Lagi Dosen Lecehkan Mahasiswi, Setelah Unsri Kini UNJ
Muncul Hotline Pengaduan untuk Mahasiswi Korban Pelecehan Dosen DA
Kasus pelecehan seksual mahasiswi oleh dosennya kini tengah ramai diperbincangkan publik, terutama di media sosial.
Sebelumnya kasus tersebut menimpa mahasiswi Universitas Sriwijaya dengan terduga dosen berinisial R.
Terbaru dilakukan dosen Universitas Jakarta (UNJ) berinisial DA.
“Abis Unsri, skrng UNJ,” tulis akun @memperdayai
Lihat Berita Insial R Kebetulan Trending, Randy, Reynhard Sinaga, Lalu Siapa Reza?
Pihak kampus UNJ kini sedang menyelidiki kasus tersebut karena diduga korbannya bukan hanya satu mahasiswi.
Bahkan diduga ada korban yang telah menjadi alumni.
Untuk keperluan itu muncul muncul @Gerpuan_unj yang bertujuan menampung laporan kasus kekerasan seksual di UNJ.
“Menanggapi sexting Dosen UNJ yang berinisial DA ke mahasiswi yang viral di sosial media, Gerpuan UNJ membuka Hotline untuk mendokumentasikan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh dosen DA dan kekerasan seksual lainnya yang terjadi.”
“Apabila kamu atau kawanmu pernah mengalami kekerasan seksual oleh dosen DA atau pelaku lainnya di UNJ. Sila hubungi Hotline Gerpuan UNJ 6281398466***. Atau kirimkan kronologi kasus kekerasan seksualmu melalui e-mail laporgerpuan@gmail.com Gerakan Perempuan UNJ
“(segala informasi dirahasiakan sesuai dengan konsensual pelapor). Mari kita satukan kekuatan kita melawan kasus kekerasan seksual di kampus!”
Seperti ditulis didaktikaunj.com Dosen Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berinisial DA, diduga melakukan kekerasan seksual (KS) kepada beberapa mahasiswi UNJ.
DA melakukan aksinya dengan mengirim pesan yang tak pantas dilakukan oleh dosen kepada mahasiswinya.
DA diketahui melakukan tindakan tersebut berdasarkan balasan cuitan di akun Twitter @AREAJULID.
Dalam cuitan yang beredar pada Senin (6/12/2021) tersebut, memperlihatkan tangkapan layar percakapan antara seorang mahasiswi yang ingin bimbingan skripsi dengan DA.
Namun, ketika mahasiswi tersebut menanyakan kesediaan waktu DA membimbing, DA justru membalasnya dengan “I Love kamu” diikuti dengan pertanyaan “maukah kamu menikah dengan saya?”. DA bahkan memanggilnya dengan kata “Sayangku”.
Cuitan tersebut pun sempat ramai di media sosial Twitter.
Bahkan, sebanyak 2.246 akun telah membagikan ulang cuitan tersebut dan dikomentari oleh 2.058 akun, terhitung pada Rabu (8/12/2021).
“Saya lihat dari replies-nya, sepertinya korban pelecehan melalui chat ini sudah banyak dan dilakukan oleh dosen yang sama. Menurut saya sih ini harus dihentikan. Bejat sekali dosennya,” ujar pemilik akun @yogsyg di kolom komentar.
Ketika dimintai tanggapan, Uswatun Hasanah, Dekan FT UNJ mengaku baru mendengar kabar yang tengah ramai dibicarakan tersebut. Namun, ia berujar telah menugaskan Wakil Dekan (Wadek) III bidang Kemahasiswaan FT untuk mengurus kasus tersebut.
Efri Sandi, Wadek III FT UNJ pun juga mengaku baru mendengar kasus tersebut. Menurut penuturannya, pihaknya sedang mengusut pihak-pihak yang terlibat.
“Saya juga baru memperoleh informasi ini dari media, saat ini kami sedang coba memverifikasi dengan pihak-pihak yang diduga terkait sesuai pemberitaan tersebut. Nanti insyaAllah akan kami sampaikan hasil-hasilnya,” ujarnya.
Terkait kasus tersebut, Gerakan Perempuan (Gerpuan) UNJ membuka layanan pengaduan atau hotline bagi mahasiswa/i yang juga mendapat tindakan serupa oleh DA. Dalam unggahan di akun @gerpuan_unj pada Rabu (8/12/2021), pengaduan dapat melalui nomor WhatsApp atau melalui alamat e-Mail laporgerpuan@gmail.com.
Aldeta Oktaviyani, admin hotline Gerpuan UNJ mengatakan, hotline tersebut bertujuan untuk mendata kasus kekerasan seksual di UNJ agar lebih mudah untuk digapai atau reach out.
Ia pun menyampaikan, Gerpuan UNJ sudah membuka hotline KS sejak terbitnya Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi akhir Oktober 2021.
Menurut penuturannya, belum ada yang melapor kepada Gerpuan UNJ melalui layanan hotline. Namun, lanjutnya, beberapa mahasiswi melapor ke Gerpuan UNJ melalui obrolan-obrolan langsung maupun dari grup WhatsApp.
“Belum ada yang lapor secara resmi sejauh ini, karena kayaknya belum banyak yang tau juga, atau masih takut untuk melapor,” tuturnya.
Terkait KS yang dilakukan oleh DA, Aldeta mengaku geram. Ia berharap, kampus yang seharusnya menjadi ruang aman bagi perempuan, menindak tegas DA dengan mencabut lisensi mengajar agar kasus serupa tak terjadi lagi di kampus lain.
“Harus ditindak tegas. Gak bisa pake kata maaf dan berujung damai,” tegasnya.
Sebelumnya di Unsri
Sebelumnya, pusat pembelaan hak-hak perempuan Women`s Crisis Centre-WCC Palembang, mengecam kasus dugaan pelecehan seksual di lingkungan perguruan tinggi Universitas Sriwijaya yang pada Desember 2021 ini dalam penyidikan pihak Polda Sumatera Selatan.
Pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh oknum dosen terhadap beberapa mahasiswi merupakan tindakan yang sangat memalukan dan dapat merusak citra lembaga pendidikan, kata Direktur Women`s Crisis Centre (WCC) Palembang Yessy Ariani di Palembang, Ahad.
Untuk mengungkap tuntas kasus tersebut, diharapkan pihak kepolisian yang melakukan penyidikan dan meminta keterangan secara seimbang dari dosen dan mahasiswi yang diduga menjadi korban pelecehan seksual.
Selain itu, WCC Palembang juga membuka posko pengaduan untuk menampung kemungkinan ada korban lain yang masih takut atau ragu melaporkan dosennya yang melakukan pelecehan seksual.
“Jika ada mahasiswi Unsri atau lembaga pendidikan lain yang mengalami kasus pelecehan seksual bisa menghubungi relawan WCC untuk mendapat pendampingan melapor ke polisi dan pemulihan traumanya,” ujar Yessy.
Dia menjelaskan kasus pelecehan seksual dan tindak kekerasan terhadap perempuan lainnya di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu tergolong cukup tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya terus berupaya meningkatkan pelayanan bagi perempuan yang membutuhkan perlindungan, pemulihan trauma, dan pendampingan melakukan gugatan hukum kepada pihak-pihak yang diduga melakukan tindakan pelecehan dan kekerasan.
Kasus pelecehan seksual yang terjadi di lembaga pendidikan seperti yang terjadi di Unsri merupakan fenomena gunung es karena jumlah korbannya dan tempat kejadiannya kemungkinan lebih banyak lagi.
Namun hanya sebagian kecil yang muncul ke permukaan berani membawa permasalahan itu ke jalur hukum karena takut dan malu diketahui orang banyak.
Melalui upaya yang dilakukan oleh relawan WCC tersebut, diharapkan ke depan para korban pelecehan seksual dan tindak kekerasan terhadap perempuan lainnya lebih berani melakukan perlawanan secara hukum sehingga kasus tindak kejahatan itu bisa dicegah dan diminimalkan, kata Direktur WCC Palembang.
Sementara sebelumnya kepala Subdit 4 Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Ditreskrimum Polda Sumsel Komisaris Polisi Masnoni menjelaskan bahwa mahasiswi Unsri yang menjadi korban dugaan pelecehan seksual oknum dosen bertambah, dari awalnya hanya satu orang kini menjadi empat orang.
Satu korban tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) dengan oknum dosen berinisial A dan tiga berasal dari Fakultas Ekonomi (FE) Unsri dengan oknum dosen berinisial R.
Belangan diketahui R yang dimaksud bernama Reza Ghasarma.
Rez adalah Kaprodi atau Kepala Program Studi Manajemen Unsri pada jenjang strata satu.
Reza Ghasarma telah menghapus akun twitter dan instagramnya.
Namun malah membuat netizen curiga bahwa ia sedang mencoba menghapus jejaknya.
Di Twitter nama Reza Ghasarma ikut trending atas nama Reza.