Profil dan Sejarah Pulau Bawean, Paling Terdampak Gempa Jumat
Daryono dari BMKG pun mengkoreksi bahwa gempa yang sebelumnya disebut sebagai gempa Tuban sebenarnya adalah Gempa Bawean.
Pulau Bawean menjadi lokasi paling terdampak karena gempa yang terjadi pada Jumat (22/3/2024).
Daryono dari BMKG pun mengkoreksi bahwa gempa yang sebelumnya disebut sebagai gempa Tuban sebenarnya adalah Gempa Bawean.
“Berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik/dampak gempa maka nomenklatur yang tepat adalah GEMPA BAWEAN bukan GEMPA TUBAN,” tulisnya.
Laporan netizen memang menunjukkan bahwa titik gempa dengan Pulau Bawen sangat dekat dibanding dengan tuban.
Aktifitas sesar aktif, kemungkinan bersumber dari sesar Bawean.
sampai sore ini masih proses peluruhan energi, dan bisa berlanjut beberapa hari ke depan dng skala mengecil https://t.co/IRKclY2Mry— Georitmus 🇮🇩 (@zakiberkata) March 22, 2024
Dari laporan masyarakat, sejumlah fasilitas umum alami kerusakan akibat gempa Bawean.
Sejauh ini, paling dramais adalah robohnya atap lab Komputer di SMAN 1 Sangkapura, Bawean Gresik
Lab komputer saat Gempa.. BMKG Bawean belum memberikan info lanjutan..
Allah lindungi kami.. #gempa #bmkg pic.twitter.com/7O6nWpRm0a— liviafa (@bird_dara04) March 22, 2024
Juga pasar Kepuh Teluk Pulau Bawean, Kab. Gresik roboh akibat Gempa.
Dikabarkan Gempa Dangkal Laut Jawa & Cerita Lama Terbentuknya Pulau Jawa.
Hingga Jumat (22/3/2024) malam
Sebagain warga Pulau Bawean memilih bermalam di area tanah lapang dan sebagian memilih mengungsi ke area perbukitan.
Mereka waswas karena merasa was-was terjadi gempa susulan besar dan tsunami. Semoga MANDALI.
Sebelumnya BMKG belum bisa menyimpulkan mengapa gempa susulan di Tuban dan Bawean lebih besar dari gempa pertama.
Seperti diketahui, gempa pembuka di sebela selatan memiliki magnitude 5,9-6,0 sekitar pukul 11.32 WIB.
Puluhan gempa susulan kemudian terjadi bahkan hingga 64 kali gempa susulan hingga pukul 20.00.
Nah salah satu gempa susulan sekitar pukul 15.52 WIB lebih besar yakni magnitude 6,5.
Daryono mengakui, munculnya puluhan kali gempa susulan, dengan dua kali gempa signifikan tergolong mengejutkan.
Menurut Daryono kedalaman kedua gempa signifikan lokasi berdekatan, sekitar 15 km, di sekitar pulau Bawean.
Meski demikian, BMKG belum bisa memastikan tipenya. Apakah gempa susulan dengan M6,5 itu gempa utama atau bukan.
Menurut Daryono, proses belum selesai. Namun tren magnitude masih berfluktuasi.
Profil Pulau Bawean
Bawean adalah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 135 kilometer sebelah utara Kota Gresik.
Secara administratif, pulau ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Pasukan VOC menguasai pulau ini pada tahun 1743.
Melihat keindahan dan sejarahnya, Pulau Bawean menjadi salah satu lokasi tujuan wisata.
Pulau ini terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak.
Penduduknya berjumlah sekitar 107.000 jiwa dengan mayoritas suku Bawean serta perpaduan beberapa suku dari Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra yang turut mempengaruhi budaya dan bahasanya.
Mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan dan petani serta pekerja rantauan di Malaysia dan Singapura.
Orang Bawean ada pula yang menetap di Australia dan Vietnam.
Bahasa yang banyak dituturkan di pulau ini adalah bahasa Bawean yang mirip dengan bahasa Madura.
Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari.
Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit.
Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun[
sedangkan dalam catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya penduduk Bawean bermula pada tahun 8 Saka di mana sebelumnya pulau ini tidak berpenghuni
Pemerintah Koloni Belanda dan Eropa pada abad 18 menamakan pulau ini dengan sebutan Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok
Awal abad ke-16 tepatnya pada tahun 1501 agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad Sidik atau yang dikenal dengan nama Maulana Umar Mas’ud atau Pangeran Perigi sekaligus menjalankan tata pemerintahan di Pulau Bawean.
Selanjutnya Pulau Bawean di pimpin oleh keturunan Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo dan seterusnya hingga yang terakhir Raden Ahmad Pashai.
Pada tahun 1870-1879 Pulau Bawean menjadi Asistent Resident Afdeeling dibawah Resident Soerabaya pada masa inilah Pulau Bawean di bagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak yang di pimpin oleh seorang Wedana dengan Wedana terakhir bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-1903)
Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri.[butuh rujukan] Penduduk di Pulau Bawean sebagian besar merantau ke Malaysia dan Singapura untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia.
Di perantauan, mereka membentuk perkampungan.
Di negeri jiran masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan.
Banyak juga para perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia, Malaysia maupun Singapura.