Lin Che Wei, Sosok Ekonom yang Tersangka Kasus Mafia Minyak Goreng
Lin Che Wei Tersangka Kelima Kasus tindak pidana korupsi pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO).
Lin Che Wei trending, pengamat ekonomi tersebut menambah daftar panjang tersangka kasus tindak pidana korupsi pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO).
Pria bertubuh gemuk berusia 55 tahun itu menjadi tersangka kelima kasus CPO atau minyak goreng.
Sebelumnya Kejagung menetapkan empat orang tersangka dan langsung ditahan terkait perkara dugaan tindak pidana kasus korupsi pemberian fasilitas CPO Januari 2021-Maret 2022.
Jaksa Agung Sanitiar (ST) Burhanuddin menyebut bahwa tim penyidik Kejagung telah mendapatkan alat bukti yang cukup untuk menetapkan empat orang tersebut sebagai tersangka.
Mereka adalah Dirjen Perdagangan Luar Negeri pada Kementerian Perdagangan Indrashari Wisnu Wardhana
Komisaris Utama PT Wilmar Nabati Indonesia Master Parulian Tumanggor
Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Grup Stanley MA
Terakhir Pierre Togar Sitanggang selaku General Manager di Bagian General Affair PT Musim Mas.
Dengan demikian Lin Che Wei sebagai tersangka keilma dalam kasus mafia minyak goreng tersebut.
Lin Che Wei merupakan Penasihat Kebijakan/Analisa pada Independent Research & Advisory Indonesia.
Sang ekonom sudah diperiksa sebanyak lima kali berturut-turut di setiap harinya.
Peran Lin Che Wei bersama-sama dengan tersangka IWW selaku Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI mengondisikan pemberian izin Persetujuan Ekspor (PE) di beberapa perusahaan,” tutur Burhanuddin dalam keterangannya
Lin Che Wei diketahui pernah terlibat dalam anggota tim asistensi di Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian. Tapi, menurut Jaksa Agung, keanggotaan itu telah berakhir pada akhir Maret 2022.
Menurutnya, selama masa pandemi, Lin Che Wei tidak aktif dalam Tim Asistensi, dan tidak memberikan masukan atau insight kepada Menko Perekonomian.
Profil Lin Che Wei
Lin Che Wei lahir 1 Desember 1968, ia adalah seorang pengusaha Tionghoa-Indonesia.
Pendidikan S1 – Universitas Trisakti dan MBA dari Universitas Nasional Singapura.
Lin Che Wei memulai kariernya sebagai analis keuangan di beberapa perusahaan asing antara lain WI Carr, Deutsche Bank Group dan Societe Generale.
Analisisnya yang kontroversial di dalam membongkar skandal Bank Lippo menyebabkannya berurusan dengan pengadilan dan dituntut sebesar Rp 103 miliar oleh pengurus Lippo Group.
Kasus ini menyebabkan Lin Che Wei mendapatkan penghargaan Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Lin Che Wei merupakan penerima penghargaan Indonesian Best Analyst dari AsiaMoney Magazine dan The Most Popular Analyst Award” untuk tahun 2002 dan tahun 2004.
Selain itu, Lin Che Wei pernah menjabat sebagai Presiden Direktur dari Danareksa (Perusahaan Investment Banking terbesar milik Pemerintah Indonesia) dari 2005 sampai pertengahan 2007.
Sejak tahun 2008 Lin Che Wei mendirikan perusahan riset yang berfokus pada Analisis Kebijakan dan Analisis Industri Independent Research Advisory Indonesia.
Ia mulai terlibat dengan pemerintahan setelah menjadi salah seorang panelis di dalam debat Calon Presiden pada tahun 2003.
Lin Che Wei menjadi panelis dari pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
Lin Che Wei menjadi sekretaris team perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Exxon di dalam mencari penyelesaian ladang minyak di Cepu yang berhasil diselesaikan pada tahun 2006.
Ia juga pernah menjabat sebagai staf khusus dari Menteri Negara BUMN, Sugiharto dan Staf Khusus dari Menko Perekonomian Aburizal Bakrie.
Sejak 2014, Lin Che Wei menjadi Policy Advisor (anggota Tim Asistensi) dari Menko Perekonomian Sofyan Djalil.
Kemudian menjadi Policy Advisor Menteri PPN/Bappenas dan Menteri ATR/BPN dan policy advisor Menko Perekonomian Darmin Nasution.
Sebagai Policy Advisor Kementrian ATR/BPN (2016-2019) Lin Che Wei terlibat dalam formulasi kebijakan:
Program Sertifikasi Tanah Sistematis dan Lengkap (PTSL) dengan target sertifikasi 5 Juta Bidang pada tahun 2017, 7 Juta Bidang pada tahun 2018, dan 9 Juta Bidang pada tahun 2019
Pembentukan Bank Bank Tanah (Sedang dalam proses)
Diskusi pembentukan UU Pertanahan.
Sebagai Policy Advisor Kemenko Perekenomian (2014-2019), Lin Che Wei ikut terlibat dalam formulasi kebijakan:
Pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) dan pembentukan Industri Biodiesel berbasis Kelapa Sawit
Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (2017)
Roadmap Kopi (2018)
Roadmap Industri Baja (2015-2017)
Studi Revitalisasi Pendidikan Vokasi (2016-2019)
Rencana Replanting Perkebunan Karet
Studi Industri Penerbangan Nasional Meliputi (Bandara, Airlines, Airnav) – 2019
Studi tentang Hutan dan Kawasan Hutan
Roadmap Tobacco dan Industri berbasis Tembakau (2018)
Roadmap Industri berbasis Rumput Laut
Studi dan Formulasi Kebijakan Pemerataan Ekonomi (2017-2019)
Roadmap untuk Industri Sapi dan Sapi Perah (Sedang Berjalan)
Studi E-Commerce dan Digital
Beberapa Kebijakan menyangkut Sektor Pangan (Kebijakan Menyangkut Infrastruktur Irigasi, Beras, Jagung)
Bekerja sama dengan Dirjen EBTKE dalam melakukan studi Green Diesel (bersama dengan P3TEK)
Melakukan Stakeholder Mapping dalam bidang Energi dengan PT Pertamina (Persero)
Verifikasi Lahan Sawah (Pilot Project pemetaan Lahan bekerja sama dengan BRI, Bulog)
Verifikasi Luas Lahan Kelapa Sawit di Provinsi Riau (bekerja sama dengan Dirjen Perkebunan dan PTPN V
Sejak Agustus 2007 sampai 2008, Lin Che Wei menjabat sebagai CEO dari Putera Sampoerna Foundation, sebuah yayasan pendidikan yang didirikan oleh Putera Sampoerna.
Pada tahun 2008, mendirikan perusahaan di bidang corporate advisory and research di bawah bendera PT Independent Research Advisory Indonesia.
Pada 2012, Lin Che Wei bersama Metta Dharmasaputra, Heri Susanto, dan Ade Wahyudi terlibat dalam pendirian Katadata, sebuah media online dan riset di bidang ekonomi bisnis dengan alamat situs http://www.katadata.co.id/.
Sejak 2013, Lin Che Wei menjadi CEO PT Pembangunan Kota Tua Jakarta yg bertugas merevitavilasi bangunan di Kota Tua Jakarta yang pada waktu itu berada di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama.
Ia juga menjabat sebagai Oversight Comittee PT. Pelindo II (Persero).
Lin Che Wei juga aktif dalam policy discussion forum Olveh Forum yang membahas berbagai policy analysis diskusi.
Che Wei juga aktif dalam beberapa kegiatan pameran Seni Rupa bersama dengan Sarasvati Art Management aktif di dalam mengadakan beberapa pameran kesenian.
Penghargaan
Most Popular Analyst, Majalah Prospektif (2004)
Penghargaan Tasrif Award dari Aliansi Independen Jurnalis (AJI) Indonesia karena melakukan advokasi terhadap hak untuk mendapat informasi dan kebebasan ekspresi.
Most Popular Analyst, Majalah Prospektif (2002)
Top 5 Best Analyst in Asia Money Survei (2000)
Rated in Reuters Survey of Asia Pacific Rim Companies (1998)
Indonesian Best Analyst, Asia Money Survei (1997)