Business is booming.

Profil Dr Laksana Tri Handoko, Bertabur Prestasi Sebagai Peneliti Tapi Banyak Sebagai Kepala LIPI

Sejumlah anggota Komisi VII pada Senin (30/1/2023) telah menyuarakan kepada Presiden Jokowi untuk mencopot LTH sebagai kepala BRIN.

BRIN atau Badan Riset dan Inovasi Nasional trending. Tentu saja hal itu terkait dengan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (LTH)

Sejumlah anggota Komisi VII pada Senin (30/1/2023) telah menyuarakan kepada Presiden Jokowi untuk mencopot LTH sebagai kepala BRIN.

Alasannya karena penunjukannya sebagai Kepala BRIN menimbulkan banyak masalah mulai dari soal transparansi anggaran, sampai soal konflik internal.

Yang menyuarakan pencopotan tak tanggung-tanggung yakni Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto dari Fraksi Partai NasDem.

Mulyanto dari fraksi PKS merekomendasikan untuk dilakukannya audit khusus dengan tujuan tertentu terkait penggunaan anggaran BRIN tahun anggaran 2022 oleh BPK RI.

Profil Laksana Tri Handoko

Pada laman LIPI ia menyebut dirinya melakukan penelitian teoritik di bidang fisika partikel elementer dengan fokus tema pemodelan interaksi elementer, biofisika dengan fokus tema dinamika biomateri elementer (DNA / protein) dan sains komputasi.

Sementara di aplikasi linkedin ia menggambarkan dirinya  hanyalah seorang ilmuwan biasa yang didorong oleh rasa ingin tahu ilmiah dan semangat tak terbatas untuk membuat inovasi dalam setiap topik penelitian yang dilakukan dengan kelompok kecil saya.

Filosofinya tentang sains: tugas utama seorang ilmuwan BUKAN untuk mengembangkan sains yang hebat, tetapi untuk menghasilkan inovasi dengan cara ilmiah, tidak peduli seberapa kecil atau hebatnya itu.

Baca Juga:  121 Perwira Tinggi TNI AD Alami Penurunan Pangkat, Siapa Saja Mereka?

“Saya percaya sebuah inovasi akan memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia meskipun tidak ada yang bisa menyebutkan (atau bahkan tidak tahu) kapan, di mana dan bagaimana jadinya…

Kehebatan karya kita BUKAN menjadi tujuan utama, karena itu dibenarkan oleh siapapun lain, domain khalayak publik dan dalam arti masalah waktu. (linkedin)

Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc. lahir 7 Mei 1968. Ia merupakan salah satu pionir dan penggagas utama Grup Fisikawan Teoritik Indonesia serta Masyarakat Komputasi Indonesia.

Dari kedua organisasi profesi ilmiah, GFTI dan MKI, inilah muncul kegiatan tahunan dengan model konsorsium berupa Workshop on Theoretical Physics (WTP).

LTH lahir dan dibesarkan di Lawang, sebuah kota kecil di Jawa Timur.

Segera setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya tahun 1987, melanjutkan studi ke Jepang sebagai karyasiswa pemerintah Indonesia di bawah program OFP IV dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI pada era B.J. Habibie.

Meski sempat mengenyam bangku kuliah di jurusan fisika ITB selama beberapa bulan, ia meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi ke Kumamoto University di Kumamoto, Jepang.

Selanjutnya pada tahun 1993 melanjutkan ke program master di Hiroshima University, Hiroshima sampai menyelesaikan program doktornya di bidang teori fisika partikel atau fisika energi tinggi pada tahun 1998.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, LTH melanjutkan karier sebagai peneliti di lembaga-lembaga penelitian dunia seperti The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics ICTP di Trieste Italia.

Dilanjutkan kemudian di Deutsches Elektronen-Synchroton (DESY) di Hamburg Jerman, serta Department of Physics – Yonsei University di Korea Selatan. LTH juga merupakan Humboldt Fellow sejak 1999, serta ICTP Simons Associate periode 2014-2019.

Sebagai peneliti LTH, panggilan pendeknya, berkiprah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, khususnya di Pusat Penelitian Fisika.

Di LIPI, LTH merupakan pionir penelitian di bidang pengetahuan lanjut dengan membangun Grup Fisika Teoritik dan Komputasi.

Di dunia penelitian, LTH telah mendapatkan beberapa penghargaan seperti PII Adhidarma Profesi Award dan Penemuan Baru yang Bermanfaat bagi Negara (PB3N) pada tahun 2010.

Lalu Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2009  untuk bidang sains, 101 Inovasi Paling Prospektif 2009 untuk Aplikasi TI Publik data dan komputasi terdistribusi,.

Ia juga memperoleh Achmad Bakrie Award untuk Bidang Sains 2008 atas penelitiannya terkait pencarian partikel Higgs,

Habibie Award untuk Bidang Sains 2004 atas penelitiannya di bidang fisika teori dan Peneliti Muda Indonesia untuk berbasis Data dan Komputasi Terdistribusi.

Selain itu dapat Satyalancana Wira Karya 2009 atas usahanya merintis aneka infrastruktur TI publik berbasis Bidang IPA dan Lingkungan 2002  atas penelitiannya di bidang fenomenologi fisika partikel.

Secara global LTH mendapatkan kehormatan sebagai Simons Regular Associates Fellow di ICTP Trieste untuk periode 2014-2019, serta Humboldt Fellow sejak 1999.

Selain sebagai peneliti tetap di LIPI di Kampus Puspiptek Serpong – Tangerang, LTH juga menjadi pengajar BHMN di Departemen Fisika UI di Kampus Depok sejak kepulangannya ke tanah air tahun 2002.

Di UI LTH bergabung dengan Grup Fisika Nuklir dan Partikel.

Sejak masa studi di program master, LTH menekuni kajian fenomenologi peluruhan meson B dan perusakan CP.

Selanjutnya, selama masa sebagai periset di DESY Hamburg di Jerman, menekuni efek supersimetri pada peluruhan meson B serta neutrino.

Pada masa ini hasil penelitian kolaborasinya sangat dikenal luas di komunitas global, ditunjukkan dengan jumlah sitasi yang rata-rata di atas 100 untuk beberapa karya ilmiahnya.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 2002, bersama-sama dengan mahasiswanya di Fisika UI mengkaji teori unifikasi (GUT) berbasis simetri SU

Mirip dengan beberapa fisikawan dunia, LTH memiliki multi talenta selain fisika teori, antara lain terkait dengan teknologi informasi (TI).

Meski diakuinya ini hanya sekadar hobi sampingan, kegiatannya di TI tidak bisa dipandang sebelah mata, dibuktikan dengan aneka luaran riil yang dibuatnya.

Menariknya seluruh hobi ini masih terkait erat dengan kompetensi utamanya di fisika.

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...