambil pelajaran semasa hidupnya.
Gus Dur pun trending dan berikut ini cuitan sejumlah netizen tentang Gus Dur.
@YahyaCStaquf: Gus Dur akan terus relevan dan sebetulnya akan terus dibutuhkan karena beliau menghadirkan perjuangan peradaban. Kita masih akan butuh Gus Dur 100 tahun kedepan, ber-NU seharusnya dengan ber Gus Dur yaitu mengikuti keteladanan, gerakan, pemikiran Gus Dur. Alfatiha Gus Dur
@denismalhotra: Inilah alasan kami terus mendukung Pak Jokowi. Sebab ada kemiripan antara beliau dan almarhum Gus Dur.
@ryanhanz89: Kukenang Gus Dur,Seperti Yg Sering ia Ucapkan Kepada Media tentang Berita Dan Gus Dur Berkata ” Jangan Di Plintir Donk ”
@ProfOnline_id: Betul. Gusdur menghadirkan perjuangan peradaban, Rizieq dkk menghambatnya. Ditangan Gusdur, Al Quran bisa membawa kedamaian, melahirkan kasih & mengayomi. Ditangan Rizieq, Al Quran melahirkan manusia berwajah beringas, menciptakan kekerasan dimana’2, jauh dari kata kedamaian.
@Huntu86135688: Gus dur aja di telikung apalagi yang lain…pengkhianat itu sifat ,ga bs diubah
@hpriam: Trah nya gus dur kembali pegang kendali
@luckyhakim99: Sabar itu gak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti gak sabar ~ Gus Dur
@AkekHera: NU itu keren. Al Fatihah kagem Gus Dur seorang Kyai,ulama dan guru bangsa
Gus Dur dan Penghargaan
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak
Mereka adalah Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.
Yenny juga aktif berpolitik di Partai Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute.
Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden.
Ia menderita gangguan penglihatan sehingga sering kali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain.
Beberapa kali ia mengalami serangan stroke.
Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya.
Ia meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama.
Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin.
Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada arteri.
Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
Wahid dinobatkan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004.
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia.
Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM.
Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru.
Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple.
Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.
Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia memperoleh Lifetime Achievement Award dalam Liputan 6 Awards 2010.
Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.