Ratna Sarumpaet Trending, Ternyata karena Dicegat Pecalang di Bali
Ratna Sarumpaet mengaku hendak mencari ATM dan mengaku salah tanggal hari raya Nyepi
Masih ingat Ratna Sarumpaet. Seniman dan aktivis yang pernah mengunggah wajah bengkak di media sosial dengan mengakui dipukuli orang dan ternyata hoaks kini mencuat lagi namanya.
Nama Ratna Sarumpaet kini trending lagi.
Namun trendingnya sama sekali tak terkait dengan politik atau panggung seni.
Ratna Sarumpaet dicegat pecalang karena sedang berada di jalan raya pada hari nyepi di Bali.
Seperti diketahui dalam tradisi nyepi masyarakat di Bali dilarang keluar rumah.
Ternyata Ratna Sarumpaet melakukannya.
Dalam foto yang beredar viral, wajah Ratna Sarumpaet berada di dalam mobil di samping pengemudi.
Sedangkan di kursi kemudi terdapat seorang laki-laki.
Keduanya mengendarai mobil bernomor polisi B 2760 SOC.
Kejadian di Tibubeneng nih. Ada yg pergi bawa mobil saat Nyepi. Eh tapi kok muka ibunya kaya ga asing ya? Hhmm kaya pernah lihat di mana gitu. pic.twitter.com/ZUFRMhc0jY
— Penganut Teks Bebas (@julioulquiorra_) March 11, 2024
“Kejadian di Tibubeneng nih. Ada yg pergi bawa mobil saat Nyepi. Eh tapi kok muka ibunya kaya ga asing ya? Hhmm kaya pernah lihat di mana gitu,” tulis akun @julioulquiorra_
“Coba kalian bayangkan jika punya ibu atau mertua seorang Ratna Sarumpaet,” @Yogesswarachand
“Ratna Sarumpaet saat ini setelah operasi plastik yang fenomenal,” @johnnie_muhan
Berdasarkan informasi, laju mobil Ratna Sarumpaet itu memang dihentikan oleh Pecalang di daerah Desa Tibubeneng, Senin (11/3/2024) pagi.
Pecalang kemudian menegur Ratna Sarumpaet yang seharusnya tidak boleh bepergian saat Bali merayakan Hari Raya Nyepi.
Awalnya, pecalang melihat mobil Ratna Sarumpaet melintas di depan sekretariat desa adat atau tepatnya di Jalan Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Pecalang pun lalu menegur Ratna Sarumpaet yang seharusnya tidak boleh bepergian saat Bali merayakan Nyepi.
“Tadi beliau bilang gitu, ‘Saya Ratna Sarumpaet’,” kata Bendesa Adat Tandeg, I Wayan Wartana, Senin (11/3/2024).
Kepada pecalang, Ratna Sarumpaet mengaku hendak mencari ATM dan mengaku salah tanggal dalam pelaksanaan Nyepi saat ditanya mengenai alasan beraktivitas di luar rumah.
Profil Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet (lahir 16 Juli 1949)[1] adalah seniman berkebangsaan Indonesia yang banyak mengeluti dunia panggung teater, selain sebagai aktivis organisasi sosial dengan mendirikan Ratna Sarumpaet Crisis Centre.
Ratna terkenal dengan pementasan monolog Marsinah Menggugat, yang banyak dicekal di sejumlah daerah pada era administrasi Orde baru.
Ratna Sarumpaet lahir dalam keluarga Kristen yang aktif secara politis di Sumatera Utara.
Awalnya, Ratna menempuh studi arsitektur di Jakarta.
Setelah melihat drama W.S. Rendra pada tahun 1969, ia memutuskan untuk keluar dari studi arsitektur dan bergabung dengan grup drama W.S. Rendra.
Lima tahun kemudian, setelah menikah dan masuk Islam, ia mendirikan Satu Merah Panggung; grup tersebut melakukan sebagian besar adaptasi drama asing.
Ketika ia menjadi semakin khawatir tentang pernikahannya dan tidak senang dengan adegan teater lokal, dua tahun kemudian Ratna meninggalkan grup dan mulai bekerja di televisi; ia baru kembali pada tahun 1989, setelah menceraikan suaminya.
Pembunuhan Marsinah, seorang aktivis buruh, pada tahun 1993 menyebabkan Ratna menjadi aktif secara politik.
Dia menulis naskah pementasan orisinal pertamanya, Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah, pada tahun 1994 setelah terobsesi dengan kasus ini.
Hal ini diikuti oleh beberapa karya politik lainnya, yang beberapa diantaranya dilarang atau dibatasi oleh pemerintah.
Semakin kecewa dengan tindakan otokratik Orde Baru Soeharto, selama pemilihan umum 1997 Ratna dan grupnya memimpin protes pro-demokrasi.
Untuk salah satu di antaranya, pada Maret 1998, ia ditangkap dan dipenjara selama tujuh puluh hari karena menyebarkan kebencian dan menghadiri pertemuan politik “anti-revolusioner”.
Pada pagi hari tanggal 2 Desember 2016, Ratna ditangkap di sebuah hotel di Jakarta karena dicurigai menjadi bagian dari kelompok yang diduga merencanakan kudeta terhadap pemerintah Presiden Joko Widodo.
Ia dilepaskan keesokan harinya.
Pada bulan September 2018, Ratna mengunggah foto wajahnya yang bengkak ke media sosial, dan mengatakan bahwa ia telah diserang oleh orang-orang tak dikenal di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung.
Sejumlah tokoh oposisi, termasuk Prabowo Subianto, mengutuk “serangan pengecut” tersebut.
Namun, investigasi oleh Polda Metro Jaya dan Polda Jawa Barat menemukan bahwa pada hari tersebut tidak ada konferensi internasional di Bandung, bahwa Ratna Sarumpaet tidak ada di Bandara pada hari tersebut, melainkan mengunjungi klinik bedah plastik di Jakarta.