Profil Laksma TNI Danto Yuliardi Wirawan, AAL 1992, Promosi Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan
Sebelumnya Laksma TNI Danto Yuliardi Wirawan Asops Satsiber TNI.

Ini adalah Profil Laksamana Pertama (Laksma) TNI Danto Yuliardi Wirawan.
Ia baru saja memperoleh promosi bintang satu menjadi Kapuslitbang Alpalhan Balitbang Kemhan
Promosi dilakukan bersama mutasi 180 pati TNI tanggal 27 Juni 2022.
Sebelumnya Laksma TNI Danto Yuliardi Wirawan adalah Asisten Operasi Satuan Siber (Asops Satsiber) TNI.
Ia menggantikan Laksma TNI Arif Harmanto yang dimutasi menjadi Ses Bainstrahan Kemhan.
Alumni AAL tahun 1992 itu sebelumnya pernah menjabat Kadiskomlek Koarmada II.
Jabatannya per 10 Pebruari 2019 diserahterimakan kepada Kolonel Laut (E) Syahrial, yang sebelumnya menjabat sebagai Kadiskomlek Kolinlamil Jakarta.
Selanjutnya Laksma TNI Danto Yuliardi Wirawan akan menjabat sebagai Kasubdisdukkam Diskomlekal Mabesal.
Danto merupakan alumni AAL angkatan XXXVIII (38). Ia termasuk korp elektronik nomor urut 40.

Saat menjadi Asisten Operasi Satuan Siber (Asops Satsiber) TNI Danto Yuliardi Wirawan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bentuk lain perang siber, seperti doktrin, perekrutan, dan pelatihan anggota baru kelompok teroris melalui ruang siber.
“Masa-masa pandemi COVID-19 secara umum mengubah mekanisme cara kerja kelompok-kelompok teroris ataupun radikal, mengurangi kesempatan untuk bertatap muka sehingga ruang siber digunakan untuk memberi pengaruh kepada masyarakat,” kata Danto Yuliardi Wirawan.
Saat itu ia menjadi narasumber dalam webinar nasional bertajuk “Bangkitkan Literasi Digital Generasi Muda untuk Indonesia Emas 2045” yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Prodi Ketahanan Nasional UGM, dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Dalam webinar yang juga ditujukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-93 itu, Danto menjelaskan perubahan mekanisme cara kerja tersebutlah yang merupakan bentuk lain dari perang siber, namun belum banyak disadari oleh masyarakat.
Perang siber, lanjut Danto, merupakan semua tindakan yang dilakukan dalam ruang siber secara sengaja, sistematis, terkoordinasi, serta berorientasi pada kedaulatan negara, keutuhan wilayah, kehormatan, keselamatan bangsa, bahkan keamanan nasional, termasuk kepentingan dan aset-aset militer terkait.
“Artinya, ini (siber terorisme) adalah bentuk baru dan sebuah peperangan. Namun saat ini dengan perkembangan teknologi, bentuknya menjadi berbeda dan tidak terasa,” jelasnya.