Laporkan Gibran dan Kaesang ke KPK, Siapa Ubedilah Badrun?
Dugaan KKN sangat jelas melibatkan Gibran, Kaesang, dan anak petinggi PT SM
Tak ada angin tak ada hujan, dua putra Presiden Jokowi yakno Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep tiba-tiba dilaporkan ke KPK terkait dugaan korupsi.
Yang melaporkan adalah seorang dosen sekaligus aktivis 1998, Ubedilah Badrun.
Ternyata Gibran dan Kaesang dikaitkan dengan PT SM tersangka kasus pembakaran hutan tahun 2019.
Perusahaan tersebut dituntut Kementerian Lingkungan Hidup dengan nilai Rp7,9 triliun.
Namun Mahkamah Agung hanya mengabulkan tuntutan Rp78 miliar kepada PT SM.
Ubedilah Badrun menyebut, dua anak Jokowi tersebut diduga ikut memiliki dan bergabung dengan PT SM.
Menurut Ubedilah, dugaan KKN sangat jelas melibatkan Gibran, Kaesang, dan anak petinggi PT SM karena adanya suntikan dana penyertaan modal dari perusahaan ventura.
Ia menyebut ada dua kali kucuran dana sebesar Rp 99,3 miliar dan Rp 92 miliar.
Ubedilah mengaku membawa bukti-bukti data perusahaan serta pemberitaan terkait adanya pemberian penyertaan modal dari ventura ke perusahaan Gibran dan Kaesang.
Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, pihaknya akan lebih dahulu melakukan verifikasi terhadap data laporan yang diduga menyeret nama Gibran dan Kaesang tersebut.
Verifikasi itu, kata dia, untuk menghasilkan rekomendasi apakah aduan tersebut layak untuk ditindaklanjuti dengan proses telaah atau kemudian diarsipkan.
Siapa sebenatnya Ubedilah Badrun
Ubedilah Badrun, S.Pd., M.Si. lahir 15 Maret 1972
Ia adalah akademisi, analis sosial politik, dan aktivis gerakan mahasiswa dan pendiri FKSMJ 1996.
FKSMJ sebuah organisasi pergerakan mahasiswa yang kemudian menjadi motor penting gerakan reformasi 1998.
Oleh para aktivis Jakarta ia dijuluki sebagai Idiolog FKSMJ.
Berbeda dengan tokoh aktivis lainnya yang memilih masuk ke partai politik dan masuk menjadi anggota DPR, ia lebih memilih jalan hening untuk menjadi guru, membentuk karakter anak bangsa dan menggeluti dunia tulis menulis.
Ubedilah Badrun lahir di Desa Sendang, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Pernah mengikuti kuliah di beberapa perguruan tinggi antara lain di Ma’had Alhikmah Jakarta (1994-1995), STF Driyarkara Jakarta mengambil program Extension Course (1995-1997) dan menyelesaikan S1 di FPIPS IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta / UNJ) lulus tahun 1998.
Tahun 2003 menyelesaikan S2 di Program Pascasarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Di Jepang aktif mengikuti seminar Japan Education Forum (JEF II) tahun 2005 dan Japan Education Forum (JEF III) tahun 2006.
Selain itu juga pernah menjadi leader di kegiatan Yoron Adventure School yang diselenggarakan oleh International Youth Association of Japan pada tahun 2005 dan mengikuti kegiatan Indonesia and Togo Homestay of Friendship- Program of International Exchange 2006 yang diselenggarakan oleh Togo Town International Association Jepang pada tahun 2006.
Semasa kuliah pernah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi utama IKIP Jakarta tahun 1995 dan memperoleh penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pada tahun yang sama terpilih sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa IKIP Jakarta (kini UNJ).
Tahun 1995-1996 aktif membidani lahirnya FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta) hingga terpilih sebagai Presidium FKSMJ tahun 1996, sebuah organisasi yang menjadi salah satu motor penting gerakan mahasiswa 1998.
Selain itu, aktif juga di Lembaga Dakwah Kampus sejak 1993. Tahun 1995 pernah diciduk mabes POLRI saat menjadi pimpinan simpul gerakan demonstrasi menuntut Harmoko diadili dan Golkar dibubarkan di depan gedung Kejaksaan Agung.
Pada 26 Desember 1997, ia memimpin demonstrasi menolak pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden RI. Pada 6 Maret 1998, ia pernah mengingatkan B.J.Habibie melalui tabloid Xpose bahwa jika Habibie mau menjadi Wakil Presiden maka ia akan menjadi tumbal karena Soeharto akan jatuh sebagai Presiden, dan pada gilirannya Habibie yang akan menggantikan Soeharto juga akan jatuh karena kondisi bangsa yang rusaknya terlalu sistemik
Pernah mengajar di Labschool Jakarta (1997-2002) dan pernah menjadi vice principal di Tokyo Indonesian School (SRIT) sambil mendalami budaya dan politik Jepang hingga akhir tahun 2006.
Sepulang dari Jepang, ia kini mengajar di Universitas Negeri Jakarta untuk mata kuliah Sosiologi Politik pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS).
Meski aktif sebagai dosen, Ubedilah Badrun juga aktif memberikan komentar terkait situasi politik terkini.
Dilihat dari akun instagramnya, @ubedilahbadrun.official, ia tampak aktigf di forum aktivis 1998.
Selain itu ia kerap mengkritik kebijakan pemerintahan Jokowi.
Dengan demikian pelaporan dugaan korupsi terhadap dua anak Jokowi menjadi hal yang bukan asing baginya.