Remehkan Prestasi Shin Tae Yong, Publik Minta Haruna Soemitro Dipecat
Ramein aja lah hastag #HarunaOut. Mending dia yg keluar dari PSSI daripada STY
Hastag Haruna out trending atau #HarunaOut, Haruna yang dimaksud adalah Haruna Soemitro (HS), anggota Exco PSSI.
Ia trending karena mengritik kepelatihan Shin Tae-Yong (STY) di Timnas Indonesia.
Ia juga menganggap menjadi runner up Piala AFF kemarin bukan prestasi luar biasa.
Bagi Haruna, yang ditunggu terkait timnas adalah hasil, bukan proses.
Ia pun membandingkan STY dengan Luis Milla saat melatih timnas.
Kala itu timnas dibawa Luis Milla menjadi bagus, namun tak membuahkan prestasi di Asia Tenggara.
“Kalau cuma runner up, ya sebenarnya Shin Tae Yong ini sama saja dengan yang lain,” kata Haruna seperti dikutip Podcast JPNN.
Podcast berjudul Haruna Soemitro Buka-Bukaan soal Shin Tae Yong dan Pemain Naturalisasi ditayangkan 15 Januari 2022 dan banyak mengundang komentar.
Bahkan pagi ini trending dalam bentuk #HarunaOut.
Berikut cuitan sejumlah netizen terkait #HarunaOut
@mazzini_gsp: Ramein aja lah hastag #HarunaOut. Mending dia yg keluar dari PSSI daripada STY
@medioclubID: Di podcast Pak Haruna Soemitro dengan JPNN, terlihat dan terdengar jelas statement yg mengerikan: 1. HS mengatakan bahwa orang tak ingin melihat proses 2. HS menyebut STY tersinggung atas kritik yg diberikannya 3. HS mewajarkan EXCO campur tangan atas timnas
@HadiGunawan1306: Intinya EXCO ini gak paham sepakbola. Tp pertanyaannya, kok bisa ya Voters sampai milih dia ?Grinning face #HarunaOut
@lintangbaratday: #HarunaOut. Pelatih kelas dunia dikritik seorang caleg parpol, tau apa masalah bola WOI!
@anakserdadu12: ini orang lihat timnas main apa gimna sih,ngomong kok ga sesuaiMoyai#HarunaOut
@bknanakkingkong: mie instan aja perlu direbus pak! #HarunaOut
@habilhudioro: Jangan ada orang ini di sepakbola Indonesia #HarunaOut
@OzilNazil: Kalau sampai STY out, mungkin kasusnya sama kayak Luis mila #HarunaOut
Dalam Podcast HS di JPNN terungkap bahwa rapat evaluasi Timnas Indonesia setelah tampil di Piala AFF 2020 ternyata sempat deadlock.
Exco PSSI Haruna Soemitro menceritakanya kondisi tersebut saat berbicara di podcast JPNN.
Menurut Haruna, lamanya rapat evaluasi itu dikarenakan banyak hal yang disampaikan.
Namun, suasana sempat berubah ketika Shin Tae Yong merasa tersinggung karena diberi masukan dan kritik oleh peserta rapat evaluasi.
Rapat yang lumayan lama, sedangkan Shin Tae Yong harus bersiap mengejar pesawat ke Bali, sehingga pertemuan itu ditunda.
“Deadlock, karena dia harus kejar pesawat ke Bali, nanti akan dirapatkan kembali di Bali,” kata Haruna Soemitro
Haruna Soemitro menilai kondisi Timnas Indonesia pascatampil di Piala AFF 2020 sama dengan saat masih dilatih oleh Luis Milla.
Namun, pada 2022 ini, Shin Tae Yong memiliki tugas besar untuk bisa meraih dua gelar juara.
Masyarakat sempat mengelu-elukan nama pelatih Shin Tae Yong dan meminta dipertahankan
“Sebenarnya, ini sama kondisinya dengan mau perubahan dari Luis Milla ke Shin Tae Yong,” ucap Haruna Soemitro.
Saat itu ada yang pro dan kontra. Yang pro menilai Luis Milla menunjukkan permainan yang bagus, gaya main sesuai postur pemain Indonesia dan mentalitas yang apik, tak mudah menyerah.
Di sisi lain, yang kontra alasannya logis. Luis Milla dianggap pelatih yang sama saja dengan pelatih-pelatih Indonesia sebelumnya, karena tak bisa mempersembahkan gelar juara di level Asia Tenggara.
“Kalau cuma runner up, ya sebenarnya Shin Tae Yong ini sama saja dengan yang lain. Namun, karena hampir juara ya kami berharap bisa juara selanjutnya, karena ada ekspektasi masyarakat yang besar,” terang Haruna.
Sosok Haruna Soemitro
Haruna Soemitro adalah sosok yang tidak asing lagi bagi sebagian besar pecinta sepak bola Indonesia, utamanya dua dekade terakhir.
Lelaki yang kini menjabat sebagai Direktur Madura United itu telah malang-melintang di belantika sepak bola Tanah Air.
Ia juga kerap kali menjabatan di lingkaran PSSI, mulai dari Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur hingga anggota Komite Eksekutif (Exco).
Kiprah awal Haruna dalam sepak bola profesional berawali dari Persebaya. Haruna menjadi salah satu pengurus Bajul Ijo, julukan Persebaya.
Pada 2003, Haruna menduduki jabatan manajer Persebaya. Kegandringan Haruna pada sepak bola berawal dari kegagalannya meniti karier sebagai pemain.
Sebagai pecinta sepak bola, pilihan itu diakui Haruna sebagai bentuk kecintaannya terhadap olah raga paling populer di Indonesia tersebut.
Haruna pun menceritakan kisah awal dirinya terjun ke manajerial sepak bola. Kala itu, ia berbekal niat awal membantu Persebaya bangkit setelah diterpa krisis.
Saat itu, Persebaya memang tampil angin-anginan dalam Divisi Utama Liga Indonesia musim 2002, karena masalah finansial.
Pada musim tersebut Persebaya tak mampu merekrut pemain asing dan murni andalkan pemain lokal plus jebolan kompetisi internal.
Alhasil, mereka tersungkur di zona merah dengan koleksi 20 poin hasil dari enam kemenangan, lima imbang, dan sebelas kekalahan.
Pada titik itulah, Haruna bersama rekan-rekannya tergerak untuk membawa tim kebanggaan warga Kota Pahlawan itu untuk kembali bangkit.
Bahkan, Haruna juga mengaku sebagai seorang bonek.
Kecintaan terhadap Persebaya itu lantas membawa dirinya membentuk sebuah tim internal yang bernama Ridho FC.
Kemudian, perjalanan Haruna berlanjut saat dirinya ditunjuk menjadi manajer tim PON Jatim pada 2004.
Saat itu, ia berhasil membawa timnya meraih medali emas di Palembang. Salah satu pemain yang saat itu dibawa Haruna ialah Hamka Hamzah.
Keberhasilan itu juga membawa Haruna menduduki jabatan sebagai Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur.
Haruna juga sempat menyingkir dari peredaran sepak bola nasional.
Ia kembali muncul saat menjadi manajer Madura United setelah mengakuisisi Pelita Bandung Raya.