Business is booming.

Profil Meutya Hafid, Mantan Jurnalis TV, Kini Menkomdigi

Meutya Hafid janji berantas judi online merupakan komitmen pertama.

Meutya Hafid trending. Faktanya Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) menghadiri undangan Kementerian Digital dan Perhubungan Jerman dalam rangka International Digital Dialogue Conference (IDDC), pada 21-22 November 2025, Berlin, Jerman.

Menurut akun X @kemkominfo Meutya Hafid melakkan Penandatanganan MoU sebagai kelanjutan dari progres forum tahunan Indonesian-German Digital Dialogue (IGDD) yang menghasilkan Joint Declaration of Intent (JDoI) on Cooperation in the Field of Digitalization pada tahun 2023 lalu.

Inklusivitas, pemberdayaan, dan kepercayaan menjadi prinsip-prinsip fundamental transformasi digital yang ditekankan oleh Menkomdigi Meutya Hafid dalam pidatonya pada IDDC 2024.

Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto melantik jajaran menteri Kabinet Merah Putih usai mengucapkan sumpah jabatan dan menandatangani berita acara di Istana Negara, Jakarta, pada Senin lalu, termasuk Meutya Hafid.

Kehadirannya menjadi sejarah baru sebagai perempuan pertama yang mengemban jabatan di posisi menteri itu.

Ada pun berantas judi online merupakan komitmen pertama.

Meutya Hafid berkomitmen untuk melanjutkan program-program strategis yang telah dijalankan Kemenkominfo di bawah pimpinan Budi Arie.

Salah satunya  perang terhadap judi online, pastinya akan kami teruskan bersama-sama. Enggak boleh kendor.

Selain itu, Meutya juga menyebutkan ihwal upaya pemerataan internet berupa akses internet yang menyeluruh dan berkeadilan.

Kemudian, ia juga menyebut persoalan keamanan data yang merupakan permasalahan bersama.

Selanjutanya, mengpayakan ruang digital yang aman dan pemerataan internet

Meutya Hafid juga akan fokus terhadap sejumlah hal dalam 100 hari kerja, termasuk menciptakan ruang digital yang aman dan pemerataan internet di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal.

Terakhir adalah mendorong digitalisasi urusan pemerintahan. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden yang menekankan pentingnya digitalisasi dalam meningkatkan efisiensi layanan publik dan pemerintahan.

Profil Meutya Hafid

Meutya Viada Hafid (lahir 3 Mei 1978) adalah seorang wartawati dan politikus Indonesia.

Saat ini ia menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Republik Indonesia.

Sebelumnya ia menjadi Anggota DPR-RI sejak 2010 menggantikan Burhanuddin Napitupulu yang meninggal dunia.

Seorang kader Partai Golongan Karya, ia mewakili daerah pemilihan Sumatera Utara I.

Baca Juga:  Partai Salah Input Trending, Plesetan Buat Partai Sosialis Indonesia yang Jumlah Suaranya Mendadak Naik

Di DPR-RI, ia menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR sejak 2019. Sebelumnya, ia bekerja sebagai jurnalis di Metro TV serta menjadi pembawa acara di beberapa acara televisi.

Selain itu juga ia merupakan putri daerah Sulawesi Selatan yang berasal dari Soppeng.

Pendidikan

SD Negeri Menteng 02 (1984–1990)

SMP Negeri 1 Jakarta (1990–1993)

Crescent Girl’s School (1994–1997)

S-1 Universitas New South Wales (1997–2001)

S-2 Universitas Indonesia (2015–2018)

Organisasi

Wakil Ketua Umum Bidang Polhukam dan MPO DPP Ormas MKGR (2020 – sekarang)

Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar (2019 – sekarang)

Wakil Ketua Dewan Pakar Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) (2019 – sekarang)

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf Amin (2018 – 2019)

Koordinator Bidang Hukum, HAM, Kebijakan Publik dan Kerjasama Publik Kesatuan Perempuan Partai Golkar (2016-2021)

Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri DPP Partai Golkar (2016-2019)

Ketua Bidang Strategi Opini dan Propaganda Ormas MKGR (2015-2020)

Tragedi penyanderaan

Pada 18 Februari 2005, Meutya dan rekannya juru kamera Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak.

Kontak terakhir Metro TV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh.

Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini.

Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi Metro TV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).

Sebagai jurnalis televisi

Pada 11 Oktober 2007, Meutya Hafid terpilih sebagai pemenang Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O’Neill, dari pemerintah Australia.

Penghargaan ini dianugerahkan setiap tahun untuk mengenang mantan Atase Pers Kedutaan Australia Elizabeth O’Neill, yang gugur dalam tugasnya pada 7 Maret 2007 dalam kecelakaan pesawat di Yogyakarta. Penghargaan diberikan kepada satu orang jurnalis Australia dan satu orang jurnalis Indonesia, diserahkan langsung oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer.

Dari Australia, jurnalis ABC Radio Australia bernama Joanna McCarthy terpilih menjadi pemenang. Dengan kemenangan itu, Meutya menjalani program 3 minggu di daerah pedalaman untuk mengembangkan pengertian dan apresiasi lebih baik terhadap isu kontemporer yang dihadapi Australia dan Indonesia. Dubes Farmer menilai Meutya yang saat itu menjadi pembawa acara berita unggulan Metro TV dan acara perbincangan seperti Top Nine News, Today’s Dialogue dan Metro Hari ini, adalah pilihan “paling tepat” sebagai pekerja keras, profesional dan jurnalis yang berdedikasi dengan pengalaman luar biasa.

Baca Juga:  Giliran Mie Gacoan Bekasi Segera Buka, Langsung Peroleh 6.440 Like di Instagram

Pada 19 Februari 2008, Meutya meraih penghargaan alumni Australia 2008 untuk kategori Jurnalisme dan Media, bersamaan dengan pemilik grup Lippo Dr. James Tjahaja Riady (alumni University of Melbourne) yang menerima penghargaan serupa untuk kategori kewiraswastaan.

Meutya sempat kuliah di University of New South Wales, sebelum kemudian mengabdikan diri sebagai jurnalis Metro TV. Finalis lain di kategori yang sama adalah Avian Tumengkol (William Angliss Institute) yang menjadi wakil khusus urusan kepresidenan dan luar negeri, Wishnutama Kusubandio (Kooralbyn International School) yang saat itu menjadi Direktur Utama Trans7, Mohammad Sobary (Monash University) yang menduduki Direktur Eksekutif Kemitraan; dan Rahmad Nasution (University of Queensland), kepala biro Antara.

Meutya menjadi satu dari 30.000 pelajar dan mahasiswa di Malaysia. dari Indonesia di Australia dalam 50 tahun terakhir yang menunjukkan prestasi gemilang dan berkontribusi besar membuat lingkungan sosial Australia lebih berwawasan dan mendekatkan kedua bangsa.

Penghargaan diberikan di hadapan sekitar 700 alumnus Australia dan kalangan diplomat RI yang pernah bertugas di Australia. Turut hadir mantan menteri Hartarto dan pengusaha ternama Noke Kiroyan.

Pada 9 Februari 2012, Meutya menjadi satu di antara lima Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan, karena dianggap sebagai tokoh besar di balik perkembangan pers nasional.

Meutya menjadi satu-satunya perempuan yang duduk di antara tokoh pers inspiratif tersebut, dan juga yang termuda meraih penghargaan tersebut.

Dia terpilih bersama Tirto Adhi Soerjo. Tirto Adhi Soerjo, perintis pertama surat kabar di Indonesia melalui “Medan Prijaji” pada 1 Januari 1907 di Bandung.

Selain itu, juga sastrawan dan pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad, tokoh pers Indonesia Rosihan Anwar, serta Andy F. Noya yang menjadi host acara “Kick Andy” di Metro TV.

“Kita juga semakin sadar bahwa wartawan tak hanya butuh intelektualitas dan wawasan, tetapi juga keberanian dan kegigihan. Dan, yang tak kalah pentingnya, Meutya juga menyadarkan pada kita bahwa wartawan bukan hanya profesi kaum pria,” demikian Mizan menyebutkan.

Baca Juga:  Enam Tersangka Kasus Tragedi Kanjuruhan, Dirut LIB Tersangka dan Trending

Karier politik

Pada 2010, Meutya berpasangan dengan H. Dhani Setiawan Isma S.Sos sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota Binjai periode 2010-2015, diusung Partai Golkar, Demokrat, Hanura, PAN, Patriot, P3I, PDS serta 16 partai non-fraksi DPRD Binjai.

Deklarasi pasangan Dhani-Meutya didukung Partai Golkar sebagai calon Wali kota dan Wakil Wali kota dilaksanakan di Gedung Patar Hall, Jalan Tuanku Imam Bonjol, Binjai Kota, pada 15 Desember 2009.

Acara deklarasi tersebut dihadiri ribuan massa dengan pengawalan ketat petugas kepolisian kota Binjai. Sayangnya, Meutya kalah.

Saat itu, diduga ada kesalahan rekapitulasi penghitungan suara di Tingkat PPK Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Timur, Binjai Selatan dan Binjai Kota. Suara Dhani-Meutya juga diduga berkurang 200, dari seharusnya 22.287 menjadi 22.087 suara.

Perolehan suara Dhani-Meutya juga banyak yang dibatalkan karena kertas suara dicoblos hingga bagian belakang secara simetris, dan banyaknya dan kertas suara yang robek di bagian tengah sehingga menguntungkan calon pasangan tertentu.

Meutya berupaya mencari keadilan ke Mahkamah Konstitusi dan meminta penghitungan kembali kotak suara sekaligus mencari kebenaran pelaksanaan Pilkada di Kota Binjai karena diduga ada kesalahan penghitungan suara di beberapa TPS, Kecamatan Binjai Barat berdasarkan temuan-temuan saksi di tiap-tiap TPS.

Sayangnya, MK memutuskan menolak permohonan Meutya dengan alasan tidak cukup bukti.

Pada bulan Agustus 2010, ia dilantik menjadi Anggota DPR antar waktu dari Partai Golkar menggantikan Burhanudin Napitupulu yang meninggal dunia.

Ketika organisasi massa yang didirikan Surya Paloh, yakni Nasional Demokrat, berganti baju menjadi partai politik pada 25 Juli 2011, Meutya yang dekat dengan Surya Paloh (atasannya ketika berkarya di Metro TV) termasuk di antara kader Golkar yang mundur dari Nasdem.

Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham mengatakan seluruh anggota Fraksi Partai Golkar memilih mundur dari Nasional Demokrat.

Pengunduran diri kader Golkar itu diumumkan pada Kamis, 11 Agustus 2011 yang merupakan tenggat bagi kader Golkar untuk memilih bertahan di partai berlambang beringin tersebut, atau pindah ke Nasdem.

Selain Meutya, kader Golkar lain yang sempat bergabung di Nasdem adalah Jeffrie Geovanie dan Ferry Mursyidan Baldan.

Pada hari itu, Meutya Hafid menyatakan di akun Twitternya dengan tegas mengatakan, “sangatlah tak mungkin jika saya menjadi anggota parpol lain.”

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...