Puan Trending, Peneliti Sebut Sudah Matang, Netizen Sebut Pintar?
peneliti BRIN menyebut Puan Maharani sudah matang dan waktunya jadi presiden

Tagar Puan trending di media sosial Twitter pada Senin (31/10/2022), menyusul peneliti BRIN menyebut Puan Maharani sudah matang dan waktunya jadi presiden.
Sontak netizen gaduh menanggapi tagar Puan yang trending ribuan ciutan (Tweeps) yang mereka sampaikan. Berikut beragam ciutan mereka.
Peneliti BRIN: Puan Maharani Sudah Matang Pohon, Waktunya Jadi Presidenhttps://t.co/Eq4Wtpt4Yg
— GELORA NEWS (@geloraco) October 31, 2022
Seperti pemilik akun Twitter @blanc_aura menulis, “itu kayaknya pendapat peneliti @brin_indonesia (perorangan) uni,, bukan pendapat BRIN secara lembaga”
Lalu akun Twitter @sulaiman_knight menulis, “Mungkin peneliti tersebut matanya sedang BRINtitan kronis. Jadi gak bisa melihat dengan jelas.”
@Didosennahadi1 menulis, “Ahaiiii.. lopyu-kuuu mateng puun.. tu mah keduluan codot”
@__R3mindM3__ menulis, “Contoh mateng di pohon itu adalah.. ___Pinter matiin mic.”
@budhiomiyage menulis, “Ketua BRIN kan simboke Puan 😂😅”
@bebekkasian menulis, “Badan Riset Ibu(nya) Negara 🙄”
@imanrachmand menulis, “Yang ngomong kolega 😂”
@4ndikris menulis, “Seorang ibu pastilah yang paling mengenal anaknya 😎”
@BesseHidayah menulis, “Kata emaknya🤓😷😷”
@agomala menulis, “Dah kaya lembaga survei”
@AdamVelcro menulis, “Karbitan”
@dnayza1212 menulis, “Ketuanya ibunya … yang anak biologis Soekarno.”
@dulfendra1 menulis, “Hahahaha.. rupanya kerjanya BRIN meneliti tingkat kematangan pohonnya Puan…”
@arunariftan menulis, “Mungkin BRIN sdh bagian dr lembaga dr PDIP😂”
@triono_eko menulis, “woy @PolitikBRIN riset dan inovasi apaan tuh… hasil riset dan inovasinya sampah.”
@andri_parcox menulis, “Institusi negara @PolitikBRIN turut serta dalam menyukseskan peta politik Indonesia. Asalkan berimbang, tidak keberpihakan, adil gpp sih…”
@Syaechu menulis, “Tempat emaknya kerja. Kita sih ikhlas matang dipohon sekalian dimakan kampret kalo memang manis.”
@ferizandra menulis, “Itu lembaga riset apa thinktank parpol…? 🤔”
@Abdoeljegger202 menulis, “Disuruh mamaknya”
@bonie0959 menulis, “Mereka kan segolongan. Pantas lah meng endorse boss nya .😩”
@Bebque__ menulis, “PDIP kalo gak segera metik, takutnya malah busuk. Hahahahaha… ada aja istilah matang pohon. 😅🙈”
@Se_NoPati menulis, “Percumalah namanya bukan akhiran O”
@tjapoenglaut menulis, “Jangan berharap bisa lahir terobosan di bidang antariksa, medis, pertanian atau Computer technology kalau penelitinya sibuk menjilat seperti ini…”
@AbeebShahab menulis, “Dari JUTAAN bahan riset yang berhubungan langsung dengan hajat hidup rakyat, mereka memilih bahas beginian, udah gitu dihamburkan ke media.
GIMANA, LO SEMUA MASIH MAU DIKADALIN SAMA REZIM DON GO ?”
@Openg67205164 menulis, “Hahaha…BRIN ini perpanjangan tangan partai yaaa,inilah salah satu ke dunguan orang2 BRIN,Rakyat udah pintar menilai calon nya jangan kelen2 ikut jadi corong salah satu calon presiden;anda di gaji bukan untuk itu,tolong pahami tugas kelen di BRIN.”
@Prams40893661 menulis, “Terlalu matang jadi bosok dia,udh lah lebih cocok jadi pawang hujan aja dah.mau jadi presiden mimpi lah siang bolong”
Peneliti BRIN: Puan Miliki Pengalaman Panjang Berpolitik
Peneliti Utama Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (30/10/2022), menilai Puan Maharani memiliki pengalaman cukup panjang dalam bidang politik serta terbilang matang.
Dengan demikian, pemilihan presiden (Pilpres) 2024 adalah saat yang tepat untuk Puan maju ke tahapan yang lebih tinggi sebagai presiden. Lebih dari itu kehadiran Puan Maharani adalah kerinduan banyak perempuan di Indonesia yang menginginkan kepemimpinan nasional dikendalikan perempuan.
Dengan jumlah mayoritas penduduk adalah perempuan, maka sangat wajar jika perempuan harus turun gunung untuk mengambil alih kepemimpinan nasional, sehingga momentum Puan Maharani adalah saat ini.
“Ibarat buah, beliau sudah matang pohon, jadi sudah saatnya. Beliau bukan tiba-tiba muncul karena awal sekali menjadi anggota partai terlebih dahulu, maju sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Ketua Fraksi, Menteri, dan saat ini Ketua DPR perempuan pertama,” ungkap Siti dikutip Antaranews.com.
Maka dari itu, sambung dia, kini saatnya Puan menjadi presiden. Sebagai sesama perempuan, dirinya mendukung Puan maju menjadi presiden.
Siti menyebutkan masyarakat khususnya perempuan harus memiliki preferensi politik untuk memilih calon-calon presiden sesama perempuan. Hal itu bukan tanpa alasan karena sekian lama perempuan belum mendapat tempat yang benar-benar terbuka luas di masyarakat untuk menjadi pemimpin.
Kemampuan perempuan sebenarnya tidak kalah, bahkan bisa jauh melampaui laki-laki. Maka dari itu sudah seharusnya perempuan Indonesia mendukung dengan semangat perempuan dukung sesama perempuan.
Lebih dari itu, kata dia, pemimpin perempuan memiliki keunggulan tersendiri, antara lain memiliki kepekaan emosional, empati dan simpati yang baik, sangat detail, dan kehalusan budi bahasanya membuat banyak persoalan bisa teratasi dengan baik.
“Hal lain adalah banyak persoalan selama ini terkait perempuan seperti kekerasan, ketimpangan, kematian ibu dan anak, stunting atau gizi buruk, serta perlakuan diskriminatif akan lebih mudah diatasi oleh sesama perempuan karena wanita paham dengan baik kondisi dan persoalannya. Apa yang jadi persoalan perempuan itu butuh sentuhan perempuan,” tuturnya.
Dia memberi contoh soal keberpihakan Puan yang sangat jelas pada isu kekerasan seksual, stunting, dan kesempatan kerja untuk perempuan pada saat Puan menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) serta Ketua DPR saat ini.
Permasalahan seperti itu tentunya akan sulit diatasi jika bukan oleh perempuan itu sendiri, sehingga sangat wajar dan sudah saatnya Indonesia mempunyai presiden perempuan.
Sementara itu, Ketua Seknas Puan Maharani Presiden (PMP) Firman Tendry Masengi mengajak masyarakat untuk memastikan pada Pemilu 2024, Indonesia memiliki presiden perempuan pertama yang dipilih secara langsung.
“Kita ingin presiden perempuan pertama yang dipilih langsung, bukan karena warisan administratif dan ini saya yakin ada pada Ibu Puan Maharani. Rumusnya sederhana, nasib perempuan ditentukan oleh perempuan itu sendiri,” ucap Firman.