Iwan Bule Out Trending, Petisinya Sudah Ditandatangani Lebih 5.000 Orang
Bagaimana mau mengaitkan dengan saya, kan setiap pertandingan di suatu tempat Panpel
Hastag Iwan Bule Out atau #IwanBuleOut trending.
Iwan Bule adalah nama panggilan Komjen (Purn) Mochamad Iriawan, Ketua Umum PSSI saat ini.
Publik mendesaknya mundur dari jabatan orang nomor 1 di PSSI terkait tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang.
Tragedi terjadi pada Sabtu (1/10/2022) usai pertandingan antara Arema vs Persebaya yang berkesudahan 3-2 untuk kemenangan tim tamu.
Suporter Arema kecewa, mereka turun ke lapangan dan kekacauan pun terjadi.
Setelah diselidiki, penanganan kerusuhan menjadi biang banyaknya korban.
Terutama penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan untuk menangani kerusuhan suporter.
Presiden kini sedang membentuk tim investigas gabungan yang diketuai Menkopolhukam Mahfud MD.
Namun publik tetap menuntut Iwan Bule mengundurkan diri.
Terlebih mantan Kapolda Metro Jaya itu terkesan enggak mau disalahkan.
“Ini mungkin karena merekatidak tahu regulasi, tolong baca di aturan itu. Bagaimana mau mengaitkan dengan saya, kan setiap pertandingan di suatu tempat Panpel (panitia pelaksana pertandingan) yang harus bertanggung jawab,” kata Iriawan seperti dilansir Tempo.
Desakan mundur Iwan Bule pun kini bergulir melalui petisi dengana judul “Tragedi Kanjuruhan, Desak Ketua Umum dan Pengurus PSSI Mengundurkan Diri.”
Hingga berita ini diturunkan petisi yang diprakarsai Perhimpunan Jurnalis rakyat telah ditandatangani 5.556 orang dan menuju target 7.500 tanda tangan.
Tragedi Kanjuruhan, Segera Benahi Sepakbola Indonesia dan Mendesak Ketua Umum dan Pengurus PSSI Untuk Mengundurkan Diri #IwanBuleOut – Tandatangani Petisi! https://t.co/WJMSuIbSJh lewat @ChangeOrg_ID
— 🟡🅰️NN🅰️🟢 (@Anna82662230) October 5, 2022
Berikut latar belakangnya.
Sabtu, 1 Oktober 2022, Sepak bola Indonesia berduka. Ratusan nyawa melayang usai menonton pertandingan besar antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi sepakbila terbesar sepanjang sejarah sepakbola di Indonesia
Para suporter tewas karena sesak nafas usai terkena gas air mata dan berdesakan di pintu keluar usai Arema menelan kekalahan 2-3 dari Persebaya.
Tragedi Kanjuruhan ini sungguh disayangkan karena merusak citra sepak bola Indonesia yang mulai bangkit dan akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023.
Sebelumnya Polres Malang sudah meminta pertandingan itu digeser ke sore hari. Pukul 15.30. Jangan malam hari, pukul 20.00. Polisi sudah mengantisipasi apa yang rawan. Ini bukan pertandingan biasa. Ini Arema lawan Persebaya.
Arema FC juga sudah setuju digeser ke sore hari. Dikirimlah surat ke PSSI Pusat. Tanggal 12 September 2022. Dalam hal ini ke PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Jawaban dari LIB ditulis tanggal 19 September 2022. Isinya: pertandingan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Yakni malam hari. Surat balasan LIB itu ditandatangani direktur utamanya, Ir Akhmad Hadian Lukita MBA QWP.
Sebelum mengirim surat balasan itu, LIB rupanya mengadakan rapat lebih dulu dengan apa yang disebut host broadcast. Lembaga inilah yang punya hak siar televisi atas semua pertandingan Liga 1 Indonesia. Tahun ini, siaran langsung Liga 1 hanya bisa dilihat di Indosiar dan Vidio.Com.
Jelaslah ini masalah rating penonton TV. Pihak TV sudah telanjur menyusun acara selama satu tahun. Perubahan atas satu acara bisa mengacaukan acara lainnya.
Antisipasi lainnya sudah dilakukan Arema panitia tidak menyediakan tempat untuk suporter Persebaya. Langkah ini bagus. Sudah benar. Bisa mengurangi potensi ketegangan. Toh Stadion Kanjuruhan pasti bisa dipenuhi oleh suporter Arema sendiri.
Polisi sudah benar dengan analisisnya. Panitia sudah benar dengan suratnya ke LIB. Juga sudah benar tidak mengalokasikan jatah kursi untuk suporter Persebaya.
Di kutip dari disway di dalam stadion sebenarnya sudah tidak ada lagi faktor penentu yang bisa memicu kerusuhan. Kalau pun mereka kecewa kepada tim Arema, itu kekecewaan orang yang mencinta. Tidak akan mencelakakan mereka. Sama dengan kekecewaan Bonek pada tim Persebaya 2022.
Maksimum yang akan terjadi adalah merusak stadion, Maka yang terbaik dilakukan di dalam stadion Kanjuruhan malam itu adalah: mereka yang masuk ke lapangan itu jangan diusir. Jangan dihardik. Diminta saja untuk duduk. Di atas rumput. Seluruh pemain dan ofisial juga memulai duduk. Petugas juga duduk. Biarkan emosi tercurah dulu. Perlu waktu untuk meredakan emosi.
Sama sekali tidak ada faktor yang menakutkan malam itu. Mereka itu satu bangsa: bangsa bola. Tim lawan sudah diamankan. Cukup.
Menghardik mereka hanya menambah emosi. Apalagi menendang dan memukul. Tambah lagi tembakan gas air mata. Yang bikin panik. Bikin sesak. Bikin berdesakan.
Kita begitu berduka.
Kita harus bangkit dengan prestasi. Kalau pun kita dihukum FIFA kita manfaatkan itu untuk benah-benah di dalam negeri.
Kita juga meminta Ketua Umum dan semua pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya, sebagai bentuk hormat dan respect terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang dan untuk pembenahan sepakbola secara keseluruhan
Serahkan investigasi kepada Kemenpora / KONI selaku organ pemerintah dan penegak hukum dan FIFA untuk membuat investigasi atau langkah yang diperlukan.
Tragedi Kanjuruhan jadi tamparan keras untuk kita bahwa ada hal krusial yang jauh lebih penting musti dibenahi dalam pesepakbolaan nasional. Semua pihak yang berkepentingan harus duduk satu meja mencari solusi agar menjadikan sepakbola Indonesia lebih maju dan berkembang, berhentilah mencari pamor dan aspek politis terlebih pasca tragedi ini.
Sepakbola sejatinya menyenangkan, bukan malah merenggang nyawa. Sepakbola seharusnya menghibur, bukan malah meneteskan air mata. Sepakbola seharusnya jadi pemersatu, bukan malah sumber bencana