Siswi di Taliban Dibiarkan Menangis Dilarang Masuk Sekolah, Ketua Umum PB NU Protes
Kami semua kecewa dan kami semua benar-benar putus asa ketika disuruh pulang kepala sekolah
PBNU protes pemulangan siswa perempuan dari sekolah tingkat SMP ke atas di Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.
Laporan terbaru menyatakan bahwa sekolah menengah untuk anak perempuan akan tetap ditutup sampai rencana baru untuk kehadiran dirumuskan sesuai dengan hukum Islam.
Pernyataan tersebut mundur dari pernyataan minggu lalu bahwa siswa perempuan akan diterima di sekolah menengah.
Laporan dari Kabul mengatakan siswa perempuan dibiarkan menangis setelah diberitahu bahwa mereka tidak diizinkan untuk menghadiri kelas
PBB dan Amerika Serikat mengutuk kebijakan tersebut.
Taliban melarang pendidikan perempuan dan sebagian besar pekerjaan bagi perempuan ketika sebelumnya berkuasa.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mendesak Pemerintah Afghanistan segera memberikan hak yang layak bagi perempuan khususnya di bidang pendidikan.
“Hari ini kita menerima kabar bahwa di Afganistan. Murid perempuan dikeluarkan dari sekolah mereka. Di atas usia 12 tahun dipulangkan dan tidak diperbolehkan sekolah dalam waktu yang tidak ditentukan,” kata Gus Yahya dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Hal itu ditegaskan Gus Yahya saat membuka Rapat kerja nasional (Rakernas) dan pengukuhan pengurus lembaga/badan khusus PBNU, di Aula Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), Jawa Barat.
Menurut dia, tidak jelas apa alasan murid perempuan dikeluarkan dari sekolah. Yang pasti, kata Gus Yahya memaksa anak-anak perempuan untuk tidak bersekolah adalah sebuah keputusan yang tidak berpihak pada perempuan dan pendidikan.
“Kita tidak tahu gagasan apa yang dikembangkan oleh yang berwenang di Afganistan saat ini. Apakah mereka ingin mengembangkan sistem pendidikan untuk perempuannya, kita tidak tahu,” kata dia seperti dikutip Antara.
Tapi NU, menurut Gus Yahya, ingin menyerukan kepada Afganistan bagaimana upaya Nahdlatul Ulama dalam memberikan pendidikan yang setara untuk perempuan.
“Lihatlah keuntungan berkah besar yang telah dilakukan NU dengan memberikan hak pendidikan yang setara untuk perempuan,” kata Gus Yahya.
Gus Yahya menunjukkan contoh bahwa PBNU saat ini bisa melakukan banyak hal karena dari awal memberikan hak yang sama kepada perempuan.
“Hari ini kita mampu melakukan lebih banyak hal karena kita punya perempuan yang unggul,” ucapnya.
Oleh karena itu pada kesempatan tersebut, Gus Yahya menyeru pada Afganistan agar memberikan pendidikan yang terbaik untuk perempuan Afganistan.
“Please give your daughters the best education you can provide because they all the ones who will determine the picture of your next generation. Tolong beri putrimu pendidikan terbaik yang bisa kamu berikan, karena merekalah yang akan menentukan gambaran generasimu selanjutnya,” ujarnya.
Siswa Perempuan Disuruh Pulang
Guru dan siswa dari tiga sekolah menengah di sekitar ibu kota Afghanistan, Kabul, dilaporkan kecewa dengn fakta pendidikan di sana.
Mereka mengatakan para gadis bersemangat kembali ke kampus pada Rabu pagi.
Tapi kemudian mereka diperintahkan pulang.
“Kami semua kecewa dan kami semua benar-benar putus asa ketika kepala sekolah memberi tahu kami, dia juga menangis,” kata seorang siswa, yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
Ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan, dari tahun 1996 hingga 2001, pendidikan wanita dan sebagian besar pekerjaan untuk wanita dilarang.
Komunitas internasional telah menjadikan pendidikan anak perempuan sebagai tuntutan utama untuk pengakuan masa depan pemerintahan Taliban.
Taliban mengambil alih negara itu pada Agustus 2021 ketika pasukan asing menarik diri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat mengutuk penutupan sekolah pada hari Rabu.
Apa itu hukum syariah?
Taliban telah meyakinkan perempuan bahwa hak-hak mereka akan dihormati “dalam batas-batas Islam”,.
Tetapi apa artinya dalam praktik dan bagaimana hal itu dibandingkan dengan hak-hak yang dimiliki perempuan di Australia?
Seorang gadis terlihat di antara wanita Afghanistan yang tertutupi burqa biru.
Kementerian Pendidikan Taliban telah mengumumkan pekan lalu bahwa sekolah untuk semua siswa, termasuk perempuan, akan dibuka di seluruh negeri pada Rabu setelah berbulan-bulan pembatasan.
Pada Selasa malam, juru bicara Kementerian Pendidikan merilis video ucapan selamat kepada semua siswa atas kembalinya mereka ke kelas.
Namun, pada hari Rabu, sebuah pemberitahuan kementerian mengatakan sekolah untuk anak perempuan akan ditutup sampai sebuah rencana disusun sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan, menurut Bakhtar News, sebuah kantor berita pemerintah.
“Kami memberi tahu semua sekolah menengah perempuan dan sekolah yang memiliki siswa perempuan di atas kelas enam bahwa mereka libur sampai pesanan berikutnya,” kata pemberitahuan itu.
Sebuah sumber pemerintahan Taliban mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa sekolah untuk anak perempuan di Kabul akan ditutup untuk saat ini, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Taliban sedang berusaha untuk menjalankan negara sesuai dengan interpretasi hukum Islam.
Sementara pada saat yang sama mengakses miliaran dolar dalam bantuan yang dibutuhkan untuk mencegah kemiskinan dan kelaparan yang meluas.
“PBB di Afghanistan menyesalkan pengumuman yang dilaporkan hari ini oleh Taliban bahwa mereka lebih jauh memperpanjang larangan mereka yang tidak terbatas pada siswa perempuan di atas kelas 6 yang diizinkan untuk kembali ke sekolah,” kata Misi PBB untuk Afghanistan (UNAMA) dalam sebuah pernyataan.