Business is booming.

Calon Penerus Ayatollah Ali Khamenei, Ibrahim Raisi Terpilih Jadi Presiden Iran

Ibrahim Raisi Akhirnya Terpilih Jadi Presiden Iran, 2017 ia kalah dari Hassan Rouhani

Iran kini punya Presiden baru yang taka sing namanya, Ibrahim Raisi.

Ia baru saja memenangkan pemilu menggantikan Hassan Rouhani yang telah menjabat selama dua periode berturut-turut.

Sayyid Ebrahim Raisol-Sadati, nama lengkapnya, lahir di Mashhad, Iran, 14 Desember 1960 (umur 60 tahun)

Ia adalah seorang politikus, rohaniwan Muslim dan Ketua Hakim Iran, yang diangkat pada 7 Maret 2019.

Ebrahim Raisi dinyatakan keluar sebagai pemenang pemilu, mengalahkan 3 lawannya yaitu Abdolnaser Hemmati, Mohsen Rezaei, dan Amir Hossein Ghazizadeh Hashemi.

Kemenangan Ebrahim Raisi telah diprediksi sebelumnya.

Selain unggul di jajak pendapat, pemilu kali ini bahkan dianggap sebagai pemilu yang dirancang khusus untuk memenangkan Raisi, BBC melaporkan.

Banyak orang menghindari pemilihan, karena percaya pemilu itu direkayasa untuk mendukung Raisi, yang merupakan sekutu setia Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Ebrahim Raisi adalah seorang politisi konservatif dan prinsipil Iran serta ahli hukum Muslim.

Raisi pernah menjabat beberapa posisi dalam sistem peradilan Iran, seperti Wakil Ketua Mahkamah Agung (2004–2014), Jaksa Agung (2014–2016), dan Hakim Agung (2019-sekarang).

Dia juga Jaksa dan Wakil Jaksa Teheran pada 1980-an dan 1990-an.

Dia adalah Penjaga dan Ketua Astan Quds Razavi, seorang bonyad, dari 2016 hingga 2019.

Ia juga merupakan anggota Majelis Ahli dari Provinsi Khorasan Selatan, yang terpilih pertama kali pada pemilu 2006. Ia adalah menantu pemimpin shalat Jumat Masyhad dan Imam Besar Masjid Imam Reza, Ahmad Alamolhoda.

Baca Juga:  Sergio Busquets Pemain Terbaik Saat Spanyol Lolos Perempatfinal Euro 2020

Raisi mencalonkan diri sebagai presiden pada 2017 sebagai kandidat dari Front Populer Pasukan Revolusi Islam yang konservatif,

Namun kalah dari Presiden petahana moderat Hassan Rouhani, 57% berbanding 38,3%.

Seperti Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Raisi mengenakan sorban hitam, menunjukkan bahwa dia adalah seorang sayyid – keturunan Nabi Muhammad.

Ulama berusia 60 tahun itu juga dipandang sebagai kandidat yang paling mungkin untuk menggantikan Khamenei yang berusia 82 tahun ketika dia meninggal.

Poin itu diangkat oleh lawan dalam debat presiden yang disiarkan televisi sebagai sesuatu yang mungkin membuatnya meninggalkan kursi kepresidenan jika dia memenangkannya.

Raisi dibesarkan di timur laut kota Mashhad, sebuah pusat keagamaan penting bagi Muslim Syiah di mana Imam Reza, imam Syiah kedelapan, dimakamkan.

Dia mengikuti seminari di Qom dan belajar di bawah bimbingan beberapa ulama terkemuka Iran.

Pendidikannya menjadi bahan perdebatan, di mana dia mengatakan memegang gelar doktor di bidang hukum dan menyangkal hanya memiliki enam kelas pendidikan formal.

Setelah revolusi Islam 1979, Raisi bergabung dengan kantor kejaksaan di Masjed Soleyman di barat daya Iran, dan kemudian menjadi jaksa untuk beberapa yurisdiksi.

Dia pindah ke ibukota, Teheran, pada tahun 1985 setelah ditunjuk sebagai wakil jaksa.

Dia konon telah memainkan peran dalam eksekusi massal tahanan politik yang terjadi pada tahun 1988, tak lama setelah Perang Iran-Irak delapan tahun berakhir.

Namun ia tidak pernah secara terbuka membahas klaim tersebut.

Raisi menikah dengan Jamileh Alamolhoda, putri Imam Sholat Jumat Masyhad, Ahmad Alamolhoda.

Jamileh adalah seorang profesor di Universitas Shahid Beheshti Teheran dan juga presiden Institut Studi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas itu.

Baca Juga:  Anwar Usman Diberhentikan dari Jabatan Ketua MK, Ini Profil Terakhirnya

Mereka memiliki dua putri dan dua cucu.

Salah satu putri mereka belajar di universitas Sharif dan yang lainnya di universitas Teheran.

Pada tahun 2021 akun Instagram kantornya memiliki 2,2 juta pengikut.

Dia memiliki konten yang paling menjadi tren menurut perusahaan agregator data Iran.

Raisi adalah satu dari sembilan pejabat Iran yang terdaftar pada November 2019 yang dikenai sanksi oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Demikian pula, Raisi juga mendapat sanksi dari Uni Eropa.

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...