Ini Profil KH Marzuki Mustamar, Dipecat PBNU karena Dukung 01
KH Marzuki Mustamar jadi sorotan karena dicopot dari jabatan Ketua PWNU Jawa Timur
Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar jadi sorotan netizen saat tagar PBNU trending di media sosial X (Twitter) pada Jumat (29/12/2023).
KH Marzuki Mustamar jadi sorotan karena dicopot dari jabatan Ketua PWNU Jawa Timur, yang diduga berkaitan dengan urusan Pilpres 2024 meskipun pemberhentian Kyai sepuh ini disebut-sebut merupakan masalah internal organisasi.
Banyak pihak yang menyesalkan sikap PBNU memecat KH Marzuki Mustamar. Berikut profil kyai sepuh yang dirangkum dari berbagai sumber.
Profil KH Marzuki Mustamar
Mengutip laman jatim.nu.or.di, KH Marzuki Mustamar lahir di Blitar pada 22 September 1966 silam. Ia adalah putra dari KH Mustamar dan Nyai Siti Zainab. Kyai Marzuki dibesarkan di lingkungan yang kental ilmu agama.
Saat Madrasah Ibtidaiyah, ia telah mendalami ilmu nahwu, shorrof, tasawuf, dan fiqih kepada Kiai Hasbulloh Ridlwan serta para kiai-kiai di Blitar. Kiai Marzuki muda, sambil belajar ia juga mengajar warga sekitar.
“Lalu, sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah, Kiai Marzuki telah mampu menghatamkan kitab Mutammimah,” demikian keterangan dalam tulisan salah satu santrinya, yaitu Febi Akbar Rizki dikutip dari laman NU.
Menginjak Madrasah Aliyah, Kiai Marzuki pun belajar ilmu manthiq dan ilmu balaghah kepada Kiai Hamzah. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang ini juga menghatamkan kitab Shahih Muslim kepada Kiai Ridlwan.
Selanjutnya, ia meneruskan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Malang jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Kiai Marzuki tinggal di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono, yang kala itu diasuh oleh KH Mashduqi Mahfudz. Sementara pendidikan S2 ditempuh di Universitas Islam Lamongan (Unisla).
“Selain mengaji, aktivitas Kiai Marzuki di Pondok Mergosono juga mengabdi dan mengajar para santri,” kata Febi Akbar Rizki dalam tulisannya.
Salah satu santri yang pernah menimba ilmu kepada Kiai Marzuki ialah Nyai Sa’idatul Mustaghfiroh, yang kini menjadi istrinya. Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai dua putra dan lima putri. Yakni, Habib Nur Ahmad, Diana Nabila, Millah Shofiya, M ‘Izzal Maula, ‘Izza Nadila, Rossa Rahmania, serta Dina Roisah Kamila.
Selepas menikah, Kiai Marzuki bersama Nyai Sa’idatul Mustaghfiroh tinggal di Dusun Gasek Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Kiai Marzuki meneruskan dakwah dan perjuangan guru-gurunya dengan mendirikan pondok pesantren untuk membentengi serta menyiarkan agama Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah.
Pembela Ahlussunnah dari Malang
Kiai Marzuki dikenal sebagai sosok Singa Pembela Ahlussunnah dari Malang. Hal itu lantaran perjuangan dalam menjaga akidah dan menyiarkan agama Islam benar-benar getol dilakukan.
Di organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Marzuki pernah diamanahi sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang selama dua priode. Ia juga pernah menjabat Wakil Rais PWNU Jatim. Hingga, akhirnya terpilih mengemban amanah Ketua PWNU Jatim masa khidmat 2018-2023.
Tak hanya berdakwah, Kiai Marzuki juga menulis kitab, yakni Al-Muqtathofat li Ahlil Bidayah. Kitab tersebut berisi tentang hujjah atau dalil-dalil dasar amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Ada juga buku berjudul Solusi Hukum Islam, Mutiara Hadits, Syarah Hadits-Hadits Pilihan: Menggali Kemuliaan dari Kitab Mukhtarul Hadits, dan Khutbah Jumat 7 Menit.
Pada tahun 2020, Kiai Marzuki dinobatkan sebagai peraih Man of The Year Jatim 2020 dari Anugerah TIMES Indonesia. Selain itu, ia juga mendapat kehormatan sebagai Duta Perdamaian Internasional dari Vision of Peace Awards Indonesia (VPAI), Demien Dematra 2020.
Baru-baru ini, Kiai Marzuki sukses meraih gelar doktor predikat ‘Dengan Pujian’ dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam Multikultural di Universitas Islam Malang (Unisma). Disertasinya berjudul ‘Pemikiran Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan dalam Pengembangan Pendidikan Islam Multikultural.
Ringkasan Pendidikan
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA, Tahun 2004