Jubir Luhut Sebut Amien Rais Tak Bisa Move-On karena Gagal Jadi Presiden
Amien Sarankan Presiden Jokowi dan Luhut Pandjaitan untuk Periksa ke Psikolog
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, memberi tanggapan atas pernyataan Amien Rais.
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewa Syuro Partai Ummat, Amien menyampaikan pendapatnya dengan menyebut bahwa kemungkinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menko Marves mengalami sindrom narsistik megalomania.
Kemudian, Amien Rais pun menyarankan agar Presiden Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan pergi ke psikolog untuk memeriksakan kejiwaan mereka.
“Anda berdua ini harus mengaca diri. Tanya kepada psikolog-psikolog yang objektif, apakah kalian berdua itu sedang menderita narsisistik megalomania,” tutur Amien Rais di kanal YouTube Amien Rais Official, Sabtu (2/4) seperti dikutip TribunTernate.Com.
Pernyataan Amien Rais itu kemudian menuai sorotan dan tanggapan dari banyak pihak, tak terkecuali Juru Bicara Menko Marves, Jodi Mahardi.
Jodi pun memberikan tanggapan yang cukup menohok bagi Amien Rais. Ia menyebut, Amien lah yang sebenarnya mengidap sindrom tersebut lantaran tak bisa ikhlas menerima kenyataan gagal menjadi Presiden.
“Yang megalomania itu yang nggak bisa move on gagal jadi Presiden dan terus-terusan mem-bully orang lain,” kata Jodi ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (3/4/2022).
“Lalu yang harus ke psikolog itu para politikus yang tidak bisa menyampaikan pendapatnya secara beradab,” imbuhnya.
Menurut Jodi, sebagai tokoh politik senior, seharusnya Amien Rais mendidik generasi muda menjadi manusia beradab, bukan malah sebaliknya.
Melalui sebuah video berjudul “Duet Jokowi Luhut Tidak Kita Perlukan” di kanal YouTube-nya, Amien Rais menyampaikan kritik pedasnya kepada Presiden Jokowi dan Luhut Binsar Pandjaitan.
Amien Rais menyebut, saat ini pemerintahan Jokowi tengah ugal-ugalan dalam memimpin bangsa.
Terlebih, ketika ada sejumlah menteri yang menginginkan adanya perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
“Duet Jokowi-Luhut yang saat ini menjadi simbol dan substansi rezim berkuasa, sesungguhnya harus berakhir pada Oktober 2024. Tidak boleh lagi dua oknum ini menggerakkan berbagai cara, tekad ala Orde Baru itu,” kata Amien.
Dia masih ingat bagaimana rezim Orde Baru menggunakan banyak cara untuk menekan hingga membodohi rakyat demi tujuan politik belaka.
“Saya ingatkan, bahwa rezim Jokowi-Luhut, karena ambisi kekuasaannya itu menjadi sebuah rezim paranoid. Cirinya adalah rasa tidak pernah secure, aman,” kata dia.
Kemudian untuk menutupi kelemahannya lewat cara menggertak, mengancam, dan mengerahkan massa yang masif.
“Bahwa duet ini adalah satu-satunya yang dapat menyelamatkan bangsa,” katanya.
Amien prihatin dan merasa kasihan terhadap asosiasi-asosiasi dimanfaatkan demi kepentingan politik.
“Mengerahkan seluruh lurah se-Indonesia, mungkin nanti asosiasi-asosiasi tertentu, mungkin nanti eksponen bangsa petani, nelayan, buruh, pegawai negeri, pensiunan ini pensiunan ini, dan lain-lain.”
“Tetapi ini adalah suatu cara yang kosong substansi, kemudian abal-abal, tidak ada bobotnya.”
“Karena apa? Karena ini sangat artifisial. Ya seperti balon, kelihatannya besar, tapi jika terkena jarum kecil saja sudah kempis,” ungkapnya.
Dalam keterangannya, Amien Rais juga menyebut pemerintahan Jokowi sedang mengidap sindrom narsistik megalomania. Dia pun menjelaskan maksud sindrom tersebut.
“Memang seorang pemimpin, seorang presiden, itu ada kemungkinan mendapatkan sindrom narsistik megalomania. Narsisistik itu adalah seseorang yang merasa akulah yang paling sempurna, akulah yang paling benar, akulah yang paling tahu segala macam persoalan, orang lain lebih bodoh, orang lain tidak bermutu, dan lain-lain,” ucapnya.
“Megalomania itu membayangkan yang besar-besar, saya lihat ini, maaf ya Saudara Jokowi dan Luhut, Anda berdua ini harus mengaca diri, tanya kepada psikolog-psikolog yang objektif apakah kalian berdua itu sedang menderita narsisistik megalomania tadi,” sambungnya.
Faldo Maldini
Sementara, Staf Khusus Sekretaris Negara, Faldo Maldini mengatakan bahwa publik sudah paham dan bisa membedakan mana pernyataan atau kritikan yang rasional dan mana yang sentimen personal.
Pernyataan Faldo tersebut menyikapi komentar Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais yang menyebut Rezim Jokowi merupakan rezim yang paranoid.
“Silakan berpendapat, publik sudah paham mana yang sentimen personal dan mana yang argumen rasional,” kata Faldo Maldini, Minggu (3/4/2022).
Ia mengatakan Amien Rais merupakan alumnus program doktor Ilmu Politik Universitas Chicago.
Karenanya yang dibutuhkan adalah buah pikiran bukan sekadar gosip politik saja.
“Terkait isi kontennya, saya kira sama kayak isu yang heboh di medsos saja. Tidak ada yang baru lah,” katanya.
Menurutnya, sejak dahulu Amien Rais menempatkan diri sebagai oposisi.
Karenanya, tidak heran apabila komentar komentarnya mengkritik pemerintah.
“Kami doakan Prof Amien Rais sehat selalu dan dipanjangkan usianya. Beliau dari dulu kan memang oposisi, semoga Beliau selalu istiqomah. Semua Presiden tau tajam pernyataan Pak Amien,” katanya.
Sumber Berita: TribunTernate.Com
Link: https://ternate.tribunnews.com/2022/04/04/terus-mengejek-pemerintah-jubir-luhut-sebut-amien-rais-tak-bisa-move-on-karena-gagal-jadi-presiden