Biodata Emmy Hafild, Aktivis Lingkungan Wafat karena Kanker
Emmy meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah pada pukul 21.17 WIB
Aktivis Perempuan dan Lingkungan Hidup Nurul Almy Hafild atau dikenal sebagai Emmy Hafild meninggal dunia pada Sabtu (3/7/2021) malam.
Emmy meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah pada pukul 21.17 WIB.
Emmy meninggal dunia bukan karena covid-19, namun karena sakit kanker paru yang lama dideritanya.
Aktivitas dan jabatan terakhir Emmy adalah Ketua Bidang Maritim DPP Partai Nasdem.
Emmy Hafid lahir di Pertumbukan, Sumatera Utara, 3 April 1958.
Seperti dikutip dari Viva Emmy adalah anak seorang pegawai perkebunan sekaligus pendukung Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Saat itu PSII dianggap terlarang oleh Rezim Orde Baru. Emmy Hafid menikah dengan Hendra Dharsono dan dikaruniai dua orang anak.
Emmy menghabiskan waktu kecilnya di kota kelahirannya.
Saat Emmy baru menduduki bangku SMP, pengalaman pahit ia rasakan.
Ia dan keluarganya menyaksikan langsung sang ayah ditangkap oleh pihak berwajib tanpa alasan yang jelas.
Ayahnya sebagai tulang punggung keluarganya harus berakhir di penjara karena dituduh korupsi.
Padahal menurut keluarganya, penangkapan ayahnya sebetulnya karena dirinya tidak mau menjadi anggota Golkar pada saat itu.
Sejak kecil, Emmy sudah melihat ketidakadilan dan diskriminasi yang diterima oleh keluarganya.
Selain ayahnya yang dimasukan ke penjara tanpa alasan yang jelas, di kompleks perkebunan, adanya diskriminasi atas penggunaan kolam renang dan biskop yang hanya diperbolehkan digunakan oleh anak staf perkebunan.
Sementara yang bukan anak staf tidak diperkenankan.
Merasakan diskriminasi dan ketidakadilan, mulailah timbul bibit-bibit penolakannya terhadap ketidakadilan dalam diri Emmy.
Saat SMA, ia dan keluarganya pindah ke Jakarta, Emmy yang beranjak dewasa memilih untuk berkuliah di IPB jurusan Agronomi.
Di kampus inilah, ia dan sejumlah mahasiwa lainnya aktif dalam berbagai rangkaian demonstrasi menentang rezim Orde Baru yang otoriter.
Ia juga mengambil gelar master di Universitas Wisconsin, AS, dalam bidang Ilmu Lingkungan pada tahun 1994.
Dimulai dari zaman perkuliahannya ia mulai aktif di sejumlah organisasi baik di luar dan dalam kampus.
Saat masih menjadi mahasiwi di IPB, ia sudah bergabung dengan organisasi di luar kampus Yayasan Indonesia Hijau.
Saat Umur 24 tahun bersamaan dengan kelulusan Emmy dari IPB, ia memutuskan untuk terjun total di Yayasan Indonesia Hijau karena di organisasi ini cara bekerjanya sangat cocok dengan hobinya yaitu kerja lapangan.
Ia hanya 2 tahun menjabat sebagai koordinator lapangan Yayasan Indonesia Hijau.
Kariernya di lembaga swadaya masyarakat melesat cepat, ia masuk ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
Ia menjadi Direktur Walhi selama dua periode.
Pada tahun 1998 saat masih tergabung dalam WALHI, ia juga terlibat dalam pembentukan gabungan LSM antikorupsi.
Ia juga tercatat pernah melawan Presiden Soeharto. Ia juga mendapat perhatian dari AS dan menjadi orang asing pertama yang beraksi di depan Senat urusan dana bantuan luar negeri dan lingkungan.
Atas kegigihannya dalam dunia lingkungan, Emmy diganjar sebagai Hero of The Planet oleh majalah Time karena upaya dalam kritiknya terhadap Freeport soal penambangan di Irian Jaya.
Gabung Partai Nasdem
Wartawan senior Aristides Katoppo pernah menyarankan Emmy Hafild agar terjun ke dunia politik agar ia bisa leluasa berjuang dan menyuarakan kepentingan masyarakat.
Saran itu terjadi 15 tahun lalu saat ia resmi masuk Nasdem tahun 2017.
“Kamu sebaiknya masuk ke dalam sistem,” ujar Aristides seperti dikutip web Partai Nasdem
https://www.partainasdem.id/sosok/23/2017/11/29/emmy-hafild-pun-berlabuh-di-nasdem
Emmy tak menggubris saran sahabatnya itu.
Ia baru tersadar bahwa masuk ke dalam sistem (politik) dan menjadi anggota DPR misalnya menjadi penting ketika salah seorang pimpinan Partai NasDem, Rerie Lestari Moerdijat, mengajaknya bergabung ke NasDem.
“Tanpa pikir panjang ajakan itu saya penuhi. Inilah keputusan tercepat saya ketika ada yang mengajak bergabung ke partai. Banyak teman yang sebelumnya menawari saya agar bergabung ke partai mereka, tapi tidak pernah saya respons. Namun, begitu saya ditawari ke NasDem, saya langsung terima,” kata mantan Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara ini.
Banyak sebab mengapa NasDem menjadi tempat berlabuh atau pilihan bagi Emmy untuk berjuang.
“Buat saya, dari sekian banyak partai, NasDem-lah yang paling terbaik saat ini. Ini partai yang serius dalam menjaga NKRI. Visinya berjangka panjang. NasDem konsisten mengangkat isu restorasi. Dia juga konsisten dan konsekuen dalam menegakkan prinsip, termasuk jika ada anggotanya yang korupsi,” ujar perempuan yang mendapat gelar master dalam bidang ilmu lingkungan dari Universitas Wisconsin, AS, tahun 1994 ini.
Begitu bergabung ke partai pengusung restorasi ini, Emmy Hafild yang bernama lengkap Nurul Almy Hafild ini, langsung dipercaya menjabat sebagai Ketua DPP Partai NasDem yang membidangi pertanian dan maritim.
Bersama Prof Saparinah Sadli, ia juga aktif melawan ketidakadilan dan radikalisme lewat organisasi Perempuan Peduli Kota Jakarta.
Emmy Hafild akan terus berjuang melawan ketidakadilan, radikalisme, kebodohan, dan kemiskinan tidak lagi dari luar yang cuma melambungkan namanya, tapi melalui sistem politik, Partai NasDem.
NasDem jadi tumpuan harapan untuk menjadikan Indonesia semakin maju, sejahtera dan berkeadilan.
Biodata
Nama Lengkao : Nurul Almy Hafid
Nama Panggilan : Emmy Hafid
Tempat, tanggal lahir : Pertumbukan, Sumatera Utara, 3 April 1958
Agama : Islam
Pekerjaan : Aktvis Lingkungan
PENDIDIKAN
SD Petumbukan, Sumatera Utara
SMP Petumbukan, Sumatera Utara
SMA Jakarta
Intitut Pertanian Bogor (1982)
Master dalam bidang Ilmu Lingkungan, Universitas Wisconsin, Madison, Amerika (1994)
Karier:
Jejak Karier
Koordinator Program Lapangan, Yayasan Indoenssia Hijau (1982-1984)
Koordinator Sekertariat Kerjasama Kelestarian Hutan Indonesia (Skephi), (1984-1988)
Koordinator Program untuk isu-isu khusus Walhi and Friends of the Earth Indonesia (1982-1995)
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ( Walhi) (1996-1999)
Masuk Nasdem sebagai Ketua DPP Pertanian Kemaritiman (2017-tutup usia)