Biden Pertahankan Keputusan Penarikan Pasukan
Orang-orang yang Menyamar Taliban Menjarah dan Merampok di Afghanistan
SEBUAH pernyataan dari Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyetujui penggunaan dana pengungsi darurat AS.
Sasarannya memenuhi kebutuhan mendesak pengungsi dan migrasi yang tak terduga dari para pengungsi, korban konflik, dan orang lain yang berisiko sebagai akibat dari situasi di Afganistan.
Dana bantuan ini dapat digunakan melalui organisasi dan badan amal internasional serta departemen dan lembaga pemerintah.
Laporan dari New York Times dan BBC menyebutkan bahwa langkah itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Biden dengan tegas membela keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.
Dia bersikeras bahwa keputusannya untuk menarik pasukan dari Arghanistan bukan berarti dia tidak mematuhi perjanjian keberangkatan yang dinegosiasikan oleh pemerintahan Donald Trump sebelumnya.
Sebab, bertahan di Arghanistan berarti AS berisiko kembali ke konflik terbuka selama bertahun-tahun dengan pasukan Taliban.
Biden menjelaskan bahwa setiap serangan terhadap personel AS yang terlibat dalam operasi penarikan akan dibalas dengan kekuatan yang menghancurkan jika perlu.
Biden juga menegaskan bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Washington di Afghanistan akan mendapatkan balasan.
Pada Minggu malam, sebuah mobil yang membawa sekelompok orang tak dikenal tiba di rumah Aadil Ahmad Safi di Kabul bagian tengah.
Mereka ternyata mengecek apakah ada orang yang bekerja untuk pemerintah tinggal di sana.
Ketika penjaga memberi tahu mereka bahwa tidak ada pejabat yang tinggal di sana, mobil itu berbalik.
“Pagi ini kami melihat postingan Facebook bahwa orang-orang yang memakai wig dan bertingkah seperti Taliban berkeliling untuk merampok dan mencuri dari orang-orang atau penduduk,” kata seorang penduduk bernama Safi melalui telepon.
“Saya tidak tahu siapa orang-orang di dalam mobil ini, tapi saya curiga mereka datang untuk merampok tempat kami.”
Safi yang berusia 26 tahun merupakan manajer sumber daya manusia dengan jaringan sekolah swasta di Kabul.
Sekitar 2.300 siswa belajar di tiga sekolah, termasuk 300 di cabang co-edukasi yang dikelola oleh Safi.
Safi kembali ke Kabul awal tahun ini setelah mendapatkan gelar di bidang administrasi bisnis di India.
“Saya pulang ke rumah untuk masa depan yang lebih baik. Tapi semuanya terlihat tidak pasti sekarang. Untuk seseorang yang tidak pernah hidup dalam situasi seperti itu, sulit untuk mengatakan apa yang akan terjadi di masa depan,” kata Safi.
Ia melihat peningkatan kekerasan di Kabul yang menjadi jantung pemerintahan.
Ia tetap berharap rezim baru memastikan pemerintahan yang lebih bersih dan masyarakat yang lebih setara.
“Ada begitu banyak korupsi di bawah pemerintahan sebelumnya. Anda perlu menyuap pejabat untuk setiap layanan. Hukum dan ketertiban buruk,” katanya.
Safi mengatakan jika Taliban menginginkan pengakuan internasional, mereka perlu memberikan hak kepada perempuan dan menghormati warga.
Mereka juga harus membuktikan bahwa mereka tidak hanya berpura-pura baik untuk semua orang.
Dia mengatakan sebagian besar toko di Kabul tetap buka, sementara sekolah dan kantor swasta ditutup.
“Satu-satunya kekhawatiran kami saat ini adalah perampokan dan penjarahan oleh orang-orang yang menyamar sebagai Taliban,” kata Safi.
Ringkasan
– Presiden AS Joe Biden membela keputusan untuk menarik diri dari Afghanistan, sehari setelah gerilyawan Taliban menguasai negara itu.
– Biden mengakui, bagaimanapun, bahwa peristiwa berkembang lebih cepat dari yang dia kira dan menyalahkan para pemimpin Afghanistan atas keruntuhan itu.
– Setidaknya lima orang dilaporkan tewas di bandara Kabul di mana ribuan orang mencoba melarikan diri.
– Beberapa mencoba berpegangan pada pesawat yang akan berangkat dan memaksa penerbangan untuk di-ground-ed.
– AS juga mengirim 1.000 tentara lagi untuk membantu evakuasi.
– Lebih dari 60 negara telah mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan kepada Taliban untuk mengizinkan orang pergi.
– Taliban menyapu Kabul tanpa perlawanan pada hari Minggu, dan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu.