Mengenal Gus Baha dan Kutipannya Mumpung Trending Topic
Kebodohan itu merusak, tetapi merasa dirinya paling pintar lebih merusak
Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin hari ini trending topic.
Maka bisa ditebak, yang muncul adalah isi ceramahnya yang dikenal membumi dengan cara penyampaian yang sederhana dan mudah dicerna.
Penampilan Gus Baha yang juga dikenal sederhana makin menguatkan citranya sebagai kyai panutan semua umat, tak hanya NU saja.
Berikut kutipan di twitter terkait trending Gus Baha.
@gusbahadaily: Para kyai jangan melulu menakut-nakuti umatnya tentang neraka, agama justru membutuhkan marketing ke syurga yang nyaman dan bahagia.
@liputankerja: Kamu tidak usah kawatir Soal rezeki, Kerja itu sebatas ikhtiar, jangan korbankan keluarga!
@vierda: Gus Baha nyenggol banteng, mau diframing radikal tapi NU…wakakakak gimane dong??
@Puthutea: Apa yg terjadi pada Gus Baha’ sering terjadi pada ulama atau tokoh lain. Salah satunya Cak Nun. Videonya dipenggali, dikasih judul yg provokatif, diberi framing baru yg jauh dr konteks saat kajian atau ceramah diberikan
@sophia_indah: Hanya orang yang pernah lapar yang merasakan indahnya kenikmatan kenyang, itulah hidup memberi makna – Gus Baha
@AbdViking: Gus Baha: enteng saja . Semisal ada Yg membenci PBNU – NU, menguntungkan, pastinya bukan golongan kami.
@AangGhunaifi: “Memaksa diri bahagia adalah cara mengimani qadha dan qadar. Jangan sampai karena terlalu sering mengeluh menyebabkan kita tidak percaya takdir.” (Gus Baha’)
@cintagusbaha: Salah satu ciri wanita sholihah akhir zaman yaitu judes.
@meyysi: Gus Baha : “Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam”.
@kiaikita: Kenapa kita sedemikian ribet dalam hidup, karena kita terlalu berlebihan dan menginginkan banyak hal yang sebenarnya tidak diperlukan.
@AlissaWahid: Makanya saya selalu kagum dengan Gus Baha dalam hal menjaga diri untuk selalu rendah hati. Beliau tawadhu sekali kepada Kyai Nyai lain. Kalau ngobrol dg yang muda ya biasa saja, tidak merasa tokoh. Tidak menggunakan fasilitas yg nyaman2 itu. Itu pasti perjuangan.
@hamied_aly: Jodoh adalah siapapun yg “mau” mengajak dan “mau” diajak nikah – Gus Baha
@indrafujiantoro: “Kebodohan itu merusak, tetapi merasa dirinya paling pintar lebih merusak”
@Rizlsh: Hidup itu harus ceria seolah-olah kita menerima takdir Allah dengan senang. Kalau cemberutkan kelihatan banget kalau gak nerima takdir Allah – Gus Baha
Mengenal Gus Baha
Gus Baha lahir di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, 29 September 1970 (umur 50 tahun). Ia merupakan ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Rembang.
Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur’an.
Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.
Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati.
Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nursalim, KH Hamim Jazuli (Gus Miek) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling.
Jantiko kemudian berganti Mantab (Majelis Nawaitu Topo Broto), lalu berubah jadi Dzikrul Ghafilin. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur’an.
Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha’ diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Gus Baha’ duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur’an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha’ di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur’an.
Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan mushaf al-Qur’an menurut Prof. Quraisy, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur’an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur’an
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha’ adalah tentang kesederhanaanya.
Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha’ bukan berarti keluarga Gus Baha’ adalah keluarga yang miskin, karena kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin.
Bahkan kakek Gus Baha’ dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya.
Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur’an yang dipegang erat oleh leluhurnya.
Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha’ menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia.
Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.