Indonesia Pimpin Presidensi G20 Sejak 1 Desember, Bahas Apa Saja?
Diharapkan bahwa bullying di media misalnya tentu akan diatur oleh para platform
Semua mendukung Indonesia menjadi Presidensi G 20 termasuk menjadi tuan rumah pertemuan Negara-negara G20 tahun depan.
Penujunkukan Indonesia sebagai Presidensi G20 makin menguat dengan dukungan sejumlah kepala Negara di sela KTT G20 di Roma Italia.
Presidensi G20 artinya posisi dimana sebuah Negara menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan G20.
Belum ditetapkan di Kota mana di Indonesia yang akan menjadi pertemuan G20 tahun depan.
Yang pasti Indonesia akan menjadi panitia dalam forum yang akan berlangsung sejak 1 Desember 2021 nanti.
Seperti diketahui, Indonesia akan memegang Presidensi Group of 20 (G20) pada tahun 2022.
Serah terima dari Italia kepada Indonesia akan dilakukan di Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) atau G20 Leaders’ Summit di Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021.
Ini merupakan kali pertama Indonesia terpilih sebagai Presidensi G20, sejak dibentuknya G20 pada tahun 1999.
Selama masa Presidensi, Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan G20.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan hasil dari sejumlah pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dengan para pemimpin negara.
Salah satunya mengenai dukungan kepada Indonesia dalam Presidensi G20 tahun depan.
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, Indonesia dan Australia sepakat mengusulkan pembahasan mengenai ekonomi digital untuk diangkat dalam forum G20 di Presidensi Indonesia nanti.
Hal tersebut agar kebijakan dan regulasi di sektor digital tidak berbeda dari sektor konvensional, utamanya dari segi platform digital.
“Diharapkan bahwa bullying di media misalnya tentu akan diatur oleh para platform secara bertanggungjawab dan seimbang,” ujar Menko Perekonomian dalam keterangannya di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021), seusai mendampingi Presiden Joko Widodo dalam KTT G20 di La Nuvola.
Menko Perekonomian mengatakan bahwa dukungan juga datang dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat melakukan pertemuan bilateral di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia.
Bersama Presiden Macron, Presiden Jokowi membahas mengenai rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Uni Eropa atau IEU-CEPA.
Presiden Jokowi meminta adanya akselerasi dalam pembentukan IEU-CEPA yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.
Akselerasi tersebut juga diharapkan akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan begitupun sebaliknya.
“Nah tentu ini diharapkan Indonesia sebagai Presidensi G20 mempunyai daya tawar yang tinggi dan diharapkan manfaat bagi Presidensi Indonesia di G20 dan Presidensi di IEU ini ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” jelas Menko Perekonomian.
Senada, pertemuan bilateral dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga membahas mengenai akselerasi rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Turki atau IT-CEPA.
Akselerasi tersebut diharapkan dapat mengembalikan pasar besar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia di Turki yang sebelumnya menurun.
“Sehingga ini tentunya untuk mengembalikan maka kita perlu untuk mengakselerasi IT-CEPA. Bapak Presiden menugaskan Menteri Perdagangan untuk menangani CEPA tersebut,” tandas Menko Perekonomian.