Tagar Awas Resesi Mengancam Trending, Netizen: Kita Tunggu Aksi Nyata Rezim

Tagar Awas Resesi Mengancam menjadi trending di media sosial Twitter pada Kamis (4/8/2022), menyusul sejumlah negara mulai alami resesi.
Kondisi tersebut ikut bikin khawatir netizen hingga mereka menyampaikan beragam ciutannya. Berikut ciutan mereka.
Seperti akun Twitter @B_dzoel menulis, “Guys,…. Ada tagar #AwasResesiMengancam nieh,… Klo menurut klean gimana? Klo gw sieh nyang paling krasa dikalangan sekitar gw, banyak nyang ngantri didepan-depan pabrik sambil bawa² emap, mo apah coba?”
Lalu akun Twitter @Gemblong_hidup menulis, “Efek dari kenaikan BBM dan bahan pokok saja sudah membuat rakyat kelimpungan Apalagi negara dalam keadaan terancam Resesi ekonomi global Dampaknya pasti lebih parah lagi bagi wong cilik khususnya”
@love__aynie menulis, “Sri Langka, telah dinyatakan bangkrut disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan besarnya utang negara yang tidak bisa mereka kendalikan. Bagaimana dengan Indonesia?”
@Tehtarik_mantap menulis, “#AwasResesiMengancam
#AwasResesiMengancam Kita tunggu aksi nyata mereka menghadapi ancaman terjadi Resesi ekonomi”
@mohtahid menulis, “Utang baik-baik saja, kalau Indonesia rasio kita kecil,” kata Luhut Binsar Panjaitan. Dengan demikian artinya rakyat tak perlu khawatirkan.”
@Tehtarik_mantap menulis, “Rakyat Indonesia tidak mungkin sanggup menghadapi Resesi ekonomi global. Karena banyak lowongan pekerjaan yang dijanjikan presiden ternyata telah diisi oleh TKA. Seperti pepatah tikus mati di lumbung padi, Tragis…….”
@RickyBarmans menulis, “Mudah bagi mereka para petinggi rezim ini, bicara semua baik-baik saja dan normal terkendali. Tapi tetap saja rakyatlah yang paling menderita dan tak berdaya saat badai ekonomi melanda.”
Amerika Resmi Resesi, Ini Dampaknya ke Ekonomi Indonesia
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan dampak resesi yang terjadi di Amerika Serikat ke Indonesia.
Bukan hanya itu, Indonesia juga harus menghadapi berbagai tantangan dari pertumbuhan ekonomi Cina yang negatif serta tensi geopolitik Rusia-Ukraina memperparah gejolak harga di seluruh dunia.
“Perangnya di Eropa, tapi dampaknya ke seluruh dunia. Krisis pangan, energi terjadi. Karena Rusia produsen energi yang termasuk terbesar di dunia. Dan Ukraina-Rusia produsen pangan terbesar pangan di dunia, termasuk pupuk,” jelas Sri Mulyani saat memberikan sambutan pada Dies Natalis Ke-7 PKN STAN dikutip cnbcindonesia.com.
“Maka dalam inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti supply, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi”.
Ekonomi Indonesia juga terdampak karena inflasi tinggi yang terjadi di AS, Eropa, dan Inggris saat ini. Hal tersebut membuat bank sentral negara-negara itu mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga.
“Apa hubungannya dengan kita, kalau kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global terjadi,” kata dia.
Sri Mulyani mengatakan pelemahan ekonomi global mulai terlihat di AS dan China, yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Secara definisi, AS sudah masuk ke dalam resesi dengan mencatatkan pertumbuhan negatif dua kali berturut-turut selama dua kuartal di tahun yang sama.
Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal II-2022 kontraksi atau negatif 0,9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada kuartal I-2022 yoy, pertumbuhan pun tercatat negatif sebesar 1,6%.
Untuk China pada kuartal II-2022, pertumbuhan ekonominya mengalami penurunan 0,4% dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 2,5%. Pertumbuhan itu di bawah prediksi pasar 5,5%. Ekonomi yang melemah di dua negara tersebut membuat Sri Mulyani waspada.
“Hari ini Anda baca berita, AS negatif growth Kuartal II, technically masuk resesi. RRT (China) seminggu lalu keluar dengan growth Kuartal II yang nyaris 0,” jelas Sri Mulyani.
“Apa hubungannya dengan kita lagi? AS, RRT, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi, kalau mereka melemah, permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun”.
Meski capaian ekonomi Indonesia terbilang tangguh, Sri Mulyani tak mau jumawa. Tercatat APBN Surplus di bulan Juni sebesar Rp 73,6 triliun atau 0,39% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Kita tahu situasi masih cair dan dinamis. Berbagai kemungkinan bisa terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia, dan bisa mempengaruhi nilai tukar, suku bunga, dan inflasi di Indonesia,” ungkapnya.
Berdasarkan survei perusahaan keuangan Amerika Serikat Bloomberg, Indonesia masuk daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. #AwasResesiMengancam#AwasResesiMengancam pic.twitter.com/oLy8yOCvF3
— ЯЭБТ@!!305_ (@DPO_Twity) August 3, 2022
Indonesia hati hati resesi #AwasResesiMengancam pic.twitter.com/EDBmQpx7B8
— Maul (@S_Maulana2022) August 3, 2022