Business is booming.

Apa itu Hepatitis Akut? Sudah Menyerang 170 Anak di Dunia, Termasuk 3 Anak di Indonesia

Hepatitis Akut kini dianggap misterius karena belum diketahui penyebabnya.

Covid-19 belum sepenuhnya reda, kini muncul penyakit Hepatitis Akut.  Sudah akut, misterius pula?

Penyakit ini sudah menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia sejak 15 April 2022.

Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus Hepatitis Akut.

Lebih patut diwaspadai karena 3 pasien anak dilaporkan sudah kena penyakit ini.

Ketiga pasien Hepatitis Akut tersebut dilaporkan sedang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta.

Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Apa itu Hepatitis Akut?

Seperti dirangkum dari akun Halodoc.com, penyakit hepatitis akut merupakan kondisi peradangan pada liver.

Secara umum, hepatitis dibagi menjadi dua kelompok, yaitu akut dan kronis, berdasarkan lamanya peradangan dan akibat yang ditimbulkan gangguan hati.

Bila lama peradangan atau cedera pada hati berlangsung kurang dari enam bulan, kondisi itu disebut hepatitis akut.

Sebaliknya, bila peradangan atau cedera berlangsung lebih dari enam bulan, kondisi itu disebut hepatitis kronis.

Hepatitis akut cukup umum ditemui, menyerang lebih banyak pria dibanding wanita.

Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapa pun dan dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.

Ada pun tanda-tandanya dari hepatitis akut muncul sangat cepat, di antaranya:

Kelelahan, Mual, Nafsu makan menurun., Rasa tidak nyaman pada perut (nyeri pada hati), Urine yang keruh dan penyakit kuning.

Juga Gejala yang menyerupai flu, feses yang berwarna pucat dan penurunan berat badan tanpa sebab.

Baca Juga:  Portugal Lolos Babak 16 Besar Berkat Dua Gol Fernandes, Kok Ronaldo yang Trending?

Adapun Hepatitis Akut kini dianggap misterius karena belum diketahui penyebabnya.

Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.

Saat ini, Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

“Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,”

Kata Nadia, jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

170 Kasus

Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ).

Penyakit itu menyerang anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.

Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.

Tujuh belas anak di antaranya (10%) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah).

Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Baca Juga:  Profil Kombes Adi Vivid Agustiadi Bachtiar, Akpol 1998 dan Mantan Ajudan Jokowi, Promosi Bintang 1

Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui.

Pemeriksaan laboratorium diluar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41.

SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

SURAT EDARAN KEWASPADAAN TERHADAP PENEMUAN KASUS HEPATITIS AKUT YANG TIDAK DIKETAHUI ETIOLOGINYA (ACUTE HEPATITIS OF UNKNOWN AETIOLOGY)+Lampiran

Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.

Kemenkes meminta Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit untuk antara lain memantau dan melaporkan kasus sindrom Penyakit Kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).

Catatan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom Penyakit Kuning, dan membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.

Baca Juga:  Profil Kolonel Arh Tony Aris Setyawan, Akmil 1993, Promosi Athan RI untuk UEA

“Tentunya kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis” ucap dr. Nadia.

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...