Business is booming.

Profil Kombes Pol Muhammad Nuh Al Azhar, Ahli Digital Forensik

Pria kelahiran Palembang 8 Juli 1974 merupakan lulusan teknik mesin Universitas Sriwijaya Palembang angkatan masuk 1991.

Kombes Pol Muhammad Nuh Al Azhar satu dari 10 pamen dan pati  Barekrim Polri yang tugaskan diluar struktur Polri.

Ia digeser dari Sespuslabfor Bareskrim Polri menjadi Pamen Bareskrim Polri penugasan pada Kemendagri.

Kombes Pol Muhammad Nuh Al Azhar, salah satu ahli digital forensik dalam persidangan perkara tewasnya Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso.

Pria kelahiran Palembang 8 Juli 1974 merupakan lulusan teknik mesin Universitas Sriwijaya Palembang angkatan masuk 1991.

Kendati studi utamanya adalah mesin, Nuh memiliki kegemaran programing dan hacking yang membuatnya banyak belajar secara otodidak dengan buku sebagai jendela ilmu.

Nuh pun lulus dari Universitas Sriwijaya dengan gelar sarjana teknik mesin pada 1996 dan mengikuti Akademi Kepolisian pada 1997.

Pada 1998 ia masuk ke Puslabfor sebagai fire investigator karena menyandang sarjana teknik mesin.

Dari proses otodidak itu Nuh sudah dapat memahami tiga hal paling mendasar dalam digital forensik antara lain hashing, protect dan forensic imaging.

Nuh diizinkan mengikuti program sertifikasi profesional Computer Hacking Forensic Investigator (CHFI) di New Delhi, India, pada 2007.

Nuh menilai sertifikasi profesional sangat dibutuhkan dalam dunia digital forensik karena akan berhubungan dengan formalitas hukum, terutama saat tampil sebagai ahli dalam persidangan.

Nuh kembali ke Indonesia dan mulai menerapkan ilmu forensik dari Strathclyde ke Divisi Komputer Forensik Puslabfor Mabes Polri. Dengan dukungan dari Bareskrim maka mulailah dibangun laboratorium komputer forensik dengan “cita rasa Indonesia.”

Hal utama yang dibawa dari Inggris adalah penerapan metodelogi digital forensik. Menurut, digital forensik bukan cuma bicara hardware-software, namun terkait erat dengan standar operasional prosedur (SOP) sebelum melakukan forensic imaging guna mendapatkan image file yang identik dengan barang bukti.

Baca Juga:  Profil Kombes Pol Abdul Waras, Akpol 1999, Kapolrestro Depok

Kompol Muhammad Nuh merupakan pakar forensik digital Polri. Pria yang punya nama lengkap Muhammad Nuh Al Azhar merupakan perintis pengembangan kemampuan digital forensi di Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri sejak tahun 2000.

Pada Senin, (13/2/2017) ia dihadirkan dalam sidang kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama sebagai saksi ahli. Saat ini Nuh menjabat sebagai Kepala Tim Analis Forensik Digital (DFAT) Pusat Laboratorium Forensik Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Nuh merupakan polisi Indonesia pertama yang lulus dan mendapat penghargaan dari kepolisian New York untuk manajemen olah TKP dengan dasar forensik digital dan merupakan anggota Polri yang berpangkat komisaris. Pada tahun 2004 dia mendapat penghargaan New York State Police.

Dia juga merupakan lulusan terbaik bidang akademik Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri 2006, mendapat award dari EC-Council (Lembaga Sertifikasi Internasional kompetensi Bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Berupa Computer Hacking Forensic Invstigator-CHFI) 2007 di India.

Nuh pernah menerima beasiswa Chevening tahun 2008/2009 dari Foreign and Commonwealth Office (FCO) dari pemerintahan Inggris dan Lulusan terbaik MSC bidang forensic Informatics dari University Of Strathclyde, Inggris tahun 2009.

Direktur Reserse Kriminal Umum AKBP Partomo Iriananto Polda Kaltara Senin, 9 April 2018

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...