Profil Surya Paloh, Namanya Trending Usai Pertemuan dengan Presiden Jokowi yang Menimbulkan Spekulasi
Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Ari Dwipayana menyebut bahwa pertemuan bermula dari permohonan Surya Paloh untuk menghadap Jokowi.

Surya Paloh trending. Kedatangannya ke Istana menimbulkan spekulasi.
Janganlan spekulasi tentang apa yang dibicarakan.
Bahkan siapa yang pertama melakukan inisiatip bertemu juga menimbulkan spekulasi.
Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Ari Dwipayana membenarkan adanya pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh.
Namun dia menjelaskan bahwa pertemuan itu bermula dari permohonan Surya Paloh untuk menghadap Jokowi.
Sebagai tanggapan atas permohonan tersebut, ujar dia, Presiden Jokowi mengalokasikan waktunya pada Minggu malam untuk menemui Paloh di Istana Merdeka, Jakarta.

Sementara itu pihak PKB menyebut pertemuan Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo dilakukan tanpa koordinasi dengan Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN).
Hal tersebut disampaikan Ketua DPP PKB Cucun Ahmad Syamsurijal merespons kabar pertemuan antara Surya dengan Jokowi di Istana Merdeka, Minggu (18/2) malam.
Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi di Istana pertama kali diungkap oleh Bendara Partai NasDem Ahmad Sahroni.
Sahroni mengatakan pertemuan itu dalam rangka silaturahmi.
“Dipanggil Pak Presiden,” kata Politisi Nasdem Ahmad Sahroni dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Sahroni pertemuan itu bersifat silaturahim yang biasa dilakukan
“Silaturahim biasa saja,” ujarnya.
Profil Surya Paloh
Surya Dharma Paloh lahir 16 Juli 1951 (72 tahun) adalah politisi Indonesia dan pengusaha media massa sebagai pimpinan Media Group yang memiliki Harian Media Indonesia, Lampung Post, dan Stasiun Televisi MetroTV.
Dia aktif dalam politik dan sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat.
Dia adalah mantan Ketua Dewan Penasihat Partai Golongan Karya (Golkar) periode 2004-2009.
Surya juga pendiri ormas Nasional Demokrat, yang kemudian dianggap sebagai penerus Partai Nasdem (Partai Nasional Demokrat).
Dalam percaturan politik 2024, Surya Paloh dianggap sebagai King Maker karena berani dan berhasil mencalonkan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebacai calon presiden-wakil Presiden.
Sejauh ini berdasarkan hasil quick count dan real count KPU yang masih berjalan, pasangan Anies-Imin berada di urutan kedua, setelah Prabowo-Subianto yang berada di urutan satu dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di urutan kedua.
Surya Paloh dilahirkan di Kuta Raja, Banda Aceh.
Ayahnya bernama Muhammad Daud Paloh adalah seorang perwira polisi dan ibunya bernama Nursiah.
Ayahnya berasal dari Pidie, Aceh. Sebagai anak perwira polisi, ia hidup berpindah-pindah mengikuti perpindahan tugas ayahnya.
Pada usia enam bulan, ayahnya diangkat sebagai komandan reserse di Langsa.
Setahun kemudian, ayahnya menjadi komandan wilayah kepolisian di Kutacane.
Tahun berikutnya ayahnya menjadi komandan distrik kepolisian di Labuhan Ruku, Asahan.
Pada 1959, ayahnya dimutasi dengan jabatan yang sama ke Serbelawan, Dolok Batu Nanggar, Simalungun.
Di sini, Surya Paloh menamatkan pendidikan sekolah dasarnya pada 1963 dan sekolah menengah pertama pada 1966.
Kemudian pada 1967, ayahnya menjadi komandan sektor kepolisian di Tarutung, sementara Surya Paloh melanjutkan sekolah menengah atasnya di Kota Medan.
Surya Paloh menjadi pengusaha di Medan.
Aktivitas politik menyebabkannya pindah ke Jakarta, menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dua periode sejak 1977 hingga 1987.
Justru di kota metropolitan ini, kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda Indonesia.
Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih remaja.
Sambil bersekolah ia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dan lain-lain.
Ia membelinya dari dua orang tauke sahabat yang sekaligus gurunya dalam dunia usaha, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan PT Perkebunan Nusantara.
Di Medan, Surya Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan mobil.
Saat masih dalam 14 tahun, Surya sudah memulai bisnis leveransir, di sebuah kota kecil Serbelawan tahun 1965.
Ketika memasuki SMA Negeri 7 Medan tahun 1967, Surya bekerja pula sebagai Manajer Travel Biro Seulawah Air Service.
Setamat SMA duduk di bangku kuliah, Surya dipercaya mengelola Wisma Pariwisata, di Jalan Patimura, Padang Bulan, Medan oleh pemilik Baharuddin Datuk Bagindo, yang juga memiliki pabrik korek api PT BDB di Pematang Siantar.
Sembari berdagang, Surya Paloh juga bersekolah di SMA Negeri 7 Medan.
Setelah itu ia melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi negeri di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tetapi tidak selesai dan melanjutkan pendidikannya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Sumatera Utara, Medan hingga lulus pada 1975.
Dikenal karena aktif organiasi, Surya Paloh membuat organisasi massa yang sama-sama menentang kebijakan salah dari pemerintahan Orde Lama.
Surya Paloh menjadi Ketua Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) Anak Cabang Dolok Batu/Serbelawan pada 1965 dan Ketua KAPPI Kotamadya Medan pada 1968.
Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekretariat Bersama Golongan Karya (Golkar). Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Ketua Umum PP-ABRI Sumatera Utara.
Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
Sejak tahun 1973 bersama kakak iparnya Jusuf Gading, Surya dipercaya sebagai Direktur Utama PT Ika Diesel Bros untuk menjalankan usaha distributor mobil Ford dan Volkswagen, di Medan.
Lalu, pada tahun 1975 ditunjuk pula menjadi kuasa usaha direksi Hotel Ika Darroy, terletak di Banda Aceh, merangkap sebagai Direktur Link Up Coy, Singapura, yang bergerak di bidang perdagangan umum.[
Surya Paloh mendirikan surat mabar Harian Prioritas pada 2 Mei 1986.
Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab dengan pembacanya yang begitu luas sampai ke daerah-daerah.
Sayang, surat kabar harian itu tidak berumur panjang, keburu dicabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) nya oleh pemerintah.
Isinya dianggap kurang sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Minatnya di bisnis pers tak bisa dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik menghidupkan kembali Majalah Vista.
Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia.
Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan pemimpin redaksinya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas.
Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah.
Kesepuluh media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan Mingguan Peristiwa di Aceh, Harian Mimbar Umum di Medan, Harian Sumatra Ekspres di Palembang, Harian Lampung Post di Bandar Lampung, Harian Gala di Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News di Denpasar, Harian Dinamika Berita di Banjarmasin, serta Harian Cahaya Siang di Manado.
Kebebasan pers menjadi yang Surya perjuangkan baru memperoleh pembenaran pada era reformasi.
Pers akhirnya memperoleh kebebasannya yang hilang melalui Permenpen Nomor 1/Per/Menpen/1984 dicabut oleh Menpen Yunus Yosfiah pada tahun 1998.
Pada 18 November 2000, Surya mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk meresmikan pendirian Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi berita pertama di Indonesia.
Lambang kepala burung rajawali putih mulai muncul pada dua entitas media yang berpengaruh miliknya, koran Media Indonesia dan stasiun televisi Metro TV.
Seminggu kemudian tepatnya pada 25 November 2000 Metro TV mulai mengudara pertama kali, menyajikan siaran berita selama 18 jam setiap hari dengan dukungan teknologi yang fully digital.
Kemudian, tanggal 1 April 2001 Metro TV siaran non-stop selama 24 jam setiap hari. Kehadiran Metro TV menjadi sebuah terobosan terbesar dalam dunia pertelevisian nasional