Business is booming.

Profil Ustadz Yazid, Meninggal Dunia dalam Usia 60-61 Tahun

Ustadz Yazid hanya disebut kelahiran tahun 1963 dan meninggal dunia pada Kamis 11 Juli 2024.

Ustadz Yazid trending di X/twitter. Pemilik nama lengkap Yazid bin Abdul Qadair Jawas meninggal dunia dalam usia 60-61 tahun.

Kepastian usianya belum diketahui secara pasti.

Ustadz Yazid hanya disebut kelahiran tahun 1963 dan meninggal dunia pada Kamis 11 Juli 2024.

Jenazah Ustadz Yazid dimakamkan di Bogor dan kabar kematiannya diumumkan pihak keluarga melalui media sosial WhatsApp.

“Telah meninggal ayah kami tercinta, Ustadzunal Walid Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Semoga husnul khotimah, segala amal perbuatannya diterima oleh Allah, dan diampuni dosa-dosanya serta Allah masukkan ke dalam surga-Nya,” tulis anak Ustadz Yazid Jawas.

Ustadz Yazid meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 11 Juli 2024 sekitar jam 13:35 WIB, setelah jatuh sakit selama melaksanakan ibadah haji di Makkah, ia kemudian dimakamkan di Bogor.

Kematian Yazid menimbulkan duka bagi komunitas Salafi di Indonesia; Khalid Basalamah, salah satu penceramah Salafi Indonesia terkemuka kemudian menyampaikan belasungkawa untuk Yazid dalam salah satu ceramahnya.

Profil Ustadz Yazid

Yazid bin Abdul Qadir Jawas (lahir di Kota Karanganyar, Kebumen). Ia adalah mubalig senior di Indonesia.

Da’i yang dibesarkan kota Bogor ini dikenal sebagai mubalig yang sangat perhatian dalam menebarkan sunnah.
.
Yazid Jawas sangat menonjol dalam kelimuan sejak usia mudanya.

Dia mampu ‪‎menghafal‬ kitab Bulughul Maram karangan Ibnu Hajar Al ‘Asqalani diluar kepala.

Dia yang sempat berguru kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin di Unaizah, juga diizinkan mengikuti ‪kelas‬ khusus di majelis syaikh.

Ia juga sebagaimana dikisahkan oleh murid-murid Yazid Jawas, bahwa dia selalu meluangkan waktu minimal 2 sampai 4 jam setiap harinya atau bahkan lebih dari itu untuk membaca‬ kitab-kitab ilmu Islam yang bermanfaat.

Ia juga pernah belajar dengan seorang profesor dari Arab Saudi yang bernama Prof. Dr. Syakh Abdurrazzaq, seorang dosen Universitas Jami’ah Al-Islamiyah Madinah.
.
Yazid Jawas saat ini membina sebuah pondok pesantren di bilangan Dramaga, Bogor, yaitu pondok pesantren Minhajus Sunnah

Selain sibuk dengan aktifitas mengajar para santri di pondok, dia juga aktif menjadi narasumber di Radio Rodja dan mengisi pengajian rutin dan tabligh akbar di berbagai kota di Indonesia.

Bahkan Ustadz Yazid Jawas mengisi pengajian di luar Indonesia, diantaranya pengajian tahunan bagi warga Muslim di Kobe, Jepang,  dan juga beberapa kali mengadakan tabligh akbar di Malaysia.

Selain berdakwah lewat ceramah dan tabligh akbar, dia juga aktif menelurkan berbagai karya tulis Islami hingga sekarang.

Yazid bin Abdul Qadir Jawas adalah seorang penulis, penceramah, ustaz, dan mubalig Sunni asal Indonesia.

Di Indonesia, ceramah-ceramah Yazid sering dikaitkan dengan gerakan ultra-konservatif Salafiyah.

Ia juga dikenal karena menulis banyak buku-buku keagamaan Islam dalam bahasa Indonesia.

Ceramah-ceramahnya yang dinilai kontroversial membuat Yazid seringkali mendapat kritik dari sejumlah Muslim Indonesia.

Pada awal pendidikannya, Yazid tercatat sebagai lulusan LIPIA dan merupakan murid dari Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, seorang guru besar dari Universitas Islam Madinah.

Yazid diketahui juga pernah berguru kepada Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, seorang ulama Sunni dari Makkah.

Yazid juga dikabarkan menguasai kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar yang pada saat itu diklaim, hanya sedikit orang yang mampu menguasai kitab tersebut.

Yazid saat ini membina sebuah pondok pesantren di bilangan Dramaga, Bogor, yaitu pondok pesantren Minhajus Sunnah.

Selain sibuk dengan aktivitas mengajar para santri di pondok, dia juga aktif menjadi narasumber di Radio Rodja dan mengisi pengajian rutin dan tabligh akbar di berbagai kota di Indonesia.

Yazid juga banyak menulis buku-buku keagamaan Islam dalam bahasa Indonesia.

Yazid dituduh oleh sebagian Muslim Indonesia sebagai penganut aliran Islam puritan dan sering dirujuk sebagai Wahhabisme.

Pengkritik Yazid cenderung menyebutnya sebagai penganut aliran Islam puritan, keras, dan sangat ketat.

Hal itu mungkin karena Yazid menentang sikap taklid yang menurutnya telah banyak merusak umat Islam Indonesia.

Meskipun begitu, sekelompok Muslim juga memuji Yazid dan menyebutnya sebagai seseorang yang cerdas dan berilmu tinggi.

Salah satu bukunya, Mulia dengan Manhaj Salaf, sempat memicu kontroversi di Indonesia.

Pendiri Front Pembela Islam dan penceramah Islamis Indonesia, Rizieq Shihab mengkritik buku ini.

Rizieq Shihab juga menyatakan bahwa Indonesia, Malaysia, dan Brunei, sebagai negara yang mayoritas penduduknya berakidah Asy’ari juga harus memiliki undang-undang yang melarang penyebaran paham Wahhabisme.

Baca Juga:  Profil Komjen Pol Agung Budi Maryoto, Akpol 1987, Ketua Tim Khusus Kasus Meninggalnya Bripda J
Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...