Profil Melki Sedek Huang, Ketua BEM UI yang Trending Terkait Pernyataan Presiden Jokowi Bisa Turun Berdarah-darah
Mari kita lihat apakah dia mau mengakhiri kepemimpinan dengan baik atau berdarah-darah.
BEM UI trending. Tak lain tentang pernyataan atau persisnya ancaman dari Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, yang meminta Jokowi turun baik-baik atau turun berdarah-darah.
Hal itu disampaikan Melki Sedek Huang dalam sebuah di tiktok.
Melki Sedek Huang, Ketua BEM UI 2023 dari Fakultas Hukum itu menyebut dua hal terkait pemerintahan Jokowi.
Jadi begini Presiden Jokowi ini sudah masuk tahun kesembilan.
Tahun depan adalah kesepuluh atau tahun terakhir kepemimpinannya.
Mari kita lihat apakah dia mau mengakhiri kepemimpinan dengan baik atau berdarah-darah.
Yang kedua agar pemerintan menghentikan pendanaan buzzer di medsos.
Mereka membuat masyarakat terpecah, mereka melawan kritik kita.
@essenah_alam
Siapa Melki Sedek Huang
Seperti dilansir Linkedin, Melki Sedek Huang adalah ketua BEM UI 2023 yang terpilih sejak Januari 2023.
Sebelumnya ia menjabat sebagai koordinator Sosial politik BEM Fakultas Hukum UI sejak Januari 2022.
Melki pernah magang di firma hukum Tampubolon, Tjoe, and Partners Law Firm sejak Februari 2022.
Melki sebelumnya juga sempat juga magang di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta) pada Agustus 2021 – November 2021.
Melki melakukan penelitian dan mendukung pelayanan hukum beberapa kasus tentang hukum pidana.
Melakukan penelitian dan mendukung pelayanan hukum beberapa kasus tentang hukum pidana.
Melki juga aktif di Forum Mahasiswa Kalimantan Barat Universitas Indonesia (Formakara UI)
Nama Melki populer pasca-viralnya unggahan Ketua DPR RI Puan Maharani yang berbadan tikus di Gedung DPR.
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) terus mendapat tekanan dan ancaman.
Sejak itu Melki mengaku menerima banyak ancaman, terutama melalui digital.
Melki berujar tekanan juga datang dari para politisi, yang mengeluarkan statement ad hominem.
Ad hominem adalah singkatan dari argumentum ad hominem, yang merupakan sebuah strategi retorikal dimana seseorang menyerang kesalahan tulis, kesalahan istilah, kesalahan pemilihan kata, karakter, motif.
Atau beberapa atribut dari orang yang membuat argumen ketimbang menyerang substansi dari argumen itu sendiri.