Profil Bob Tutupoly, Penyanyi Legendaris yang Meninggal Dunia Usia 82 Tahun
Bagi Bob seseorang disebut profesional, jika ia disiplin, menghargai komitmen, terus belajar
Rest ini Peace (RIP) penyanyi legendaris Bob Tutupoly. Penyanyi bernama lengkap Bobby Williem Tutupoly tutup usia dalam usia 82 tahun.
Bob meninggal dunia pada Selasa (5/7/2022) di Rumah Sakit Mayapada Jakarta.
“Selamat jalan, Om Bob Tutupoly,” tulis Addie di akun Instagram @addiems999
Diketahui, penyanyi lagu dengan judul Widuri itu sudah lama mengalami sakit, salah satunya stroke ringan.
Salah satu penyanyi, Yuni Shara sempat menjenguk Bob Tutupoly. Ia memperlihatkan kondisi Bob yang sedang duduk di kursi roda.
Yuni Shara mengunjungi Bobby pada pertengahan Mei 2022 lalu.
Ia sempat mengunggah video di akun Instagramnya (@yunishara36) yang memperlihatkan kondisi Bob sedang duduk di atas kursi roda.
Mantan prensenter ternama yang kini duta besar Indonesia di Selandia baru menulis agak panjang tetap Bob Tutupoly melalui instagramnya, @tantowiyahyaofficial
Entertainer hebat itu telah pergi
Indonesia punya banyak seniman hebat namun hanya beberapa saja yang layak disebut entertainer. Satu dari yang sedikit itu adalah Bob Tutupoly.
Mengawali karirnya sebagai penyanyi, Bob merantau ke Amerika Serikat, pulang ke Indonesia untuk kemudian menjadi penyanyi sekaligus pembawa acara papan atas sampai akhir khayatnya.
Bob Tutupoly adalah seniman profesional di saat adjektif ini belum benar-benar dijiwai di Indonesia. Bagi Bob seseorang disebut profesional, jika ia disiplin, menghargai komitmen, terus belajar dan meningkatkan kemampuan dan selalu berusaha memberikan lebih.
Bob mampu bertahan hampir 5 dekade di panggung hiburan Indonesia, perlahan mundur hanya karena faktor kesehatan. Namun namanya terus harum.
Bersama Kris Biantoro dan Koes Hendartmo yang semuanya sudah berpulang, Bob telah mengangkat derajat dan harkat seniman Indonesia khususnya legiun pembawa acara.
Ia mewariskan banyak ilmu bagi sejawat dan generasi setelahnya. Ia memang tidak membuka sekolah keterampilan MC maupun menyanyi, dia membimbing dengan memberikan contoh.
Bob telah memberikan contoh bagaimana memilih lagu yang pas dengan suasana serta komunikasi di panggung yang efisien, jelas dan nyambung dengan jaman.
Saya beruntung mengenal dan banyak belajar dari bung Bob secara langsung. Bagi saya dia penyanyi hebat, tidak terjebak dalam stereotipe.
Bob sings like nobody and nobody sings like Bob. Sebagai Pembawa Acara, Bob akan selalu saya jadikan panutan.
Ia satu dari sedikit pembawa acara yang mampu bertutur dalam bahasa Indonesia dan Inggris sama baiknya.
Selamat jalan Bung Bob. We will miss you. Atas semua kebaikan dan ilmu yang kau wariskan, semoga Surga menjadi tempat abadimu.
Profil Bob Tutupoly
Bobby Willem Tutupoly (13 November 1939 – 5 Juli 2022) atau yang lebih dikenal sebagai Bob Tutupoly adalah seorang penyanyi, pembawa acara, dan aktor Indonesia.
Ia mulai rekaman di Jakarta pada tahun 1965 bersama Pattie Bersaudara.
Selanjutnya, ia dikenal dengan lagu-lagu Lidah Tak Bertulang, Tiada Maaf Bagimu, Tinggi Gunung Seribu Janji, dan lain-lain.
Namun ia lebih tertarik menyanyi. Akhirnya ia bergabung Bill Saragih di band The Jazz Riders pada 1960.
Pada 1969 ia pergi ke Amerika Serikat dan memimpin sebuah restoran milik Pertamina di kota New York.
Setelah kembali ke Indonesia pada 1977, ia menjadi populer karena membawakan lagu Widuri, ciptaan Slamet Adriyadi, yang menjadi sangat terkenal hingga saat ini.
Ia juga memandu acara kuis di TVRI.
Bob Tutupoly adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasangan perantau asal Negeri Ouw, Maluku, Adolf Laurens Tutupoly dan Elisabeth Wilhemmina Henket-Sahusilawane. Ia dilahirkan di RS William Booth, Jalan Diponegoro, Surabaya pada tanggal 13 November 1939.
Bob memiliki seorang kakak yang bernama Christian Jacobus Tutupoly dan tiga orang adik yang bernama Alexander Bartjes Tutupoly, Hendrika Laurensia Tutupoly, dan Adolf Tutupoly Jr. (meninggal pada tahun 1947, saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta).
Ayahnya telah berdinas di Angkatan Laut sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan terus membela TNI ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya. Bob dan keluarganya sempat berpindah ke Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota RI, sebelum akhirnya kembali ke Surabaya pada tahun 1953 dan memasuki bangku Sekolah Dasar di SD Pasar Turi.
Sejak kecil, Bob dan keempat saudaranya dididik dengan disiplin militer oleh sang ayah. Bakat seni Bob memang diwariskan dari kedua orang tuanya, ayahnya adalah pemain suling dan ibunya merupakan penyanyi di gereja.
Bob Tutupoly melanjutnya pendidikannya di SMP Kristen Embong Wungu, Surabaya dan SMA Katolik St. Louis, Surabaya. Ia sempat menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ekonomi Surabaya (Cikal bakal Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga) dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung namun kedua terhenti di tengah jalan.
Kegemaran Bob Tutupoly akan dunia tarik suara telah ditunjukkannya sejak kecil dan ia mulai bernyanyi untuk mendapatkan uang jajan tambahan pada masa remajanya.
Saat duduk di bangku SMA, Bob diajak bergabung dalam Kwartet Jazz di RRI Surabaya oleh Didi Pattirane.
Bersama Didi Patirane, Bob juga merekam lagu-lagu daerah Maluku, seperti Mande-mande, Sulie, dan Donci Bagici.
Rekaman tersebut difasilitasi oleh perusahaan rekaman milik negara, Lokananta. Pada masa-masa itu, Bob juga diminta bergabung dengan Chen Brohers (Bubi Chen, Nico, Jopie Chen, dan Frans) untuk mengisi acara dansa kalangan atas.
Bob Tutupoly pernah tergabung di dalam Band Bhinneka Ria bersama dengan Bubi Chen, Loudy Item, Award Seweileh, Marius Diaz, Hasan Alamudin, dan Yusmin.
Band ini berhasil menjuarai festival band di Surabaya dan festival Band se-Jawa di Jakarta. Band Bhinneka Ria sempat bermain bersama Trio Los Pancos dan merekam lagu Oto Bemo, Kopral Jono, dll. bersama dengan Jack Lesmana pada tahun 1960.
Ketika berkuliah di Bandung, Bob tergabung dalam grup Cresendo pimpinan Yongki Nusantara yang sering tampil di hotel, seperti Hotel Homman dan Bumi Sangkuriang serta beberapa klub malam kota Bandung.
Pada tahun 1963, band The Riders meminta dirinya menggantikan vokalis mereka saat itu, Bill Saragih, yang bekerja di Thailand. Bersama The Riders, Bob dapat tampil di Nirwana Super Club, Hotel Indonesia sebanyak 15 kali dalam sebulan. Bob tidak hanya sering tampil di Hotel Indonesia, tetapi juga di TVRI dan tempat-tempat lain yang mengundangnya.
Ketika menjabat sebagai public relation di Restoran Ramayana (NY), Bob berkenalan dengan seorang penari Indonesia bernama Rosmayasuti Nasution (Yosie) yang sedang tampil di tempat tersebut.
Bob Tutupoly melamar istrinya pada tahun 1972. Istrinya tersebut merupakan None Jakarta 1972.
Pada tanggal 15 April 1977, Bob dan Yosie resmi menjadi suami-istri di hadapan petugas catatan sipil.
Pernikahan tersebut dihadiri oleh Adnan Buyung Nasution sebagai saksi atas keluarga Yosie dan Leo Lopulisa sebagai saksi dari pihak Bob.
Sebelumnya mereka berdua harus menjalani persidangan selama sembilan bulan dikarenakan perbedaan keyakinan yang mereka anut.
Putri semata wayang mereka lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1978 dan diberi nama Sasha Karina Tutupoly.