Nakes Trending, Netizen Soroti Bupati Pecat 249 Nakes Berupah Rp400rb-Rp600rb/Bulan
Masih ingatkah Pak Bupati? Nakes berada di garda terdepan saat Covid..
Tagar Nakes trending di media sosial X (Twitter) pada Jumat (12/4/2024), menyusul netizen soroti Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit yang pecat 249 tenaga kesehatan (nakes) karena aksi demo minta kenaikan tambahan penghasilan.
“Nakes dibayar 600rb ditengah inflasi harga2 barang pada naik, nuntut perbaikan upah malah dipecat? Kita ini beneran udah merdeka belum sih? Gitu kalo top talent bangsa ini pada milih cabut ke luar negeri malah dicap gak nasionalis. 😪” tulis pemilik akun Twitter @WidasSatyo, menanggapi tagar Nakes yang trending hingga tercatat 13.800 ciutan yang disampaikan netizen.
Lalu pemilik akun Twitter @liaasister menulis, “Serba salah Nakes di Manggarai NTT ini. Gaji mereka sangat kecil, jelas gak cukup untuk kebutuhan sehari2, tapi protes malah di pecat. Mosok tega pemerintah ngasih gaji cuma 400 ribu – 600 rb perbulan?? Biarpun ini di daerah (NTT), tetap saja terlalu sedikit kan? Miris.”
@dr_koko28 menulis, “Nakes demo minta haknya saja koq itu.
Gak usah galak-galak amatlah. Diskusi dan dialog layaknya manusia kan bisa. Lagian… kalo dipecat… yang melayani pasien siapa? Politisi-nya? Birokrat-nya? Kepala daerah-nya?”
@indina85941205 menulis, “Wah gokil. Nakes ini urusannya deket sams nyawa orang tapi gajinya cuman 400-600k. Perawat, bidan, yang kerjanya capek, banting tulang cuma dihargain segitu terus dipecat karena alasan ga disiplin dan loyal saat menuntut haknya. Bupati kayak gini pantesnya digaji 100k setaun.”
@Mia_Kyushu menulis, “Masih ingatkah Pak Bupati? Nakes berada di garda terdepan saat Covid..”
@faisalramdani23 menulis, “Bupati manggarai sekolah dimana coba orang demo kok dipecat, mana 249 nakes lagi tuh.”
@Masmas_NewJeans menulis, “Adakah manfaatnya UU Kesehatan? Katanya bermanfaat? Kok masih ada nakes gaji rendah?”
@txtdariabah menulis, “Sayang sekali mayoritas masyarakat Manggarai tidak memilih perubahan, namun ini tidak jadi alasan untuk mengurangi pengawalan kasus terhadap para nakes yg dipecat atau SPKnya tidak diperpanjang. Semoga segera diberi keadilan. 🙏”
@castramakara menulis, “Guru/dosen sudah, nakes sudah, terus ntar profesi apa lagi nih yang bakal diteken & terancam?”
@rifrahman24 menulis, “wadu rame juga ya. Kita doakan semoga para nakes mendapatkan pekerjaannya kembali + tuntutan gaji umr nya terpenuhi ya tweeps 😭🙏🏼 panjang umur perjuangan.”
Kronologi 249 Nakes di Manggarai Dipecat Bupati Usai Demo Naik Gaji
Sebanyak 249 tenaga kesehatan (nakes) non aparatur sipil negara (ASN) dipecat oleh Bupati Manggarai Herybertus GL Nabit usai demonstrasi penyampaian aspirasi yang dilakukan ratusan nakes itu.
Pada 12 Februari 2024, sekitar 300 nakes non ASN menggeruduk Kantor Bupati Manggarai menuntut SPK diperpanjang dan kenaikan gaji agar setara upah minimum kabupaten (UMK).
Para nakes itu juga menuntut kenaikan tambahan penghasilan (tamasil). Selain itu, mereka meminta penambahan kuota seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2024.
Tuntutan ini didasari para nakes non ASN yang selama ini hanya mendapat upah Rp400 ribu sampai Rp600 ribu per bulan. Para nakes menilai upah itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kemudian aksi serupa juga dilakukan di DPRD Manggarai pada 6 Maret 2024. Tak lama berselang ratusan nakes itu SPK-nya tidak diperpanjang alias dipecat.
“249 (nakes non ASN yang dipecat), rata-rata ikut demo mereka,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Manggarai Bartolomeus Hermopan atau Tomy dikutip Detikcom, Selasa (9/4).
Tomy menjelaskan SPK nakes non ASN lainnya yang sudah bekerja bertahun-tahun sudah diperpanjang. Dia pun mengklaim tak ada nakes non ASN baru yang diberikan SPK oleh Bupati Manggarai.
“Tidak memperpanjang SPK untuk 2024 mulai April. Dengan tidak diperpanjang itu, ada kemungkinan tidak bekerja lagi,” kata Tomy.
Tomy mengatakan SPK berlaku setahun lalu biasanya diperpanjang setiap tahun.
Dia mengatakan tidak mengetahui alasan bupati tak memperpanjang nakes non ASN yang ikut demonstrasi tersebut. Namun menurut dia tak diperpanjang lantaran para nakes tersebut tidak disiplin dan tidak loyal.
“Pak Bupati melihat adanya ketidaksiplinan dan segala macam pertimbangan. Di situ jelas alasan pemberhentian kalau pemecatan mungkin terlalu, karena ketidakdisiplinan dan tidak loyal,” ujarnya.
Setelah pemecatan itu, ratusan nakes non ASN menyampaikan permintaan maaf. Mereka memohon agar Bupati kembali mempekerjakan mereka lagi.
“Kami minta maaf mungkin ada kata-kata yang tidak sopan pada saat ditemui wartawan pada saat wawancara. Mungkin ada tutur kata kami yang tidak berkenan,” kata Koordinator Forum Nakes non ASN Elias Ndala, Rabu malam.
(Sumber: cnnindonesia.com)