Profil PM Nepal KP Oli, Mundur karena Demo Besar Rakyatnya

Suasana di Nepal mirip dengan Indonesia. Diwarnai demonstrai akibat tak puas dengan pemerintahannya.

Bahkan jumlah warga tewas akibat protes dan unjuk rasa jika di Indonesia 10 orang, di Nepal menyebabkan 19 orang.

Akibatnya Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli, resmi mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025) waktu setempat.

Warga protes menuntut pencabutan larangan media sosial dan pemberantasan korupsi.

Khadga Prasad Sharma Oli atau K. P. Oli, adalah figur sentral dalam perpolitikan Nepal modern.

Ia mulai terjun ke dunia politik pada tahun 1966. Kemudian membentuk arah perjuangannya sepanjang karier.

KP Oli dikenal sebagai pemimpin yang tangguh, kontroversial, dan berpengaruh dalam arah kebijakan nasional.

Oli baru saja meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri Nepal, Selasa (9/9/2025) setelah pemerintahannya diguncang demo gen-Z.

Khadga Prasad Sharma Oli lahir 22 Februari 1952 (73 tahun). Ia adalah seorang politikus dan Perdana Menteri Nepal.

Ia sebelumnya menjabat dua periode sebagai perdana menteri, dari 11 Oktober 2015 hingga 3 Agustus 2016, dan dari 15 Februari 2018 hingga 13 Juli 2021.

KP Oli merupakan perdana menteri pertama yang diangkat setelah pemilihan umum pertama di bawah konstitusi baru.

KP Oli terkenal mengambil sikap yang lebih keras terhadap pemerintah India selama dan setelah blokade Nepal tahun 2015.

Ia memperkuat hubungan dengan Tiongkok sebagai alternatif dari hubungan perdagangan tradisional Nepal yang erat dengan India

Ia memperbarui peta Nepal melalui amendemen konstitusi termasuk wilayah yang disengketakan dengan India, yang karenanya ia menerima pujian dalam negeri dan reputasi sebagai seorang nasionalis.

Saat menjabat, Oli dirusak oleh kontroversi karena seringnya melontarkan kata-kata yang tidak langsung, sikap bermusuhan terhadap kritikus dan media.

Sikap diam terhadap korupsi oleh rekan kerja dan pembantu bisnis, serta kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas pertumbuhan ekonomi, dan karena penyimpangan dari belanja anggaran yang dijanjikan.

Meskipun dalam sejarahnya mereka memperoleh suara mayoritas pada pemilu legislatif tahun 2017.

KP Oli memulai karier politiknya sejak 1966 dan terpengaruh oleh aliran Marxism-Leninism.

Ia menjadi anggota Partai Komunis Nepal sejak Februari 1970. Karena aktivitas politiknya, ia pernah ditahan beberapa kali oleh otoritas Nepal tahun 1973 hingga 1987.

Setelah bebas dari tahanan, ia menjadi anggota komite pusat UML dan bertanggung jawab terhadap wilayah Lumbini hingga 1990.

Pada 1992, ia memegang jabatan sebagai Kepala Departemen Luar Negeri CPN (UML). Ia juga menjadi presiden the National Democratic Youth Federation of Nepal(DNYF). Pada 1994 hingga 1995, ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Nepal dalam kabinet Adhikari.

Selanjutnya ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Nepal dalam periode yang singkat pada April 2006 – 2007.

Ia juga pernah ditugaskan untuk menyelidiki kematian sesama politikus Madan Bhandari

Setelah Bidhya Devi Bhandari terpilih sebagai Presiden Nepal, ia terpilih sebagai Perdana Menteri Nepal ke-38 melalui voting di parlemen Nepal pada 11 Oktober 2015 dan dilantik pada 12 Oktober 2015.

Dalam voting tersebut, ia mengalahkan Sushil Koirala, Perdana Menteri sebelumnya dengan mendapatkan 338 (55 persen) suara dari 598 suara dari anggota parlemen.

Sebagai kandidat Perdana Menteri, ia didukung oleh UCPN-Maoist, Partai Rastriya Prajatantra Nepal, Madhesi Rights Forum Democratic dan 13 partai kecil lainnya.

Ia memilih Kamal Thapa dan Bijay Kumar Gachhadar sebagai deputi Perdana Menterinya.

Ia menikah dengan Radhika Shakya dan tinggal di daerah Bhaktapur.