Kematian Anak karena Kasus Gagal Ginjal Akut Terus Bertambah, DPR Minta Ketegasan Pemerintah
Upaya mencegah laju kasus gagal ginjal akut dilakukan pemerintah dengan menghentikan sementara penjualan obat sirup
Kasus kematian akibat kasus gagal ginjal pada anak terus bertambah seolah tak terkendalikan.
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah perlu mengambil sikap tegas terkait kasus gagal ginjal pada anak yang terjadi di Indonesia.
“Pemerintah harus tegas mengambil sikap, jangan di satu sisi menghimbau, namun di sisi lain ada pernyataan dari Wakil Menteri Kesehatan bahwa penggunaan parasetamol aman,” kata Dasco di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan apabila penggunaan parasetamol tidak boleh diberikan kepada anak maka harus dibuat larangan, sehingga tidak sekadar imbauan.
Menurut dia, setelah ada larangan tegas maka harus diberikan alternatif obat karena kandungan parasetamol pada obat sudah menjadi kebutuhan pokok terhadap berbagai penyakit di keluarga.
“Tentu ketika parasetamol tidak diperjualkan sementara, lalu ada kebutuhan akan parasetamol, punya opsi lain,” ujarnya.
Dasco menilai publik perlu diberikan informasi yang memadai terkait penyakit tersebut agar tidak seperti saat ini yaitu masyarakat mendapatkan pernyataan dan analisa dari berbagai pihak.
Namun menurut dia, dibutuhkan sebuah keputusan tegas dari pemerintah untuk memberikan alternatif obat, sambil menunggu hasil penelitian terkait penyebab kasus gagal ginjal tersebut.
“Ketidaktegasan akan menimbulkan berbagai reaksi negatif dan fitnah. Maka putuskan segera, ya atau tidak, bukan himbauan apalagi perdebatan yang tidak perlu,” ucapnya.
Kabar dari Sumbar
Sebelumnya Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) mencatat sedikitnya 12 anak di provinsi tersebut meninggal dunia akibat gangguan ginjal akut.
“Sebanyak 10 anak meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr M Djamil Padang dan dua anak lainnya meninggal di RSUD dr Rasyidin Padang dan RSUD Mentawai,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Lila Yanwar saat jumpa pers di Padang, Kamis.
Selain itu, saat ini masih ada yang dirawat di RSUP Dr M Djamil Padang sebanyak empat kasus, ada yang sembuh dengan gangguan ginjal dan ada yang sembuh dengan ginjal yang sudah membaik.
Ia mengatakan pihaknya akan melakukan penelusuran ke keluarga pasien dengan langkah penyelidikan epidemiologi.
“Kira-kira ada kaitan dengan kasus lain atau tidak, baik itu konsumsi makanan atau konsumsi obat, lingkungan keluarga dan sebagainya,” kata dia
Data tersebut akan dikombinasikan dengan data yang ada di RSUP Dr M Djamil Padang. “Supaya kemungkinan itu menjadi bahan edukasi kita,” katanya.
Sementara itu Penanggung Jawab Ruangan Emergency Anak RSUP Dr M Djamil Padang Indra Ihsan membenarkan dari 20 anak yang dirawat, 10 anak diantaranya meninggal dunia.
“Sebaran kasusnya lima dari Payakumbuh, tiga dari Bukittinggi, tiga dari Jambi, sisanya bervariasi dari Pariaman dan Lubuk Basung,” kata dia.
Jejak Senyawa
Kementerian Kesehatan RI menemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan penyakit gagal ginjal akut pada sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien di Indonesia.
“Temuan itu dari pemeriksaan di Indonesia, tetapi belum dapat disimpulkan senyawanya. Karena temuan awal inilah, makanya pemerintah berupaya melakukan langkah antisipasi,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan upaya mencegah laju kasus gagal ginjal akut dilakukan pemerintah dengan menghentikan sementara penjualan obat sirup hingga menerbitkan panduan tata laksana penanganan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
“Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, sementara ini tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas,” katanya.
Ia mengatakan Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas dilaksanakan.
“Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” katanya.
Sebagai alternatif, kata Syahril, masyarakat dapat menggunakan bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.
Menurut Syahril perlu kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan volume urine, sebab menjadi gejala yang spesifik terhadap gagal ginjal akut.
Gejala lainnya yang mengiringi adalah demam, diare, batuk, pilek, mual dan muntah. “Segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat jika ada gejala itu,” katanya.
Sebagai langkah awal untuk menurunkan angka kematian akibat gagal ginjal akut, Kemenkes melalui Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri sebagai alternatif dari obat sirup.
Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI), utamanya dialami anak di bawah usia 5 tahun.
“Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian,” katanya.
Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, di mana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.
Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.