Business is booming.

Menag Trending, Netizen Sebut Setan Ngeluh Kepanasan selama Tarawih

pelaksanaan Salat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar

Tagar Menag trending di media sosial X (Twitter) pada Jumat (8/3/2024), menyusul Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala saat salat tarawih dan tadarus Alquran selama Ramadhan 2024.

“Penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Quran menggunakan Pengeras Suara Dalam,” tulis Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2024 yang ditandatangani pada 26 Februari 2024.

Netizen pun gaduh menanggapi tagar Menag yang trending hingga tercatat 2.186 ciutan yang mereka sampaikan.

Seperti pemilik akun Twitter @Sofian42143091 menulis, “Iya,Dari pemerintahannya Soeharto sampai ke pemerintahannya SBY tdk prnah Ad tuh Mentri Agamanya melarang-larang kyk gini,hnya dipemerintahan Jokowi doang ad mentri Agamanya yg melarang-larang kyk gini?Mentri Agamanya Radikal..!”

Lalu pemilik akun Twitter @RizkiAsihan menulis, “Cuma mo nanya, Kalo menag ngomong gini, Turuti jangan?”

@Kemal2sk menulis, “Mungkin akibat para syaithon mengeluh kepanasan kepada Menag akibat pembacaan ayat2 suci selama Tarawih dan Tadarus….”

@alham1970 menulis, “Agamanya apa sih ini orang, slalu sentimen dgn Islam tapi tololransi dgn agama lain?”

@GaTypoLagi menulis, “Terserah yg punya kampung lah. Kan bisa di musyawarahkan. Kalo warga kampung ga ada yg keberatan, emang kenapa?”

@ToyoDess menulis, “Dah nurut saja mas…daripada nanti dibubarkan Banser…dah ngalah saja mas…Banser kalo dah ngamuk ngeri mas… speaker gereja aja dipijitin apalagi lu…digeyol pakai joget gemoy klepek2 lu…”

@Budiady5 menulis, “Laranngan Menteri agama bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, dalam hirarki hukum yang paling tinggi kedudukannya UUD 1945 sehingga UU atau peraturan yg dibawahnya harus mengacu pada yg diatas, maka “larangan itu tak berguna”👍”

@cahayafikiran menulis, “Kebayang, Gak pake mic luar mesjid, Ramadhan serasa Hambar, gak ada salawat Tahrim.  Asal tahu, Di Jayapura Papua, kita umat beragama gak pernah protes, Jumat dan subuh mesjid pake TOA, Minggu Gereja Pake TOA. Gak ada masalah. Kenapa di Pulau Jawa ini jadi Masalah? Aneh bin Ajaib.”

@yoesep257 menulis, “Hanya mampu mengeluarkan peraturan remeh temeh, gk ada ide yg membangun dlm kementriannya”

@wahyuWa26487734 menulis, “Aah sudahlah, Ndak usah ddengerin, itu mah basi😄”

Menteri Agama: Tarawih dan Tadarus Alquran Dilarang Pakai Pengeras Suara Luar Masjid saat Ramadhan

Berikut ini isi Surat Edaran (SE) dari Menteri Agama (Menag) Yaqut C. Qoumas bernomor SE Menag No. 05/2022 tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala juga mengatur terkait ibadah salat tarawih dan tadarus Alquran selama Ramadhan 2024.

Baca Juga:  Profil Distrik Itaewon yang Menyebabkan Ratusan Warga Meninggal Dunia

Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 H/2024 M tersebut ditandatangani pada 26 Februari 2024.

Dalam aturan tersebut tertuliskan, ibadah salat tarawih ataupun Tadarus Alquran yang dilakukan pada bulan Ramadan diatur untuk tidak menggunakan pengeras suara luar masjid, melainkan menggunakan suara dalam.

“Penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam,” tulis aturan itu sebagaimana dilihat KOMPAS TV, Selasa (22/2/2022).

Dalam aturan tersebut juga tertulis, pengeras suara dalam merupakan perangkat pengeras suara yang difungsikan atau diarahkan ke dalam ruangan masjid dan musala.

Sedangkan pengeras suara luar difungsikan atau diarahkan ke luar ruangan masjid dan musala. Ini sebagai upaya syiar Islam, seperti waktu salat, pengajian maupun dakwah lainnya.

“Menyampaikan dakwah kepada masyarakat secara luas baik di dalam maupun di luar masjid/musala,” kata aturan itu.

Selain aturan terkait tarawih yang menggunakan pengeras suara luar masjid, SE Menag tersebut juga mengatur terkait hari besar umat Islam (HBI).

“Pelaksanaan Salat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar,” tulisnya.

Berikut SE Menag Lengkap Pedoman Pengeras Suara

1. Umum

Pengeras suara terdiri atas pengeras suara dalam dan luar. Pengeras suara dalam merupakan perangkat pengeras suara yang difungsikan/diarahkan ke dalam ruangan masjid/musala.

Sedangkan pengeras suara luar difungsikan/diarahkan ke luar ruangan masjid/musala.

Penggunaan pengeras suara pada masjid/musala mempunyai tujuan:

1. mengingatkan kepada masyarakat melalui pengajian AlQur’an, selawat atas Nabi, dan suara azan sebagai tanda masuknya waktu salat fardu;

2. menyampaikan suara muazin kepada jemaah ketika azan, suara imam kepada makmum ketika salat berjemaah, atau suara khatib dan penceramah kepada jemaah; dan

Baca Juga:  RIP Demokrasi Trending, Netizen Prihatin Pemilu 2024 Bar-bar Sekali

3. menyampaikan dakwah kepada masyarakat secara luas baik di dalam maupun di luar masjid/musala.

2. Pemasangan dan Penggunaan Pengeras Suara

1. pemasangan pengeras suara dipisahkan antara pengeras suara yang difungsikan ke luar dengan pengeras suara yang difungsikan ke dalam masjid/musala;

2. untuk mendapatkan hasil suara yang optimal, hendaknya dilakukan pengaturan akustik yang baik;

3. volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 dB (seratus desibel); dan

4. dalam hal penggunaan pengeras suara dengan pemutaran rekaman, hendaknya memperhatikan kualitas rekaman, waktu, dan bacaan akhir ayat, selawat/tarhim.

Tata Cara Penggunaan Pengeras Suara dalam SE Menag

a. Waktu Salat:

1. Subuh: sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) menit; da b) pelaksanaan salat Subuh, zikir, doa, dan kuliah Subuh menggunakan Pengeras Suara Dalam.

2. Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya: a) sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) menit; dan b) sesudah azan dikumandangkan, yang digunakan Pengeras Suara Dalam.

3. Jum’at: a) sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan Pengeras Suara Luar dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) menit; dan b) penyampaian pengumuman mengenai petugas Jum’at, hasil infak sedekah, pelaksanaan Khutbah Jum’at, Salat, zikir, dan doa, menggunakan Pengeras Suara Dalam.

4. b. Pengumandangan azan menggunakan Pengeras Suara Luar.

c. Kegiatan Syiar Ramadan, gema takbir Idul Fitri, Idul Adha, dan Upacara Hari Besar Islam:

1) penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam;

2) takbir pada tanggal 1 Syawal/10 Zulhijjah di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan Pengeras Suara Dalam.

Baca Juga:  Jungkok (Feat Latto) dengan Lagu Seven Juara Inkigayo Pekan Ini

3) pelaksanaan Salat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar;

4) takbir Idul Adha di hari Tasyrik pada tanggal 11 sampai dengan 13 Zulhijjah dapat dikumandangkan setelah pelaksanaan Salat Rawatib secara berturut-turut dengan menggunakan Pengeras Suara Dalam; dan

5) Upacara Peringatan Hari Besar Islam atau pengajian menggunakan Pengeras Suara Dalam, kecuali apabila pengunjung tablig melimpah ke luar arena masjid/musala dapat menggunakan Pengeras Suara Luar.

4. Suara yang dipancarkan melalui Pengeras Suara perlu diperhatikan kualitas dan kelayakannya, suara yang disiarkan memenuhi persyaratan:

a. bagus atau tidak sumbang; dan

b. pelafazan secara baik dan benar.

5. Pembinaan dan Pengawasan

a. pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Surat Edaran ini menjadi tanggung jawab Kementerian Agama secara berjenjang.

b. Kementerian Agama dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan Islam dalam pembinaan dan pengawasan.

(Sumber: SerambiNews.com)

Orang Lain Juga Baca
Komentar
Loading...