Manggarai Kembali Trending, Netizen Nekat Resign Demi Tak Lagi Transit di Stasiun Lautan Manusia
netizen mengeluh transit di Stasiun Manggarai yang berdesakan penuh lautan manusia
Tagar Manggarai trending di media sosial Twitter pada Kamis (9/2/2023), menyusul netizen mengeluh transit di Stasiun Manggarai yang berdesakan penuh lautan manusia hingga ada yang nekat resign dari pekerjaannya.
Sontak netizen gaduh menanggapi tagar Manggarai hingga tercatat 2.886 ciutan (Tweets) mereka sampaikan. Berikut beragam ciutan mereka.
Ada yang punya pengalaman seperti Siti, Gaes?
Transit di Stasiun Manggarai bak mimpi buruk melawan zombie bagi Siti. Ia sampai nekat resign dari kantor lama supaya tak lagi transit di
Manggarai. #focus #stasiunmanggarai #news #videonews https://t.co/yeMG0uiqex pic.twitter.com/d7HfwpAsmY— kumparan (@kumparan) February 8, 2023
Seperti pemilik akun Twitter @AgusDoa63885192 menulis, “Problemnya sebenernya diorang2nya yg semua serba terburu2….Padahal ya santai aja gitu, ngga usah lari berebut. Toh KRL ada jadwalnya, kelewat tinggal naik yg dibelakangya. Berebut pengin duduk, Pdhal di kantor juga bakalan duduk seharian…🤣”
Lalu akun Twitter @nyaiyustin menulis, “Ini adalah gejala spasial mismatch. Pekerja harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai tempat kerja. Dampaknya: produktivitas kerja kurang optimal. @ILO_SKILLS”
@AfriansyahIlham menulis, “Beruntung gue tinggal di Tangerang, ke Jakarta ada opsi lain yg bernama @PT_Transjakarta yg tarifnya lebih murah dari KRL, dgn naik S11 atau T11 walaupun ada dramanya tersendiri. Mgkin ke depan TJ juga bisa sampe ke Bogor dgn tarif yg sama.”
@AlMaidah_54 menulis, “Gimana desain awal st mangarai yaa sampai arus penumpang kurang diperhitungkan,peron yg mentok tiang,eskalator yg kurang durability. Yakin mau dijadiin central station ??? Banyak yg mulai beralih ke moda transportasi lain. @kemenhub151 @CommuterLine @KAI121”
@fitriyahnurjnnh menulis, “Pernah pertama kali ke st. Manggarai pas turun dari busway kan jalan dulu sebelum ke stasiunnya. Sepanjang jalan dlm hati “bukannya manggarai stasiun gede ya ko sepi?” pas udah depan stasiun “busettt orangnya pada disini semuaaa” Jadi emang bener kaya di film2 jombi 😂”
@aldutzzz menulis, “Menurut gua moda transportasi kaya KRL & TJ masih belum siap atau layak sih.”
@hilyahan menulis, “Skrg kl mau belanja kain dr bogor ke tn abang udh ga pernah transit manggarai, tinggal turun gondangdia naik 1H, pulangnya sama. BYE MANGGARAI. EWH.”
@fajarrusalem menulis, “karena dulu Manggarai belum spt skg, ngerasain masih bisa transit di Manggarai “hanya modal nyebrang” aja, kalo skg harus naik elevator segala”
@eroroneko menulis, “dulu waktu masih bekasi – jakarta kota, ku pun tak sanggup transit di manggarai. akhirnya mending turun di cikini trus naik busway Tugas – bunderan senayan. toh nyampe waktunya cuma selisih sedikit tapi badan enakan.”
@ViyataBhakti menulis, “Memang benar, Manggarai itu parah sekali.
Sepertinya ada kesalahan perencanaan flow penumpang di stasiun ini.”
@nzhfs menulis, “Baru banget diceritain temen kantor betapa berjuangnya orang2 yg transit di manggarai.”
@CemaraCemara4 menulis, “Manggarai, stasiun masa depan Jakarta, tapi akses jalan sampai saat ini belum disiapkan. Kebayang gak, di dalam stasiun sdh siap full utk dioperasikan, eh di luar parah parah parah crowded”
@aleledul menulis, “Gila sih w dl resign dr kantor, agar tidak wfo😂”
@triasmaria menulis, “Salah satu alasan kenapa milih jadi ibu rumah tangga. Ga taunya jadi IRT capek juga anjiiiirrr”
@AnggaNugraha menulis, “Sama sayah juga resign biar ga transit di Manggarai 🤭”
@Loceaniee86 menulis, “🤣🤣 reply nya wkakak.. ini orang lelang nyawa apa gmn? dia ga tau di manggarai serem nya kaya apa.. stasiun yg gw hindari itu cm satu MANGGARAI ga pernah mau gw transit dsana serem bgt bayangin nya 😭😭”
@nupya_ menulis, “kalo ga ada line bekasi – sudirman jg kayaknya w akan menyerah”
@MiyaHaE_1 menulis, “Manggarai bukanlah plilihan!”
@Akulilium menulis, “Asli no debat ini separah itu emang):”
@SyarifScout menulis, “Manggarai, ibu kota jakarta”
@mulzale menulis, “Jadi kepikiran juga nih.”
@tanyakanrl menulis, “Serius kalo dari bogor mau ke tangerang males transit 3 kali mending naik krl bandara premium deh. Murah cuman 10rb dari manggarai – batu ceper udah pasti dapet duduk dan anti transit2 + cepet karena ga berenti di stiap stasiun huhu knp baru tau aku 💚”
@Riiinss21 menulis, “Kayanya @CommuterLine harus cari solusi deh banyak banget loh bukan cuman satu dua orang yg merasa kebijakan S05 ini sangat amat bikin stress… bahkan berdampak ke jadwal kereta arah duri manggarai (PP) tuh gak pernah lagi sesuai sama di apk kalau gak telat yah gak ada…”
@budiiiiiiaaja menulis, “Seharusnya d survey/data dahulu, penumpang dr arah Bogor banyaknya ke arah mana, dan dr arah yg lain ke arah mana, sehingga meminimalkan aktifitas transit.”
@KhaerunNISS menulis, “Emang bener2 trauma kalau org baru naik krl trus pake transit manggarai”
@santosoarif5 menulis, “Butuh pak @IgnasiusJonan”
Cerita Penumpang KRL Rela Resign Demi Hindari Transit di Manggarai
Transit di Stasiun Manggarai bak mimpi buruk melawan zombie bagi Siti. Ia sampai nekat menempuh jalan yang berbeda untuk keluar dari mimpi buruk itu; resign dari kantor lama supaya tak lagi transit di Manggarai.
Meski sudah menjadi pekerja tetap selama dua tahun di kantor lamanya yang terletak di Sudirman, Jakarta Pusat, Siti rela harus banting setir, kerja di bidang yang berbeda dari kantor sebelumnya. Sebab, menurutnya, kesehatan mental yang utama.
“Saya merasa bisa gila kalau terus harus lewat Manggarai di jam-jam peak hours. Saya benar benar merasa sangat tersiksa di perjalanan terutama saat transit di Manggarai, sangat melelahkan, menyebalkan dan memusingkan,” ujar Siti kepada kumparan, Rabu (8/2).
Sejak S05 berlaku pada April 2022, perjalanan dari rumahnya di Citayam menuju Sudirman adalah salah satu pengalaman paling buruk di hidupnya.
Berdesakan di tangga yang sempit, lift yang terkadang tak berfungsi, hingga berkejaran dan ‘berperang’ dengan waktu yang terbatas untuk bisa mencapai gerbong kereta.
Siti pun sempat mencoba alternatif lain, seperti turun ke stasiun Gondangdia. Tapi ongkosnya semakin berlipat. Pernah ia mencoba naik ke arah Kampung Bandan dari Stasiun Sudirman, tapi itu juga melelahkan baginya. Bagaimana tidak, itu sama saja dengan memutar dan memperpanjang perjalanannya.
“Dan di Stasiun Kampung Bandan, gap antara platform stasiun dengan kereta sangat tinggi celahnya, sampai lutut kena dada untuk bisa naik kereta, benar benar menguras energi,” lanjutnya.
Alhasil, sudah cukup sebulan menggunakan layanan KRL dengan transit di Stasiun Manggarai dan mencoba-coba jalan alternatif.
“Saya lebih memilih resign dari kantor dan pindah ke perusahaan yang berlokasi di daerah Kemang. Walaupun dengan bisnis line yang berbeda, tapi karena pertimbangan jarak dan menghindari transit di Manggarai,” ujarnya.
Meski sudah resign dan tak lagi harus transit di Manggarai, namun Siti tetap menaruh harapan kepada perbaikan transportasi KRL di Jabodetabek.
Menurutnya, prasarana seperti eskalator dan lift dapat diperbanyak dan dipastikan berfungsi agar membantu transit para penumpang.
“Tapi kalau masih bisa dikembalikan seperti dulu jalurnya akan lebih baik,” tandasnya.
Pengamat minta rute dikembalikan seperti awal atau memperbaiki prasarana
Pengamat transportasi Deddy Herlambang mengungkap, 60 persen penumpang KRL berasal dari arah Bogor.
Jumlah itu membuat penumpang dari arah Bogor menjadi yang terbanyak, kedua adalah Rangkasbitung atau Serpong dan yang paling sedikit berasal dari arah Bekasi.
Namun, ia menyayangkan, yang justru diminta untuk turun dan transit di Manggarai adalah penumpang dari arah Bogor. Sehingga, kebijakan S05 yang mewajibkan penumpang dengan KRL Bogor ke arah Tanah Abang dan Sudirman transit di Manggarai, membuat keruwetan.
“Ironis, justru yang penumpangnya banyak dari Bogor diminta transit,” ujarnya.
Menurutnya, lebih baik KRL dari arah Bogor langsung ke Tanah Abang dan Sudirman, tak perlu transit di Manggarai.
“Saran saya balik seperti dulu. Jadi yang dari Bogor itu keretanya langsung ke Tanah Abang dan Sudirman, karena orang yang kerja di Sudirman banyak dari sana (Bogor) dan lebih banyak daripada yang turun di Kota,” paparnya.
Namun, apabila terpaksa tak dapat diubah, ungkapnya, harus ada perbaikan prasarana. Deddy pun menekankan pada pelebaran ruang transit yang mencakup tangga stasiun, lift, eskalator dan ruang peron yang diperlebar.
Sebab saat ini peron dan luas tangga di Manggarai dinilai sangat sempit.
“Menuju tangga pun sangat sempit. Ribuan orang transit itu sangat sempit, lift nya juga sering trouble. Jadi itu menambah masalah. Tapi kalau memang skenarionya begitu, ruang transitnya atau transfer ruangnya harus nyaman, lebih luas,” imbuhnya.
Menurutnya, Indonesia dapat mencontoh stasiun-stasiun di Singapura dan China. Pemerintah dua negara tersebut mengatur alur transit dengan tertib dan menambah eskalator yang tersusun tiga hingga empat untuk satu arah.
“Stasiun di Singapura untuk transit itu kan luas ya. Jadi eskalator itu tersusun tiga satu arah semua. Di China bisa empat eskalator naik semua. Di kita hanya dua, eskalatornya itu pun berlawanan arah, yang satu naik yang satu turun. Ya jelas kurang,” tandasnya. (Sumber: Kumparan.com)