AHY: Jangan Manja Anak Muda, Netizen Cie Cie Lagi Ngomongin Sendiri
Muda, berarti pantang menyerah, dan tidak takut gagal
Agus Harimurti Yudhoyono bilang anak muda tidak boleh dimanja, apalagi disiapkan karpet merah.
Pernyataan bagus itu oleh netizen dianggap cerminan diri sendiri.
Ini karena AHY menjadi ketum Partai Demokrat karena factor bapaknya bukan karena jejak prestasinya.
“Cie….cie yg lagi ngomongin diri sendiri,” tulis @seruanhl di twitter.
“Ini juga contoh: Orang yang suka ukur sesuatu dari dirinya sendiri. Pas banget yah.” @xvidgmbk
@alextham878: AHY pasti lagi sindir anak Hambalang dikasih karpet merah sama bapaknya….sehingga mudah sekali dia menjadi ketum
Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan Indonesia membutuhkan anak muda yang tak manja dan pantang menyerah demi mewujdkan cita-cita Indonesia Emas di tahun 2045.
Menurut dia, yang dibutuhkan oleh generasi muda adalah kesempatan. Kesempatan untuk membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan dalam pemikiran dan perbuatan.
“Anak muda tidak boleh dimanja, apalagi disiapkan karpet merah. Namun, jangan pula biarkan mereka tumbuh dan berimajinasi tanpa arah,” kata AHY dalam Pidato Kebangsaan Memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Senin (23/8/2021).
Ia mengimbau agar para generasi muda Tanah Air berani untuk melakukan perubahan, lompatan, keluar dari zona nyaman, menghadapi disrupsi dan menjawab tantangan zaman.
Sebab, bila mereka tak melakukan itu, maka jangan harap Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045 mendatang.
“Muda, berarti pantang menyerah, dan tidak takut gagal. Karena dalam setiap kegagalan, ada pelajaran untuk bangkit, dan besertanya, ada peluang untuk menang,” ujarnya.
Meski begitu, lanjut dia, anak muda juga perlu bimbingan, nasihat dan pengalaman dari para pemimpin, para senior, dan generasi pendahulunya.
“Bukan dilecehkan, dibungkam, apalagi dimatikan jalannya. Generasi muda justru harus dituntun, sekaligus ditempa, dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin hebat, menjadi game-changer, history-maker, menjadi motor penggerak kemajuan bangsa di masa depan,” kata AHY.
Kritik Kebijakan Covid-19
AHY juga menyebut pihaknya akan konsisten memberikan masukan dan kritik yang konstruktif terhadap pemerintah terkait penanganan Covid-19.
Hal ini sekaligus menyuarakan harapan dan aspirasi rakyat.
Ia menyebut pihaknya sejak awal telah mengingatkan bahwa pemerintah dalam menangani pandemi, tidak boleh gagal fokus antara “api” dan “asap”.
Dalam konteks ini, kata dia, pandemi Covid-19 adalah apinya, sedangkan tekanan ekonomi merupakan asapnya.
“Jangan kita habis-habisan berupaya menghilangkan asapnya, sedangkan apinya gagal kita padamkan secara total. Selama ada api, selalu akan ada asap. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia,” kata AHY.
Menurut dia, di masa awal penanganan pandemi, pemerintah terlalu menitikberatkan persoalan ekonomi di atas sektor kesehatan. Sehingga, lanjutnya, kini banyak nyawa manusia melayang akibat terpapar Covid-19.
“Ekonomi bisa dipulihkan secara bertahap, tapi manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali. Ternyata, apa yang kami ingatkan sejak 1,5 tahun yang lalu itu, sekarang terbukti menjadi nyata,” ujarnya.
Ia mengaku tak bisa menerima jika dalam menghadapi ancaman serius terhadap kesehatan publik seperti ini, masih ada yang mempertahankan agenda-agenda lainnya. Selain tidak relevan, kata AHY, juga sebenarnya masih bisa ditunda karena tidak mengandung kegentingan yang memaksa.
“Misalnya, struktur belanja pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ternyata masih lebih tinggi dibanding alokasi anggaran kesehatan,” katanya.
AHY mengimbau seharusnya yang menjadi prioritas nomor satu adalah meningkatkan kapasitas rumah sakit, beserta segala fasilitas pendukungnya, memperkuat kapasitas tenaga kesehatan, serta menambah pasokan vaksin dan mempercepat distribusinya.
“Kami juga sering memberikan masukan atas berbagai permasalahan terkait kebijakan-kebijakan yang tidak dijalankan secara terintegrasi dan tersinkronisasi dengan baik,” katanya.