Gen Z Trending, Netizen Sebut Bebannya Berat Banget
Pemalas, mau seenaknya, dan gemar healing. Predikat ini tampaknya lekat dengan gambaran anak-anak Generasi Z
Tagar Gen Z trending di media sosial X (Twitter), Rabu (4/10/2023), menyusul Generasi Z yang dikenal sebagai zoomers pengganti Generasi Milenial ini disorot netizen karena masalahkan kehabisan baju kuliah.
“Buset gen Z soal baju aja ribet, gimana dulu kyk @andrianielev kuliah seminggu bisa 3x pake baju tangan panjang merah nya yg fenomenal itu 😤,” tulis pemilik akun Twitter @Boujez, menanggapi tagar Gen Z yang trending hingga 52.600 ciutan.
Dalam tagar Gen Z yang trending itu, akun Twitter @sosmedkeras menulis pengalaman zoomers sbb: “Baru beberapa minggu kuliah udah kehabisan outfit, gue lansung mikir “apa bugl aja ya besok kuliah”
Sontak netizen gaduh menaggapi pengalaman zoomers tersebut. Seperti pemilik akun Twitter @leolintang menulis, “bajunya ada berapa? emang di kosan ga ada yg nyuci?”
Lalu akun Twitter @coffebit menulis, “Meanwhile cowok: Pake jaket himpunan senin-jumat, yang penting semprot parfum dikit.”
@OzanBung3 menulis, “iya Kak bugil aja 😁 Kapan lagi yekan sedekah aurat”
@Jie_noona15 menulis, “Cuci dulu lah yg udah dipake.. Apa langsung dbuang?”
@throuvgh menulis, “outfit nya sekali pake langsung buang”
@Andriyanqq menulis, “sekarang udah ada teknologi yg namanya mesin cuci kok mba, emang sih ngga ada tutor nya di YT tapi mudah dipelajarin kok, yg kenal sama mba nya tolong dibantu ya, kasian baju sama isi kepala ga pernah dicuci 🙏”
@dellzitaz menulis, “Gile.. males nyuci nya sampe kyk gitu.. pdhal ada laundry kilo an kalo sampe males nyuci baju banget.. gimana kolor & bra? Jgn2 pakenya udh sampe side A B bolak balik pp rp 5000 🥲”
@bangslots menulis, “ketauan males nyuci”
@telobeyie menulis, “Iya mbk bugil aja sana, paling dikira orgil doang”
@DavidWijaya82 menulis, “Anak jaman now kehabisan outfit 🤭 jadi inget dulu pernah kuliah pakai celana SMA ama kemeja flanel, auto dilirik sekelas – cuek aja 😂”
@bacotanmika menulis, “emang kuliah jadi ajang adu outfit ya sekarang?”
@Riska17 menulis, “Yang udah di dapat dari perkuliahan apa sih, sampe bisa buat statement gini?”
@allnxu menulis, “ingat kamu bukan justin bieber yang pake sempak calvin klein sekali langsung dibuang.”
@nyamucks menulis, “Makanya belajar cuci gosok baju sendiri jgn ngandelin emak terus biar gak bingung kuliah mau pakai baju apa”
@BangPino__ menulis, “Kehabisan outfit Buat perempuan itu artinya bukan bener2 habis ga ada pakaian. Tp pakaian banyak bgt tp kadang sekali pakai udah bosan”
@christoper101 menulis, “gen z emang ajaib”
@maveericc menulis, “Gue yang kuliah modal gonta-ganti hoodie sama flanel”
@23Bimantara menulis, “habis ini diserang ama kalimat yaudah si namanya juga konten. kontan konten raimu nak tak krauk ra mboh”
@aspallembang menulis, “ga semua gen z ribet masalah outfit pas kuliah, soalnya pake wearpack wkwk”
@maludin_90 menulis, “fafifu mereka ga jauh2 dari mental ilnes, gender equal, afirmation dll. Dan kesemuanya itu intinya orang harus ngertiin mereka, sementara mereka ga bisa ngertiin orang lain malah kelakuannya asal sama bacotnya ga dijaga. kalau di tegur wasweswos playing victim.”
@upilsmoothv menulis, “untung gue gen halilintar, sepatu merah celana biru pun ku tak peduli”
@RJmatulessy menulis, “Berat bgt pasti jadi Gen Z udah pusing mikirin hubungan keluarga, haruss juga mikirin outfit kuliah”
@Yoedhst_ menulis, “Gen Z, mnrt gw generasi ini kehilangan bnyk pelajaran hidup dari generasi sebelumnya”
@eko1340 menulis, “Kalau pingin tidak bingung mau pakai outfit apa mending kuliah yg menerapkan sistem ketarunaan, semua kegiatan sudah ada outfitnya 😅. Tapi harus kuat mental dan fisik jadi tidak cocok untuk gen Z yg dikit-dikit butuh healing 🤭🤣”
@FajarStyven menulis, “Ngtt ,aku kuliah jungkir balik mikirin uang kuliah , mikirin makan bagaimana,baru di pecat lagi .dia malah mikirin outfit..”
@vmfllzo_O menulis, “ini yg bikin gen z jadi jelek anjer. gue yg gen z malah pusing mikirin biaya kuliah, biaya hidup, dsb. bukan malah outfit asuuu. orang jg ga bakal merhatiin outfit lu anj. mau pake itu lagi itu lagi juga bodoamat😭”
Gen Z Pemalas dan Seenaknya, Benarkah?
Pemalas, mau seenaknya, dan gemar healing. Predikat ini tampaknya lekat dengan gambaran anak-anak Generasi Z atau biasa disebut Gen Z. Istilah Gen Z sendiri diberikan pada mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2000-an.
Mereka ini lahir dengan beragam teknologi informasi dalam genggaman. Sejak usia dini, mereka sudah dikenalkan dengan beragam gawai, mulai dari telepon seluler canggih hingga tablet yang ringan untuk menelusuri dunia maya.
Mereka pun sejak kecil sudah berkenalan dengan mesin pencari bernama Google hingga kini berkenalan dengan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT yang membuat segala pekerjaan menjadi lebih mudah.
Dengan segala fasilitas dan kemudahan yang sudah dirasakan sejak dini, Gen Z pun merasakan kehidupan yang serbainstan dan nyaman. Segala hal dilakukan dengan sekali ‘klik’ dan hasil yang cepat tanpa perlu memeras tenaga dan otak.
Alhasil, julukan pemalas dan kerap bertindak seenaknya pun disematkan pada Gen Z. Menurut studi tahun 2022 oleh Deloitte, seperti dilansir Forbes, ada sejumlah alasan Gen Z ketika memilih tempat kerja mereka yaitu keseimbangan kerja/hidup yang baik (32 persen), diikuti oleh kesempatan belajar dan berkembang (29 persen), dan gaji yang bagus (24 persen).
Sedangkan menurut survei CareerBuilder 2021, Gen Z pun kerap berpindah kerja dan menghabiskan rata-rata dua tahun tiga bulan dalam satu posisi. Durasi yang singkat jika dibandingkan dengan kelompok generasi sebelumnya.
Sementara hasil studi Dell menyebutkan untuk pekerjaan sehari-hari, Gen Z sangat berfokus pada teknologi, dengan 80 persen ingin bekerja dengan teknologi canggih. Lebih lanjut, studi Deloitte menemukan, 75 persen Gen Z lebih memilih pola kerja hybrid atau jarak jauh.
Lantas, apakah data tersebut cukup untuk menyebutkan para Gen Z ini pemalas? Boleh jadi, kendati hal ini tentu tidak bisa digeneralisir untuk seluruh Gen Z.
Jika sebagian besar Gen Z berperilaku demikian, masih ada segelintir generasi ini yang dibesarkan dengan kerja cerdas, alih-alih kerja keras. Mereka memilih untuk menggunakan segala kemudahan dan fasilitas yang ditawarkan teknologi untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan kompetensi diri. Mereka lebih suka bekerja dengan efisien berbekal pengetahuan tentang berbagai perangkat dan peranti yang bisa didayagunakan.
Namun, tak dimungkiri situasi saat ini membuat banyak orang kelelahan, tak hanya Gen Z. Dilansir dari nzherald.co.nz, survei Universitas Melbourne terhadap 1.400 pekerja tahun ini mengungkapkan bahwa mereka merasa semakin tidak termotivasi, kelelahan, dan berjuang untuk berkonsentrasi setelah pandemi Covid-19.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa tenaga kerja angkatan muda dua kali lebih mungkin merasa terbebani waktu terkait dengan urusan remeh temeh dan pekerjaan rumah tangga di luar pekerjaan mereka. Banyak orang terpaksa mencari pekerjaan baru setelah pandemi yang mengakibatkan pekerja lebih siap untuk berganti pekerjaan berulang kali hingga menemukan pekerjaan yang tepat.
Di sisi lain, kita pun bisa belajar dari kegigihan generasi yang lebih tua, yaitu pria asal China bernama Liang Shi (56 tahun). Kendati telah berhasil meraih sukses dengan membangun bisnis sendiri, dia tak pernah melenyapkan ambisinya untuk mencicipi bangku kuliah.
Untuk mewujudkan mimpi itu, selama empat dekade terakhir, dia berusaha untuk lulus ujian perguruan tinggi. Demi mencapai keinginanya itu, Liang belajar hingga 12 jam sehari untuk ujian. Sayangnya, usahanya itu terus gagal. Bahkan, dia terus saja gagal meski sudah 27 kali mencoba ikut tes.
Apakah dia menyerah? ”Ini keputusan yang sulit, tapi saya juga tidak mau menyerah,” katanya.
Dia mengaku terus terinspirasi dari pria yang gagal dalam uji pengemudi sebanyak 192 kali.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah Gen Z terinspirasi untuk melakukan hal serupa? (Sumber: Republika.co.id)