Patroli Skala Besar Buru Teroris Ali Kalora, Kapolda Pimpin Langsung
Irjen Pol Abdul Rakhman Baso didampingi Danrem Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf
Perburuan teroris Ali Kalora belum dihentikan. Senin (5/7/2021) patroli skala besar dilakukan Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng), Irjen Pol Abdul Rakhman Baso bersana jajaranya.
Bahkan Kapolda memimpin patroli skala besar dalam memburu kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora.
Perburuan kelompok teroris tersebut dilakukan dengan menyisir wilayah Poso Pesisir Selatan pada Senin (5/7/2021).
Selain Kapolda Sulteng, turut serta Danrem 132 Tadulako, Brigjen TNI Farid Makruf.
“Hari ini Kapolda Sulteng didampingi Danrem 132 Tadulako dan beberapa pejabat operasi melaksanakan patroli skala besar menyisir wilayah Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso,” kata Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Didik Supranoto, melalui keterangan resminya pada Selasa (6/7/2021).
Didik yang juga menjabat Kasatgas Humas Ops Madago Raya menyebut patroli skala besar itu juga diikuti oleh pejabat Operasi Satgas Madago Raya dari unsur Polri dan TNI menggunakan motor trail. Total, ada 21 motor trail yang digunakan.
Menurut Didik, tim berangkat dari Poskotis Madago Raya di Tokorondo Poso, menyisir wilayah Poso Pesisir Selatan sekaligus mengecek lima Pos Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) dan dua Pos Sekat.
Lima Pos Pamrahwan itu adalah Pos Pamrahwan Gantinadi, Pos Pamrahwan Padalembara, Pos Pamrahwan Kampung Bulok, Pos Pamrahwan Taunca dan Pos Pamrahwan Air Panas.
Sedangkan dua Pos Sekat, yakni Pos Sekat Kejar Kelapa Dalam dan Pos Sekat air Panas Kecamatan Poso Pesisir Selatan.
“Patroli skala besar Satgas Madago Raya sebagai upaya untuk melakukan pencarian terhadap DPO MIT Poso,” ucap Didik seperti dilansir Kompas TV.
“Dan mempersempit pergerakan simpatisan MIT yang akan memberikan bantuan logistik, sekaligus untuk mengecek pos-pos yang tersebar di wilayah Poso Pesisir Selatan.”
Ia menjelaskan, patroli skala besar tersebut dimanfaatkan Kapolda Sulteng untuk mengecek kondisi personel, memberikan bantuan paket sembako.
Juga melihat dari dekat medan operasi, dan sekaligus memberikan motivasi personel TNI dan Polri di setiap pos.
Saat singgah di salah satu pos, kata Didik, Kapolda Sulteng menyempatkan beristirahat dan menyantap mi instan rebus yang disajikan anggota.
Tak hanya itu, orang yang biasa dipanggil ‘Rambo’ ini menyempatkan diri bercengkerama dengan warga di sekitar pos sekat.
Kapolda Sulteng juga menjabat sebagai Penanggung Jawab Kendali Operasi (PJKO) Satgas Operasi Madago Raya.
“Mohon doanya kepada masyarakat Sulawesi Tengah semoga para pelaku bisa segera kita tangkap, tetapi kepolisian bersama TNI tetap mengimbau para pelaku atau DPO MIT Poso sebaiknya menyerahkan diri,” ujar Didik.
Sebelumnya diberitakan, operasi pengejaran terhadap DPO Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso dengan Sandi Madago Raya oleh gabungan TNI/Polri diperpanjang.
Operasi tersebut kini telah memasuki tahap III pada tahun 2021.
Dalam perpanjangan operasi ini, Tim Satgas Madago Raya mendapat tambahan 192 personel Polri.
Operasi Satgas Madago Raya tahap I dimulai 1 Januari hingga 31 Maret 2021 yang sebelumnya dinamai Satgas Operasi Tinabalo dibentuk untuk memburu terduga kelompok garis keras MIT Pimpinan Ali Kalora yang buron atau masuk DPO.
Operasi Madago Raya ini telah diperpanjang dari 1 April hingga tiga bulan ke depan (31 Juli 2021) tahap II.
DPO MIT Poso yang diburu Satgas Operasi Madago Raya (gabungan TNI-Polri) saat ini masih tersisa sembilan orang dari 11 orang DPO.
Dua orang DPO tewas ditembak mati dalam baku tembak yang terjadi pada awal 2021 dan seorang personel TNI gugur dalam peristiwa tersebut.
Sementara itu, informasi yang diperoleh kelompok MIT terpecah menjadi dua, yakni kelompok Pimpinan Ali Kalora berjumlah empat orang dan MIT Pimpinan Qatar berjumlah lima orang.
Kelompok Qatar diyakini yang sering melakukan teror dan pembunuhan terhadap para petani di wilayah Lore, Kabupaten Poso, termasuk membunuh empat petani pada tanggal 11 Mei 2021 di Desa Kalimango.
Profil Ali Kalora
Ali Ahmad yang lebih dikenal dengan nama Ali Kalora, adalah seorang militan Islam Indonesia dan merupakan pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menggantikan Santoso.
Ia diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah bersama dengan sisa kelompok MIT.
Setelah Santoso tewas pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.
Setelah Basri ditangkap oleh Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala.
Ali lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso.
Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.
Nama “Kalora” pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora sering kali digunakan di media massa.
Ali merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur.
Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.
Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin.
Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.
Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.
Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.
Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi “Santoso baru” karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior.
Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.
Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian menilai bahwa Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.
Tetapi dirinya berpendapat, kaderisasi anggota baru bisa terjadi apabila aparat dan pemerintah menghentikan operasi penanggulangan terorisme di Poso sehingga operasi harus terus dilakukan untuk menetralisir dan menangkal ideologi radikal pro-kekerasan di Poso.
Tito Karnavian mengatakan, Operasi Tinombala akan terus dilanjutkan untuk menangkap teroris yang tersisa, seperti Ali Kalora.
Tito juga mengimbau kepada sisa pengikut Santoso yang lain untuk menyerahkan diri kepada pihak berwajib secara baik-baik, sehingga permasalahan konflik di Poso bisa diselesaikan secara bertahap.