Business is booming.

Janji Taliban Maafkan Pejabat Lama dan Hormati Perempuan, Benarkah?

Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal

Taliban mengadakan konferensi pers resmi pertamanya di Kabul sejak perebutan kota secara mengejutkan.

Mereka menyatakan menginginkan hubungan damai dengan negara-negara lain.

“Kami tidak menginginkan musuh internal atau eksternal,” kata juru bicara utama gerakan itu Zabihullah Mujahid.

Kelompok ini kembali menegaskan akan “amnesti” di seluruh pejabat lama Afghanistan di bawah Presiden Ashraf Ghani.

Mereka juga menawarkan kaum perempuan untuk bergabung dengan pemerintahnya.

Seperti dilansir Al Jazera, Taliban juga mencoba menenangkan ketegangan di ibu kota yang kacau dimana ribuan orang mengerumuni bandara internasional kota itu dalam upaya putus asa untuk melarikan diri. .

Bandara Kabul – yang dikendalikan oleh pasukan dari Amerika Serikat – sekarang bebas namun kacau.

Pejabat itu mengatakan penerbangan militer yang mengevakuasi diplomat dan warga sipil dari Afghanistan telah mulai lepas landas.

Sedikitnya tujuh orang tewas dalam kekacauan di Bandara Kabul, termasuk beberapa orang yang menempel di sisi jet saat lepas landas.

Sementara itu Taliban telah menyatakan perang di Afghanistan telah berakhir.

Seorang pemimpin senior mengatakan kelompok itu akan menunggu sampai pasukan asing pergi sebelum menciptakan struktur pemerintahan baru.

China mengatakan siap untuk “hubungan persahabatan” dengan Taliban, sementara Rusia dan Iran juga membuat tawaran diplomatik.

AS telah menerbangkan sekitar 1400 orang keluar dari Afghanistan, kombinasi warga AS, warga Afghanistan yang memenuhi syarat di bawah program visa imigran khusus (SIV) AS dan orang-orang dari negara lain.

Baca Juga:  Emmanuel Macron Kembali Terpilih Jadi Presiden Prancis, Golput Dipertanyakan

AS berharap dapat mengevakuasi antara 5.000-9.000 orang per hari mulai sekarang hingga Gedung Putih mengamanatkan akhir misi 31 Agustus.

Masih Diragukan

Pernyataan Taliban akan memaafkan pejabat lama masih terasa mengambang karena Taliban masih bernegosiasi dengan para pemimpin pemerintahan yang telah digulingkan

Belum ada pula penyerahan kekuasan secara formal dari Presiden Ashraf Ghani pada Taliban.

Bagaimanapun, Taliban menyebut tidak akan membalas dendam pada pemerintahan Afghanistan dan negara-negara asing sekutu sebelumnya.

Lebih jauh, Taliban bahkan memberikan kesempatan pada perempuan untuk bergabung dalam pemerintahan.

Mereka mengklaim tidak ingin lagi “perempuan menjadi korban”.

Pengumuman ini menjadi kejutan karena pemerintahan Taliban pada 1996-2001 begitu ketat membatasi gerak perempuan.

Perempuan di masa rezim Taliban tak bisa mendapat kesempatan sekolah, bekerja, dan seluruh hak hidup sehari-hari.

“Imarah Islam Afghanistan siap menyediakan tempat bagi perempuan untuk bekerja dan belajar, dan kehadiran perempuan dalam struktur (pemerintahan) yang berbeda sesuai hukum Islam dan nilai-nilai budaya kita,” ujar Sangamani, anggota Komisi Budaya Taliban.

Taliban berusaha lebih jauh mengubah citra.

Mereka mengundang seorang pembawa acara televisi swasta lokal untuk mewawancarai pejabat Taliban di depan kamera pada Selasa ini.

Interaksi semacam ini antara laki-laki dan perempuan sebelumnya adalah hal mustahil selama periode kepemimpinan Taliban.

Rupert Colville, juru bicara komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan pihaknya akan mengingat janji Taliban.

Tetapi, mereka juga akan terus memerhatikan Afghanistan mengingat ada trauma masyarakat terhadap pemerintahan di bawah Taliban.

“Janji-janji seperti itu perlu dihormati, dan untuk saat ini – sekali lagi dapat dimengerti, mengingat sejarah masa lalu – deklarasi ini disambut dengan skeptisisme,” kata Colville dalam pernyataan resminya.

Baca Juga:  Bupati Jember Dikecam Terima Honor Tiap Pemakaman Korban Covid-19

“Ada banyak kemajuan yang diraih dengan susah payah terkait hak asasi manusia selama dua dekade terakhir. Hak seluruh warga Afghanistan itu harus dipertahankan,” imbuhnya.

Di sisi lain, sejumlah negara menanggapi berbeda terkait pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban.

Jerman menangguhkan bantuan pembangunan ke Afghanistan senilai hingg 250 juta euro untuk tahun 2021.

Padahal, kantor berita Jerman dpa melaporkan Afghanistan sebagai negara yang paling banyak menerima bantuan pembangunan dari Jerman.

Sementara, Swedia akan mengurangi secara perlahan bantuan untuk Afghanistan.

Akan tetapi, Inggris mengklaim akan menambah bantuan kemanusiaan sebesar 10%.

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...