Profil Budi Arie Setiadi, Relawan Projo, Wakil Meteri Desa, Kini Menteri Komunikasi dan Informatika
Budi Arie menggantikan Jonny G Plate yang tengah ditahan Kejaksaan Agung karena kasus dugaan korupsi menara BTS.
Senin (17/72023) pagi ini, Presiden Jokowi melantik satu menteri, lima wakil menteri dan dua orang anggota dewan pertimbangan Presiden.
Ada pun satu menteri yang dilantik adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi.
Ia sebelumnya Wakil Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Dengan demikian, Budi Arie menggantikan Jonny G Plate yang tengah ditahan Kejaksaan Agung karena kasus dugaan korupsi menara BTS.
Budi Arie sendiri sebelumnya dikenal sebagai ketua umum Projo, relawan pendukung Presiden Jokowi.
Berikut daftar pejabat baru yang dilantik Presiden Jokowi hari ini.
Budi Arie Setiadi: Menteri Komunikasi dan Informatika
Nezar Patria: Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika
Pahala Nugraha Mansury: Wakil Menteri Luar Negeri
Syaiful Rahmat: Wakil Menteri Agama
Paiman Raharjo: Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Rosan Perkasa Roeslani Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara
Djan Faridz: Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
Gandi Sulistiyanto: Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
Profil Budi Arie Setiadi
Budi Arie Setiadi (disebut juga dengan Budi Arie ataupun Muni, lahir 20 April 1969 (54 tahun).
Ia adalah Menteri Komunikasi dan Informatiko sejak Senin (17/7/2023).
Sebelumnya adalah Wakil Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Indonesia.
Budi dikenal seorang relawan, aktivis sosial, politikus, dan pengusaha.
Ia dikenal sebagai pendiri dan Ketua Umum Projo, organisasi relawan darat pendukung Joko Widodo.
Budi Arie Setiadi memulai pendidikannya di SD Marsudirini Koja, Jakarta.
Kemudian pendidikan lanjutan di SMP Marsudirini Koja Jakarta.
Ia kemudian melanjutkan sekolah lanjutan atas di SMA Kolose Kanisius Jakarta pada tahun 1988. Selulus SMA, dia diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UI dan lulus pada tahun 1996.
Budi Arie menyelesaikan studi paska sarjana di Managemen Pembangunan Sosial Universitas Indonesia, lulusan tahun 2006.
Budi Arie Setiadi terkenal aktif di gerakan mahasiswa. Ia dipercaya memimpin gerakan mahasiswa sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM ) FISIP UI 1994 dan juga Presidium Senat Mahasiswa UI (1994/1995).
Ia aktif mendirikan dan membina Forum Studi Mahasiswa (FSM) UI dan juga Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM ) UI.
Ia juga aktif di bidang pers kemahasiswaan dengan menjadi Redpel Majalah Suara Mahasiswa UI pada tahun 1993-1994.
Budi juga menjadi Ketua ILUNI UI Jakarta (1998-2001) dan mendirikan Gerakan Sarjana Jakarta (GSJ) dan Masyarakat Profesional Indonesia (MPI).
Semasa gerakan reformasi mahasiswa UI pada tahun 1998, bersama aktivis mahasiswa dan alumni UI juga membidani lahirnya Keluarga Besar (KB) UI.
Saat reformasi bergejolak 1998, ia menginisiasi dan mendirikan surat kabar yang kritis, “BERGERAK” pada tahun 1998.
Bersama wartawan Tempo yang baru saja dibredel, ia aktif mengelola mingguan Media Indonesia pada tahun 1994-1996.
Selanjunya bersama beberapa seniornya ia ikut menjadi bagian awal dari berdirinya Mingguan Ekonomi Kontan.
Budi menjadi jurnalis Kontan dari tahun 1996 hingga 2001.
Sebagai politikus, Budi Arie pernah menjadi Kepala Balitbang PDI Perjuangan DKI Jakarta (2005-2010) dan juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta.
Ia kemudian mendirikan PROJO, kelompok relawan darat terbesar pendukung Joko Widodo, sejak Agustus 2013.
PROJO kemudian berjuang mengumpulkan aspirasi pencapresan Jokowi sebelum dideklarasikan PDIP secara resmi, melawan arus pencapresan Megawati dengan wakil presiden Jokowi yang ramai saat itu dan akhirnya Jokowi berhasil menjadi Presiden Ketujuh Republik Indonesia.
Selain menjadi Ketua Umum PROJO, saat ini Budi Arie juga menjadi Dewan Penasihat ILUNI UI.
Pada tahun 2013, menjelang proses Pilpres 2014, PDIP masih memiliki wacana untuk kembali mencalonkan Megawati, dengan beberapa pilihan Cawapres, antara lain Joko Widodo.
Namun suara akar rumput lebih menginginkan adanya calon presiden baru dan dilakukannya proses penyegaran figur calon presiden.
Projo terlibat dalam mengumpulkan suara dari akar rumput untuk pencalonan Jokowi
Saat ini PROJO sudah berkembang dan hadir di seluruh Provinsi di Indonesia. Peran ini terulangi kembali dalam Pemilu 2019.
Projo mendukung pendaftaran kembali Joko Widodo sebagai calon presiden 2019, tetapi beberapa kontroversi sempat merebak seputar pemilihan calon wakil presiden.
Setelah pertentangan mengenai siapa figur yang pantas, Jokowi akhirnya memilih Ma’ruf Amin. Projo menyatakan mendukung siapapun calon pendamping yang dipilih Jokowi.