Bandara Kualanamu Trending, Mengapa Netizen Berpikir Negatif?
Saham Bandara Kualanamu Dijual ke Asing, Jangan-jangan Negara Sudah Bangkrut

Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, trending.
Bandara internasional di Sumatera Utara itu kini dikelola oleh perusahaan India bernama GMR Airports Consorsium.
Persisnya perusahaan tersebut konsorsium terdiri dari GMR Group asal India dan Aeoports de Paris Group (ADP) asal Prancis.
Namun narasi yang berkembang Bandara Kualanamu dijual begitu saja kepada negara asing karena Indonesia bangkrut.
Seolah kerjasama pengelolaan Bandara Kualananmu seperti penjualan aset biasa dimana India yang nanti bakal memilikinya.
Adalagi narasi pemerintahan Jokowi hanya bisa menjual, sebab bandara tersebut dibangun di masa Presiden SBY.
Setelah bandara Kualanamu, apalagi yang akan dijual?
Berikut Cuitan sejumlah netizen terkait Bandara Kualanamu.
@saidi_sudarsono: Melihat fakta Bandara Kualanamu sdh dijual bisa jadi Bandara Juanda dan Hasanudin Makassar juga jadi target berikutnya. Fee negoisator 2% saja dari 86T sudah 1,7T. Kalau ada yg nyangkal tak ambil fee atau untung jawab saja “This is Indonesia”.
@YanHarahap: Saham Bandara Kualanamu Dijual ke Asing, Politisi Demokrat: Jangan-jangan Negara Sudah Bangkrut
@icha_bandung78: Apess, apa maksud bandara kualanamu sahamnya dijual ? Ada kepentingan politik ?
@rawayan212: Bpk Jokowi adalah Bapak Infrastruktur Indonesia, sudah banyak yang beliau bangun, Jalan Tol, Bandara, Kereta Cepat, Sirkuit, dll. Tapi… Rata2 semuanya bermasalah dan banyak yg dijual kembali, bahkan bandara kualanamu aja sekarang dikelola oleh perusahaan dari India.
@Andrejivisi: Menawarkan pengelolaan fasilitas ke swasta/asing itu hal yg biasa terjadi untuk peningkatan kualitas dan pengurangan biaya perawatan. Dahulu zaman SBY diawal bandara Kualanamu beroperasi sudah menjalin kerjasama dengan Incheon, Korea Selatan.
jangan jadi Netizen(Negatif Citizen).
@sweetgenius_: Memang bandara kualanamu saya lihat kurang dalam pelayanan dan maintenance. Saya rasa memang bandara tsb dikelola oleh orang orang yg salah. Ga harus dikasih ke asing juga krn bnyak anak bangsa yg bagus. Yg ga bagus itu ya titipan” partai politik yg mengelolanya
@duckbusterr: Bandara Kualanamu disewa India, itu beneran disewa apa dijual bandaranya, kalaupun disewa trs dikelola oleh orang² India jaminan gak itu bandara bisa bersih steril terjaga, secara kebanyakan warga India di negerinya sendiri juga jorok², maaf.., BAB juga disembarang tempat!
Seperti diketahui, AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company, yaitu PT Angkasa Pura Aviasi, di mana AP II memiliki saham mayoritas sebesar 51 persen. Sementara sisanya dimiliki GMR Airports Consortium.
Wakil Menteri BUMN 2 Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kemitraan ini akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing bandara di kawasan Asean.
“Kemitraan strategis ini dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun, aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset ke depannya akan sepenuhnya dimiliki 100 persen oleh AP II,” katanya.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyampaikan dalam mencari mitra, pihaknya menentukan sejumlah kriteria, seperti memiliki pengalaman dan jaringan airport dan maskapai internasional hingga dapat mengembangkan rute dan layanan maskapai di Kualanamu.
Melalui kerja sama ini, ia menargetkan penumpang Bandara Kualanamu menjadi 54 juta orang per tahun atau setara dengan penumpang Bandara Soekarno-Hatta saat ini.
Profil Bandara Kualanamu
Bandar Udara Internasional Kualanamu (Kualanamu International Airport) adalah sebuah Bandar Udara Internasional yang melayani Kota Medan, Sumatra Utara.
Bandara ini terletak di Kabupaten Deli Serdang, 23 km arah timur dari pusat kota Medan.
Bandara ini adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia (setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan yang baru Bandar Udara Internasional Kertajati Majalengka, Jawa Barat).
Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di kecamatan Beringin, kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun.
Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya.
Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan.
Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992.
Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda.
Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi pada 5 September 2005.
Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan permukiman.
Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.
Rencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan.
Pada 1 Juli 2006, baru 1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan.
Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.
Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.
Pada awal tahun 2013, perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis.