Business is booming.

Padahal Berniat Mendukung Pendemo, Ade Armando Malah Babak Belur Dihajar Massa

Ade tak bisa dilepaskan sebagai sosok pendukung Presiden Jokowi atau dikenal sebagai cebong.

Sudah bisa ditebak, dosen UI yang juga dikenal pendukung Presiden Jokowi, Ade Armando langsun puncak trending.

Ade babak belur setelah dihajar sejumlah orang tatkala berada dikerumunan pengunjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPR.

Sebelum masa pendemo memenuhi halaman depan pagar gedung DPR, Ade Armando, yang dosen ilmu komunikasi UI, sudah muncul duluan.

Ia diwawancarai sejumlah orang akan maksud kendatangannya ke DPR.

Yakni ikut mendukung aksi menolak wacana presiden Jokowi 3 periode.

Entah mengapa Ade seolah tak sadar bahwa ia tak bisa dilepaskan sebagai sosok pendukung Presiden Jokowi atau dikenal sebagai cebong.

Nah mahasiswa yang demo di depan gedung DPR tak semuanya satu aliran dengan Ade meski kali ini ia mengaku satu frekwensi dengan mahasiswa menolak perpanjangan masa jabatan presiden Jokowi.

Mengetahui sosok Ade Armando, massa lengsung mengerubungi. Lalu tanpa aba-aba, ketika seseorang mulai memukul yang lain ikut-ikutan.

Ade Armando pun seperti pencuri kepergok jadi bulan-bulanan massa.

Saat diamankan polisi, tampak wajah Ade Armando babak belur dengan darah keluar dari mukanya.

Ade dibawa ke dalam gedung DPR RI untuk dilakukan perawatan dengan penjagaan ketat dari kepolisian.

Mahasiswa pengunjuk rasa yang dikomandoi BEM SI tadinya akan demo di istana namun beralih ke DPR.

Selain menuntut penghentian wacana masa jabatan Jokowi 3 periode mereka juga memprotes kenaikan harga-harga.

Baca Juga:  Mike Tyson Bikin Heboh Lagi, Kali Ini Jari Wanita Menempel di Wajahnya

Profil Ade Armando

Dr. Ade Armando, M.Sc. lahir 24 September 1961.

I adalah pegiat media sosial dan akademikus Indonesia.

Ia mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Ia juga pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004–2007), Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001–2003)

Juga pernah menjabat Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi Internews (2001–2002).

Ade Armando lahir dari keluarga perantau Minangkabau pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani.

Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.

Ayahnya adalah seorang diplomat yang terpaksa harus turun setelah terkena dampak runtuhnya rezim Soekarno.

Jus Gani pernah menjadi atase di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Filipina.

Setelah dipecat dari militer, ia merantau membawa keluarganya ke Malaysia untuk berdagang.

Di sana, Ade Armando sempat dipermalukan oleh seorang guru keturunan Cina di depan teman-temannya karena tidak lancar berbahasa Inggris.

Hal itu memacunya untuk belajar hingga bisa berbahasa Inggris dengan lancar.

Pada 1968, keluarganya kembali ke Indonesia dan menetap di Bandung dalam keadaan pailit.

Ade Armando mengenyam pendidikan di SD Banjarsari I Bandung (tamat 1973)

SMP Negeri 2 Bogor (tamat 1976), dan SMA Negeri 2 Bogor (tamat 1980).

Ia menderita kerusakan mata rabun jauh dan saat SMP kerusakannya mencapai minus enam.

Sesuai saran ayahnya, setamat SMA ia mendaftar kuliah di FISIP UI untuk menjadi diplomat.

Namun, karena nilai mata kuliah ilmu pengantar politiknya rendah, ia pindah ke jurusan ilmu komunikasi.

Di kampus, ia aktif dalam pers mahasiswa di Warta UI.

Ia mengaku berjualan rempeyek di kampus untuk menutupi uang kuliahnya.

Ia belajar menjadi wartawan dari Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang.

Ia lulus sarjana komunikasi dan meraih gelar doktorandus pada 1988.

Baca Juga:  Profil Pandji Pragiwkasono Wongsoyudo, Trending Terkait Meme Dirinya

Ade meraih gelar master of science dalam population studies dari Universitas Negeri Florida pada 1991.

Selanjutnya, ia meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia pada 2006.

Ia pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993).

Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya.

Karena tekanan politik Orde Baru dan dirasa tidak objektif, ia lantas keluar dari koran itu.

Bosan dengan politik, ia beralih menjadi peneliti dan Manajer Riset Media Tylor Nelson Sofres pada 1998–1999.

Ia diajak bergabung oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada 2000–2001 yang dianggapnya independen dan tidak memihak Habibie.

Ade Armando ikut dalam kelompok diskusi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dibangun melalui milis sejak 2001.

Kegiatan diskusi JIL membahas seputar Islam, kenegaraan, dan kemasyarakatan. JIL mengklaim diskusi itu diikuti oleh 200 orang anggota.

Adian Husaini mencatat bahwa Ade Armando adalah salah satu akademisi yang bekerja sama menjadi kontributor JIL.

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...