Business is booming.

Muhammadiyah Trending, Netizen Gagal Paham Bedakan dengan Salafi?

Haedar Nashir mengajak semua lapisan masyarakat merenungkan kembali pesan luhur Sumpah Pemuda

Tagar Muhammadiyah trending di media sosil Twitter pada Sabtu (29/10/2022), menyusul Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak semua lapisan masyarakat merenungkan kembali pesan luhur Sumpah Pemuda untuk menguatkan rasa persatuan dan kesatuan.

Ajakan tersebut mengundang gaduh netizen untuk menanggapinya. Tak heran tercatat 1.385 ciutan (Tweets) tagar Muhammadiyah yang mereka sampaikan, termasuk terkait tagar Salafi sebanyak 2.127 ciutan sejak sehari sebelumnya. Berikut beragam ciutan mereka.

Seperti pemilik akun Twitter @dibawaharsy menulis, “Salafi itu yang berusaha mengikuti sahabat (Generasi terbaik), bukan ormas.
Wahabi : bisa dibilang salafi juga, tapi istilah Wahabi datang dari Ustmani dan Syiah yang mebenci dakwah syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Muhammadiyah: ormas islam”

Lalu akun Twitter @babecabiita menulis, “Brarti muhammadiyah ormas islam yg pahamnya sama seperti salafi?”

@disinisadat menulis, “Gak jg sih….beda om. Intinya sih Rasul prnh blg kan nti akhir zaman umatnya bakal pecah jd 72 golongan
Nah, anggap aja nama2 yg disebut di atas itu bagian dr 72 golongan itu”

Beda Muhammadiyah dan Salafi (Foto: Tampak layar Twitter)

@_kadafimoch menulis, “Kalo Muhammadiyah sama NU bedanya apa?

@dibawaharsy menulis, “Semua muslim yang menisbatkan kepada jalan Salafus shalih (sahabat, Tabi’in) disebut salafi.. Muhammadiyah jika dilihat aqidah nya, mereka sebenarnya salafi jg. hanya saja salafi tidak terikat ormas, Muhammadiyah berbentuk ormas”

@MutammimulUla10 menulis, “Beda bang, mungkin yg membuat Muhammadiyah seolah mirip dgn salafi, karena Muhammadiyah pd dasarnya tidak bermazhab.
Muhammadiyah men-Tarjih, oleh karena itu ada Majelis Tarjih Muhammadiyah (dibuat oleh Mas Mansyur)
Tarjih yaitu mencari pendapat terkuat drpd suatu permasalahan”

@regar_0p0sisi menulis, “Muhammadiyah lahir untuk memisahkan adat dan tradisi dari Al Qur’an dan hadist.
Semua adat dan tradisi yg bertentangan dgn ajaran Rasulullah wajib ditinggalkan.
Contohnya praktek perdukunan dan meng agungkan sesuatu selain Allah.”

@kholeelR menulis, “Semua yg merujuk ke ajaran nabi Muhammad namanya salaf Beh. Mau NU Muhammadiyah atau ormas lain yg ikut jalan yg diajarkan Nabi ya Salafi”

@Bangormabok menulis, “Ulama2 yg dipegang negara kerajaan arab saudi adalah ulama salafi bang, dan fyi salah satu tokoh pahlawan nasional yg memiliki pemahaman salafi ada Tuanku IMAM BONJOL bang @babecabiita”

@kasep91412792 menulis, “wahabi itu menganut ajaran yang kaku, murni seperti yang diajarkan nabi saja, perkembangan dan penambahan ritual lain dianggap bid’ah/sia sia….. sayangnya wahabi kalah politik dengan suni yang selalu nempel pada kekuasaan…. maka dulu wahabi dimusuhi raja raja arab”

@kasep91412792 menulis, “sejak dulu sunni selalu dekat dengan pwnguasa, seperti sekarang juga…..salafi hampir 11/11 dengan wahabi….. wahabi itu gerakan moral …. jadi gak bisa dicari bentuk legalnya”

@UstadzNu menulis, “Gak juga be, Sebenarnya perbedaan meruncing itu di aqidah. Wahabi itu menyerupakan Tuhan seperti makhluk: punya jisim, duduk di arys sampai arsy bunyi kek unta kebebanan benda berat. Selain itu wahabi juga frontal memvonis apa-apa bid’ah dan masuk neraka.
Sedang Muhammadiyah tidak beraqidah seperti wahabi.
Masalah membid’ahkan, Muhammadiyah lebih ke hanya memberi tahu dan kemudian masing-masing gak memvonis lu pasti ke neraka.”

@faishalp3 menulis, “Kalau kondisi sekarang wahabi itu identik sama salafi sama sama gampang mengafirkan sesama muslim. Kalau muhammadiyah beda lagi karena lebih moderat”

@robbi_hablii menulis, “Yaa benar om, FIQIHnya dll sudah terhasut semua oleh wahabi… Padahal dulu Muhammadiyah dan NU hampir sama” ajarannya, tapi Muhammadiyah yg sekarang bercondong ke WAHABI. Muhammadiyah yg sekarang gak boleh tahlilan, yasinan, ziarah kubur dll… Bercondong ajarannya ke WAHABI…”

@Aboy_Beku menulis, “Klo menurut saya sih mereka yang malu dibilang wahabi hanya ganti kulit dan alih nama menjadi salafi, isinya mereka² juga.”

@Sholeh_oleh1 menulis, “Muhammadiyah itu ormas, nah sekarang banyak disusupi wahabi2, wahabi itu ngaku salaf mkanya sekarang mereka sering dipanggil salafi wahabi”

Muhammadiyah Ajak Renungkan Pesan Sumpah Pemuda Kuatkan Persatuan

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan politik harus menjadi pilar persatuan dan bukan faktor pemecah belah.

Baca Juga:  Profil Brigjen TNI Gunawan Wijaya, Akmil 1994, Promosi Bintang Satu Per 17 Juli 2023

“Politik harus menjadi pilar persatuan dan bukan faktor pemecah belah. Politik penting diletakkan di atas jiwa Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan sebagaimana nilai sila keempat Pancasila,” kata Haedar melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (28/10/2022) dikutip Antaranews.com.

Guru Besar Sosiologi ini mengajak semua pihak untuk kembali merenungkan pesan luhur Sumpah Pemuda yang bersejarah untuk menguatkan persatuan.

Menurut Haedar, tidak ada yang salah dengan perbedaan pilihan politik.

Perbedaan pilihan politik, kata dia, merupakan tanda hidupnya demokrasi dan kebhinekaan dalam berbangsa dan bernegara.

Perbedaan pilihan politik, menurut Haedar, akan menjadi masalah apabila disertai sikap pemutlakan menang-kalah, yang menimbulkan sikap politik yang keras dan ekstrem.

Pada titik itulah, kata dia, politik menjadi virus pemecah dan bukan pemersatu bangsa.

Haedar manilai politik identitas sejatinya tidak masalah karena setiap orang atau kelompok terikat dengan identitas mengikuti hukum homo sapiens.

Akan tetapi, masalah akan terjadi jika politik identitas berdasarkan agama, suku, ras, dan ideologi disalahgunakan dengan cara dan paham yang radikal-ekstrem.

“Pro dan antipolitik identitas pun bahkan menjadi benih pertengkaran baru sesama anak bangsa yang muaranya saling membelah,” ujarnya.

Ia pun meminta semua pihak mengingat kembali pentingnya merajut persatuan menuju Indonesia Berkemajuan.

Menurutnya, tidak bisa dimungkiri bahwa fakta sejarah menunjukkan bangsa Indonesia sebagai negara yang majemuk baik dalam aspek agama, suku, ras dan golongan.

Kemajemukan tersebut kemudian dibungkus dengan semboyan pemersatu bangsa, Bhinneka Tunggal Ika.

“Berbeda-beda tetapi satu, serta satu dalam keberbedaan. Dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika itulah bangsa Indonesia memiliki daya hidup untuk tetap bersatu dalam keragaman, meski proses yang dijalaninya sarat suka dan duka,” ujar Haedar Nashir.

Baca Juga:  Citayam Fashion Week Benar-benar Menular Hingga Jam Gadang Bukittinggi

 

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...