Business is booming.

Peringatan Tragedi Mandor 28 Juni, Masyarakat Diimbau Pasang Bendera Setengah Tiang

Tragedi Mandor adalah salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Kalimantan Barat (Kalbar) dan Indonesia secara umum.

Tragedi Mandor adalah salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Kalimantan Barat (Kalbar) dan Indonesia secara umum. Tragedi ini terjadi pada masa pendudukan Jepang dan diperingati setiap tanggal 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah Kalimantan Barat.

Dalam rangka Hari Berkabung Daerah memperingati Peristiwa Mandor, masyarakat Kabupaten Sanggau dihimbau untuk mengibarkan Bendera Merah Putih setengah tiang pada:

🗓️ Sabtu, 28 Juni 2025
⏰ Pukul 06.00–18.00 WIB

Mari kita kenang dan hormati para pahlawan yang gugur.

Tragedi Mandor merujuk pada pembantaian massal yang dilakukan oleh tentara pendudukan Jepang terhadap rakyat Kalimantan Barat, terutama tokoh-tokoh adat, pejabat, ulama, cendekiawan, dan bangsawan lokal.

Tragedi Mandor terjadi tahun 1943–1944 (puncaknya pada 28 Juni 1944)

Tempat di daerah Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Pelaku pelaku pembantaian Tentara Kekaisaran Jepang.

Jumlah korban Diperkirakan sekitar 21.037 orang tewas

Korban utama Raja-raja dan tokoh-tokoh Dayak, Melayu, Tionghoa, dan pejuang lokal lainnya

Mengapa Terjadi? Tentara Jepang mencurigai bahwa para pemimpin lokal merencanakan pemberontakan. Untuk mencegah itu, mereka menangkap dan membantai tokoh-tokoh tersebut tanpa pengadilan.

Untuk mengenang para korban, dibangun Taman Makam Juang Mandor di lokasi pembantaian. Di sana terdapat monumen besar yang menyebutkan nama-nama korban, sebagai bentuk penghormatan dan pengingat sejarah.

Menurut data yang ada, jumlah korban dari peristiwa Mandor tersebut adalah ± 21.037 orang.

Baca Juga:  Profil AKBP Rudi Asriman, Akpol 2000, Kabidpropam Polda Papua

Akan tetapi pihak dari Jepang menolak pernyataan tersebut dan menganggap hanya ada 1.000 korban saja.

Peristiwa Mandor terjadi akibat ketidaksukaan pihak Jepang waktu itu terhadap para pemberontak yang ada di Kalimantan Barat dikarena ketika itu Jepang ingin menguasai sumber daya alam yang ada di bumi Kalimantan Barat.

Sebelum terjadi peristiwa Mandor, juga terdapat peristiwa Cap Kapak dimana kala itu tentara – tentara Jepang secara paksa mendobrak pintu – pintu rumah masyarakat dikarenakan mereka ingin menakut-nakuti masyarakat agar tidak berani untuk melakukan pemberontakan.

Meskipun demikian, ternyata menurut sejarah yang dibunuh bukan hanya kaum cendekiawan maupun feodal namun rakyat biasa juga tidak luput dari pandangan mereka.

Jepang telah menyusun rencana genosida untuk memberangus semangat perlawanan rakyat Kalimantan Barat kala itu.

Di sebuah koran harian Jepang yang berjudul (Boruneo Shinbun), surat kabar yang terbit pada masa itu, mengungkapkan rencana tentara Negeri Matahari Terbit tersebut untuk membungkam kelompok pembangkang kebijakan politik perang Jepang yang ada di Kalimantan Barat.

Ini adalah daftar nama tokoh Kalbar yang menjadi korban peristiwa Mandor.

Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (Sultan Pontianak, 74 tahun)

Pangeran Adipati (Putra Sultan Pontianak, 31 tahun)

Pangeran Agung (26 tahun)

JE Patiasina (51 tahun)

Tjong Tjok Men

Ng Nyiap Soen (40 tahun)

Lumban Pea (43 tahun)

Roebini

Kei Liang Kie

Ng Nyiap Kan

Panangian Harahap

Noto Soedjono

FJ Loway Paath

CW Octavianoes Loecas

Ong Tjoe Kie

Oeray Alioeddin

Goesti Saoenan (Panembahan Ketapang, 44 tahun)

Mohammad Ibrahim Tsafioeddin (Sultan Sambas, 40 tahun)

Sawon Wongso Atmodjo

Abdoel Samad

  1. Soenaryo Martowardoyo

Moehammad Yatim

Raden Mas Soediyono

Nasaroeddin

Soedarmadi

Tamboenan

Thji Boen Khe (wartawan)

Baca Juga:  Nikah Secara Islam, Kisah Cinta Jennifer Gates-Nassar Berawal Dari Kuda

Nasroen St (Pangeran)

E Londok Kawengian

WFM Tewoe

Wagimin bin Wonsosemito

Ng Loeng Khoi

Theng Swa Teng

  1. R.M Ahmad Diponegoro
  2. Ismail

Ahmad Maidin

Amaliah Roebini (istri dr. Roebini)

Noerlela Panangian Harahap (istri Panangian)

Tengkoe Idris (Panembahan Sukadana, 50 tahun)

Goesti Mesir (Penembangan Simpang, 43 tahun)

Syarif Saleh (Panembahan Kubu Raya, 63 Tahun)

Gusti A Hamid (Panembahan Ngabang)

Ade Moehammad Arief (Panembahan Sanggau)

Goesti Moehammad Kelip (Panembahan Sekadau, 41 tahun)

Goesti Djafar

Raden Abdoel Bahry Daroe Perdana (Panembahan Sintang)

Moehammad Taoefik (Panembahan Mempawah, 63 tahun)

AFP Lantang

Raden Nalaprana

Tjoeng Kiung Liung

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...